chapter 16: rain's memory

30 7 0
                                    

Karna dibawah hujan itulah...
Aku mengukir kenangan indah bersamamu...
-Aliva Fakyra Nandita-

....

"Aliva Fakyra Nandita!!" Teriak Elang,

"Apa future?" Sahut Aliva dengan wajah tidak berdosanya.

"Gue tantang Lo!" Kini seluruh siswa yang penasaran, buru-buru untuk mendekat, yang ada dikelas maupun di perpustakaan langsung berlari menuju kantin.

"Hah?"

"Gue tantang Lo! Dalam sebulan ini kalau Lo bisa gak berpengaruh sama gombalan gue Lo menang, tapi! Kalau Lo sampe baper, gue menang," kata Elang dengan percaya dirinya.

"Apa untung nya kalau gue menang?" Tanya Aliva sambil tersenyum miring.

"You are my Queen," jawab Elang yakin, sungguh! Jika Aliva menang Elang benar-benar akan menganggap Aliva ratunya,

"Okay! Dan kalau gue kalah?" Tanya Aliva lagi.

"I'm your king," lanjut Elang matang.

"Okay, siapa takut!" Tantang Aliva dengan beraninya.

"Deal ya?" Tanya Elang sambil mengulurkan tangannya.

"Deal!" Jawab Aliva yakin, seraya membalas uluran tangan dari Elang.

....

*Tik...tik....

Hujan turun, entah mengapa membuat Aliva kembali dalam kesunyian.

Ditengah jam pelajaran Matematika yang membingungkan, Aliva terhanyut akan fantasinya sendiri.

Elang yang sedari tadi memperhatikan, hanya bisa diam dan mengamati gerak gerik dari calon ratunya itu.

Elang menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya yang berada diatas meja, pandangannya masih tertuju pada Aliva.

"Lo kenapa va?" Tanya Elang yang sudah mulai bosan.

"......" Aliva hanya diam dan tidak menjawab, seakan-akan asik dengan dunia nya sendiri.

"Aliva!" Teriak Elang mulai kesal.

"Eh kenapa Lang?" Sahut Aliva gelagapan.

"Lo ngelamun terus sih?" Tanya Elang sambil menatap Aliva penuh arti.

Aliva tersenyum, tapi Elang tau senyum itu memiliki banyak kisah dibaliknya, senyum itu senyum menyakitkan yang akan menusuk hati siapapun yang melihatnya.

"Gak papa kok, cuma gue suka aja lihat hujan," Bohong Aliva, mulutnya berkata demikian matanya mengatakan hal lain.

....

Kringgggg....

Bell pulang pun sudah berbunyi, Aliva tengah berjalan menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi, tak ada lagi lalu lalang siswa yang berhamburan dari kelasnya,

Hanya kesunyian dan rintikan hujan yang setia menemaninya.

Dalam kesunyian itu tiba-tiba dari belakang ada yang menarik tas ransel milik Aliva,

*Plakkk

dan tiba-tiba menampar si pemilik,

Aliva kaget! Ini pertama kalinya ia lengah hujan memang kelemahannya sedari dulu, hujan...

Mengingatkan nya tentang teman masa kecilnya juga, tragedi 10 tahun lalu.

"Hobi banget ya Lo nampar kakak Lo sendiri??" Tanya Aliva tanpa memperdulikan rasa sakit akibat tamparan dari adik tirinya itu.

Aliva | Dilan's Girl Version Where stories live. Discover now