chapter 2 : thanks but don't interfere

135 19 43
                                    

Happy reading~

....

"Lo, kalau jalan lihat-lihat dong!!! Lihat nih baju gue kotor!!" Teriak seorang cewek, yang membuat mata satu kantin tertuju padanya.

Terlihat dua orang cewek, yang menjadi sasaran makian nya.

Ya, dua orang cewek itu adalah Aliva dan Kirana.

"Orang gila pun tau, Lo yang sengaja numpahin minuman Lo sendiri, persis di depan meja kita!!" Bentak kirana, tak mau kalah.

"Lo, gak usah ikut campur deh! Urusan gue, sama anak yatim ini!" Ucap cewek itu, tak terima dengan ucapan Kirana.

Gue, melirik Rian yang tengah mengepalkan tangannya. Tentu saja ia marah, kata Alfa Kirana itu gebetannya Rian dan Aliva itu sahabatnya Rian dari masuk SMA.

Gue, sendiri juga sama kesal nya seperti Rian, bagaimana tidak. Jelas-jelas Aliva difitnah dan di hina seperti ini di depan umum.

"Maaf kak pricil, gue gak tau punya salah apa sama Lo...tapi bisa gak, gak usah bawa nama ortu gue lagi," Ucap Aliva lirih, tangan nya mengepal tapi tidak seperti tadi, ia kelepasan dan hampir meninju wajah menyebalkan kan siapa tadi namanya?

Pricil? Kok jadi orang, mulut nya lemes amat ya. Oh ya! Kalo gak salah tadi pricil ini yang tadi di gang kecil itu.

Dan, mau tau gak apa yang bikin gue lebih kesel? Jelas jelas Aliva gak salah dan dipermaluin gini, tapi malah gak ada yang bantuin atau belain Aliva, selain Kirana tentunya.

"Hah Kenapa?! Lo jangan ngelarang larang gue deh Lo tuh miskin, Anak ya-"

"Bisa diem?" Tanya gue, yang sudah berada dihadapan pricil.

"Lo siapa?? Berani-berani nya nentang gue!! Lo gak tau gue siapa?" Jawab pricil gak kalem.

Gue, menatapnya datar. Kayak nya terbalik deh, yang ada dia yang gak tau siapa gue.

"Gue, anak kepala sekolah di sini! Gue aduin Lo ke papi gue." Ucap pricil, gue mendengus.

"Aduin aja, gue gak takut!" Jawab gue.

Setelah mendengar pertanyaan gue, kakak kelas rese yang namanya pricil itu langsung meninggalkan kantin dengan dua temannya.

"Ikut gue!" Titah gue, tanpa izin langsung menarik tangan Aliva yang di perban itu, tanpa menghiraukan ringisan sang pemilik.

Gue membawa, Aliva ke taman belakang sekolah. Letak nya tidak jauh dari kantin, gak usah nanya gimana gue tau letak nya, gue males jawab nya!

"Lo kenapa diem aja tadi? Kenapa gak bales kayak sebelumnya?" Tanya gue kesal, jujur saja gue bingung dengan sifat Aliva ini, diam saat ia dipermalukan di depan umum seperti itu.

"...." Bukan nya menjawab, Aliva malah tersenyum, dan dibalik senyum nya itu dapat gue rasakan luka yang terbesit di ujung matanya.

"Gue nanya! Kenapa malah senyum," Sinis gue, ya seperti inilah gue. Dingin, pedes tapi keren.

"Ada saatnya, tanpa berkata-kata pun senyum telah menjawab semuanya." Ucap Aliva sambil menatap langit, entah kenapa jawaban nya membuat gue tertegun.

"Lo boleh jadi bagian dari hidup gue. Tapi untuk yang satu itu, jangan ikut campur ya." Ucap nya lembut, maksudnya apa coba?

Sumpah deh gue gak ngerti, ada yang bisa jelasin?

....

"Lang, kita duluan ya!" Ucap Alfa.

"Iya" jawab gue singkat, sebelum pulang gue diminta untuk keruang kepala sekolah dulu. Gak tau deh mau ngapain, mungkin memperpanjang permasalahan yang tadi di kantin.

Gue pun melangkah kan kaki menuju ruang kepsek, jalan dari kelas gue ke kantor kepsek, melewati ruang OSIS.

