25 : Sick

27.3K 5.4K 6.4K
                                    

Kayaknya aku harus di-deadline baru mau semangat ngetik. Kesadaran diri aku masih lemah. Mau ya deadline aku 5k komen, baru update😭 Tapi jangan terbebani, gak boleh memaksakan diri komen banyak-banyak. Biarkan itu menjadi tugas sider.

Oke, fix ya 5k baru update😘

Oh ya, yang mau liat cast Victoria, Soyoung dan Jae Hyon bisa diliat di ig martiniadi2

Thankyou. Selamat membaca dan jangan bosen2 ngikutin Proposal.

***

20.25.

Sudah 25 menit dari waktu yang dijanjikan, tapi Sehun tidak datang.

Soha menguatkan genggaman tangannya pada payung, lalu melangkahkan kakinya untuk keluar dari area taman. Bagian kanan blazer-nya sudah basah, dan kakinya kram karena Soha berdiri di genangan air. Hujan turun semakin deras, seolah-olah menertawakan penantiannya.

Soha mencoba untuk tidak kecewa, dia menegakkan wajahnya dan berkata pada dirinya sendiri, bahwa ini adalah bagian dari kesalahannya. Kenapa dia mau menunggu selama itu? Soha yang dulu tidak mau menunggu lebih dari 15 menit, dan sekarang, dia berdiri hampir satu setengah jam.

“Bodoh,” gumamnya pada diri sendiri.

Jarak mobil dari taman cukup jauh. Soha berjalan perlahan untuk menghindari kakinya tergelincir karena efek air hujan. Namun, sepertinya semesta tidak bersahabat dengannya. Heels yang Soha kenakkan menyangkut di trotoar, hingga menyebabkan tubuhnya jatuh ke aspal. Soha yang kesal mencoba bangun, lalu melepas heels-nya, dan berjalan dengan kaki telanjang. Payungnya yang sempat jatuh membuat tubuh Soha semakin basah.

“Jangan menangis, jangan menangis.” Kata-kata itu Soha ucapkan berulang kali. Dia menggenggam payungnya erat-erat, lalu berjalan seorang diri hingga sampai di jalan paling ujung.

Dan ketika Soha hendak berjalan ke arah parkiran, Soha melihat siluet seseorang yang berlari ke sana kemari. Badannya basah, dan bajunya terlihat berantakkan. Soha terdiam di tempatnya, hingga orang itu mengambil jalan yang sama dengan Soha.

Awalnya mereka memandang satu sama lain, membiarkan jarak yang semulanya jauh mulai menipis, karena pria itu melangkah ke arahnya. Dipandangnya kaki Soha, lalu dia berjalan mendekat dengan napas yang masih terputus-putus.

“Aku kira kau sudah di apartemen. Kenapa masih di sini?” bentak pria itu. Dia membolak-balik tubuh Soha, memastikan wanita itu tidak terluka. “Teleponnya kenapa tidak diangkat Soha? Aku kira kau sudah pergi, aku kira kau sudah tidak mau menemuiku lagi.”

Soha diam. Tangannya terulur menyentuh bibir Sehun, “Ini kenapa?” gumam Soha. Dia menatap seluruh tubuh Sehun yang terluka. Bahkan ada robekan besar di tangannya. “Ini kenapa? Siapa yang membuatmu seperti ini?!” bentaknya, lalu menangis.

“Siapa? Aku bunuh dia! Aku bunuh dia!” raung Soha, sembari memukul bahu Sehun yang berusaha menenangkannya.

“Aku tidak apa-apa Soha. Aku pantas mendapatkannya.”

Soha menggeleng, dia masih terisak keras saat melihat darah mulai mengalir di lengan Sehun. Bahkan payung yang Soha pegang sudah jatuh, karena Soha menutup wajahnya sambil menangis terisak.

Sehun buru-buru mengusap darahnya. “Aku tidak apa-apa. Ini luka kecil, Sayang. Ayo pulang … Tubuhmu basah, nanti sakit,” ujar Sehun. Dia memungut payung hitam besar itu, lalu memayungkan Soha dan membiarkan tubuhnya sendiri yang kehujanan.

“Tubuhmu lebih basah. Seharusnya ke rumah sakit, jangan ke sini.”  Soha merampas payung di tangan Sehun, lalu memayungi pria itu.

“Aku tidak apa-apa, berhenti menangis, oke?” Sehun mengusap wajah Soha yang sudah basah, lalu memayungi tubuh mereka berdua.

The Proposal Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum