chapter 20 : masa lalu yang menyakitkan

16 2 4
                                    


Aku tidak akan menyalahkan masa lalu, karna tanpa ada nya masa lalu kelam itu aku tidak akan bertemu denganmu..
-Aliva Fakyra Nandita

...

"Ayah jangan sakiti bunda, ayah lily mohon," ucap seorang gadis kecil memohon pada ayahnya.

"Diam kamu!! Anak tidak tau diri!!" Bukannya berlaku lembut sebagaimana seorang ayah, pria itu malah memperlakukan putrinya dengan sangat kasar, membuat trauma tersendiri dalam hati kecil sang putri.

Pria itu menghampiri istrinya yang sudah tersungkur dilantai dengan luka lebam yang memenuhi seluruh tubuhnya, dengan kasarnya ia menarik sang istri lalu menghantamkan istrinya sendiri ke dinding dengan sangat keras.

*Brukk, suara hantaman yang sangat terdengar nyaring.

"Bunda!!" Teriak Lily melihat bundanya yang sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang mengelilingi tumbuhnya.

Aliva terbangun dari tidurnya dengan air mata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya, Mimpi itu lagi, padahal kejadian itu sudah terjadi 10 tahun lalu tapi kenapa masih begitu menyakitkan?!

Aliva menatap langit-langit kamarnya, membayangkan betapa bahagia dirinya dulu sebelum bunda tersayangnya pergi dari kehidupannya.

"Bunda, Lily kangen bunda."

....

"Aliva-Aliva kamu tau kan sudah berapa kali saya bilang jangan nekat?" Omel seseorang berjas putih yang ada di hadapan Aliva sekarang ini.

"Iya tapi-" belum sempat Aliva menjelaskan, perempuan yang bekerja sebagai seorang psikolog itu kembali memuntahkan semua cabai yang ia makan kemarin, makanya jangan kebanyakan makan cabai nanti pedes mulutnya-,

"Gak ada tapi-tapian! Trauma kamu itu bukan suatu hal yang sepele! Udah tau gak boleh Deket-deket cowok masih aja nekat nyari pacar!" kesal wanita yang tak lain adalah psikolog yang membantu menyembuhkan trauma Aliva.

"Ish! Aliva gak nyari pacar, kakak nya aja yang sensitif sama hal yang berbau romansa, umur udah tua masih aja belum punya pacar! Bang Alfie nganggur tuh!" Bukan Aliva namanya jika tidak berbicara yang membuat orang lain tertohok dengan perkataannya.

Mendengar perkataan terakhir Aliva psikolog cantik yang diketahui bernama Bulan itu pun tersipu, ia dan Alfie adalah teman satu kampus namun berbeda jurusan, dikarenakan Aliva yang hanya nyaman jika berkonsultasi dengannya membuat Bulan Memiliki kesempatan untuk mendekati Alfie.

"Jangan kebanyakan makan sambel! Itu mulut pedes amat kayak orang overdosis sambel." Aliva mengerucutkan bibirnya, padahal Bulan pun sama-sama memiliki mulut yang pedas apa wanita itu tidak pernah berkaca?

"Ini obatnya buat sebulan! Jangan sering-sering minumnya, ingat jangan deket-deket sama laki-laki dulu selain Alfie, bagus sih kalau ada yang bisa nyembuhin trauma kamu, tapi jangan berlebihan kayak kemarin-kemarin ya! Mau sembuh boleh tapi jangan sampe stress," kata bulan mengingatkan pasien nya yang satu itu.

"Iya kakak cantik calon kakak ipar ku," sahut aliva yang sudah berada diambang pintu.

"Siapa sih yang ngajarin?!" tanya bulan tak suka adik dan kakak memang sama saja sama-sama bikin naik darah!

"Bang Alfie," jawab aliva dengan wajah seperti tak berdosa.

"Pantesan," gumam bulan seraya menggelengkan kepalanya akibat kelakuan dua saudara ini.

...

kini aliva sudah sampai di rumah ya meski rumah itu bukan rumahnya sih, bagi Aliva rumah adalah tempat di mana ia bisa pulang dan beristirahat dengan tenang sementara tempat ini bagaikan medan perang untuk Aliva jika ia lengah sedikit saja bisa-bisa ada kasus baru buat polisi.

Aliva | Dilan's Girl Version Where stories live. Discover now