Dan saat melintasi ruang OSIS, gue mendengar suara gedoran pintu dari dalam dan tak lama setelah nya, ada isakan tangis yang sebenarnya tidak terlalu nyaring tapi gue masih bisa mendengar nya.

"Hiks..hiks..bunda...liva takut, hiks..bang Alfie tolong liva.." meski belum lama kenal, gue sudah hafal dengan suara ini.

Aliva? Ya gue yakin ini suara Aliva, entah kenapa gue yang notaben nya adalah orang cuek, tergerak buat menolong Aliva.

"Va! Aliva?! Lo denger gue?" Ucap gue, dari balik pintu.

"Hiks..gue mohon jangan... jangan lagi...hiks...Clara..please jangan, gini lagi..hiks" bukan nya merespon gue, Aliva malah menyebut seseorang dalam isakan nya.

Clara? Siapa Clara?

Kenapa seperti nya, Aliva trouma dengan orang yang bernama 'clara' ini.

"Aliva....ini gue Elang, Lo minggir dulu gue mau dobrak pintunya." Ucap gue lembut, untuk menenangkan nya.

*Brakkk*

Tanpa pikir panjang, gue Langsung mendobrak pintu itu. Gue pun bergegas masuk keruangan yang gelap itu, disana gue melihat seorang gadis Tengah menangis sambil memeluk tubuh nya sendiri.

"Aliva.."panggil gue pelan.

"Hiks..hiks..hiks.." gadis itu masih terisak, membuat gue kelabakan sendiri.

"Ayo, naik." Ucap gue, menyuruh Aliva untuk naik ke punggung gue.

Aliva, pun naik ke punggung gue. Ia menenggelamkan wajahnya di tengkuk gue. Tadi nya gue mau protes tapi ngeliat gimana keadaan nya, gue mengurungkan niat gue.

....

kini sampailah kita di rumah Aliva, karena gak tega gue mengantar Aliva sampai rumah nya.

Please jangan ngehujat gue dulu, gue sebenarnya mau bersikap cuek dan gak peduli, tapi coba bayangin gimana kalau mamah dan saudara perempuan Lo ada di posisi yang sama kayak Aliva?

Pasti ada, rasa iba kan?

Aliva turun, dari motor gue dan menyerahkan helm yang ia kenakan tadi.

"Lang...makasih...tolong lupain, apa yang Lo denger dan lihat tadi." Ucap nya, gue menatap mata nya dalam dari balik helm full face yang gue kenakan.

Siapa pun pasti menyadari, bahwa ada kesedihan di ujung matanya hazel miliknya itu.

"Kenapa??" Tanya gue dengan nada khas gue, dingin dan menusuk.

"Bulan yang bersinar terang, pasti juga akan malu kan bila para bintang tau, jika sebenarnya cahaya itu bukan lah miliknya. " Jawab nya, gue yakin dia anak sastra. Pinter banget ngerangkai kata-katanya gue aja sampe bingung.

"Hmm.." gue hanya berdehem, karena gak tau mau jawab apa, gak ngerti gue . Ada yang ngerti gak?? Kasih tau dong.

"Yaudah, gue masuk dulu ya...btw lang, kalo gak tau arti dari ucapan gue tadi, maksudnya gue gak mau secret gue di ketahui orang lain, see you and good night." Katanya sebelum membuka pintu rumah.

Busett, nih cewek mood nya cepet banget berubah nya, tadi nangis sekarang malah Sok asik.

Mana gue ketauan, gak ngerti artinya kata kata istilah yang dia tuturin tadi, kan jadi malu sendiri gue nya.

....

Sekarang gue udah sampe dirumah gue, dan tanpa pikir panjang gue langsung merebahkan diri di atas kasur king size gue.

Dan aneh nya, kenapa dari tadi gue kepikiran sama tuh, cewek aneh.

Ahh..siapa peduli, lagi pula lain kali gue gak bakal mau Deket dia lagi.

....

Holaaaaa everyone lifa update nich!!

Gimana nich chapter kali ini? Don't forget to coment yaw 😆

Adakah yang sudah baper? Atau malah laper karena seharian puasa?

Don't forget to vote and coment yaaaa!!! Juga jangan lupa baca story author lain nya,

See you next chapter~

Salam artis papan tulis~
NEKOFA~

Note: update setiap malming!

Aliva | Dilan's Girl Version Donde viven las historias. Descúbrelo ahora