02

9.8K 975 13
                                    

10 menit lagi jarum jam yang menempel di salah satu dinding toko akan menunjukkan pukul 12 siang. Tandanya aku sudah harus bergegas untuk menjemput Naeun. Namun ada satu hal yang membutku harus bertahan di toko. Pak Doyoung belum juga datang sejak tadi. Belum lagi ada beberapa pelanggan toko yang sedang mengisi perut mereka dengan mie instan ditemani segelas kopi dingin.

Aku meraih ponselku dari dalam saku celana. Mencoba mencari sebuah nama di kontak ponselku. Awalnya aku ingin menanyakan dimana posisi Pak Doyoung sekarang, namun aku sadar diri jika aku masih membutuhkan pekerjaan di tempatnya.

Alih-alih bingung antara menguhubungi Pak Doyoung atau tidak, aku langsung saja menelpon salah satu sahabatku. Kang Seulgi, dia selalu menjadi rumah kedua bagi Naeun selama aku dan Jaemin bekerja.

Seulgiㅡbegitu ia disapa. Dia adalah satu-satunya sahabatku yang paling percaya dan menjagaku. Kami kenal dan berteman sudah cukup lama. Hampir 15 tahun lamanya. Tak heran, ia selalu menjadi tempat pertama bagiku untuk meluapkan segala perasaan yang ada.

"Halo." Ucapku ketika sambungan telfon ku diangkat oleh Seulgi.

"Jaemee-ya, ada apa?"

"Seulgi-ya, sepertinya aku tidak bisa jemput Naeun, toko sedang ramai. Ditambah Pak Doyoung belum balik dari tadi."

"Okay, ini sudah jamnya Naeun pulang kan?"

"Iya, aku minta tolong ya?"

"Tenang saja, kamu fokus sama kerjaan kamu. Biar Naeun aku yang urus."

"Terbaik! Thanks a lot!"


































Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, satu jam menuju toko tutup. Jalanan sekitar toko pun sudah mulai sepi. Lambat laun lampu-lampu rumah yang ada disekitaran toko mulai redup, menandakan bahwa penghuninya sudah beranjak menuju magnet terkuat di duniaㅡkasur.

Aku hanya diam duduk di salah satu meja yang sengaja disediakan Pak Doyoung untuk pelanggannya makan. Toko ini tidak hanya sekedar menjual makanan dan minuman ringan. Namun ada juga beberapa alat kebutuhan rumah tangga.

Karena lokasinya yang lumayan dekat dengan area perkantoran, Pak Doyoung menyediakan beberapa makanan siap saji untuk pegawai yang bekerja disekitar sini. Ada mie instan, tteokbeokki, mandu dan beberapa makanan lainnya. Tak lupa Pak Doyoung menyediakan berbagai macam minuman sebagai pendamping camilan. Tidak terlalu banyak memang, tapi ini semua cukup untuk mengganjal perut para pegawai yang kehabisan tenaga karena harus berkutat dengan lembaran-lembaran kertas dan radiasi sinar komputer selama berjam-jam. Membayangkannya saja sudah berhasil membuat kepalaku pusing. Lemah memang diriku, tidak bisa hidup dibawah tekanan orang lain.

Krincing krincing.

Seseorang masuk dengan tegesa-gesa, dari yang kulihat langkah kakinya pun lumayana besar. Jika aku berjalan disampingnya, entah sudah sejauh apa dia meninggalkanku.

Ia buka topinya, mengambil sekaleng minuman soda dan sepotong roti isi yang ada dirak depan. Lalu menuju kearahku.

"Mark?"

Pria itu hanya menampakkan senyum kecutnya dan justru masuk kedalam area meja kasir yang notabennya lumayan sempit untuk 2 orang. Dia duduk dibawah sambil menaikkan kedua kakinya, lalu ia buka bungkus roti yang baru saja dibayarnya dan melahap roti itu hanya dengan 2 kali gigitan. Rakus sekali dia.

Mark adalah salah satu pegawai magang di toko Pak Doyoung. Sejauh yang aku tahu, dia masih seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu unversitas dekat sini. Dia anak yang pintar, belum lama ini aku melihat selembar kertas ujiannya yang tertanda sebuah huruf 'A' didalamnya.

Lost | Jung Jaehyun ✔Where stories live. Discover now