19

5.7K 657 47
                                    

"Jae Mee, bisa tolong edit ini?" Hansol yang mengenakan setelah kemeja biru laut mendekati meja kerja ku sambil menyerahkan sebuah dokumen berisikan produk-produk yang akan dipasarkan bulan depan.

Sebagai informasi, aku kini bekerja di perusahaan milik Taeil. Bukan karena aku yang meminta, tapi tidak lain dan tidak bukan ini semua adalah ulah Doyoung. Ia yang memaksa agar aku bekerja di kantor Taeil dengan alasan agar aku bisa bertemu dengannya setiap hari. Sungguh alasan yang tidak masuk akal. Huft.

Posisiku di kantor ini tidaklah terlalu wah seperti yang kalian kira. Walaupun memang aku memilki relasi langsung dengan pemilik perusahaan ini, tapi aku tahu diri. Melihat kemampuanku yang tidak seberapa, rasanya tidak adil jika aku mendapat posisi yang cukup 'atas'. Lagipula aku kerja disini pun tetap melalui proses tes masuk kerja seperti karyawan lainnya.

Mengedit naskah atau deskripsi produk. Itu adalah pekerjaanku. Tidak sulit memang jika kalian melihatnya. Hanya saja, butuh keahlian khusus untuk membuat kata-kata menjadi padu, indah dan bisa menarik perhatian pembeli atau bisa dibilang 'ada nilai jual'.

Karena aku bekerja di kantor yang memiliki jam kerja tetap, mau tidak mau Naeun benar-benar harus aku titipkan pada Seulgi. Jae Min sudah pindah kota karena pekerjannya, meskipun dia tetap pulang satu minggu sekali. Ya, inilah hidupku sekarang.

You have a new message

Taeil

| Makan siang?

Kau duluan saja, aku tidak enak dengan karyawan lain |

| Hmm.. baiklah, hubungi aku jika kau mau makan!

Hmm |

Taeil, pria itu sekarang jauh lebih menaruh perhatian padaku dan Naeun. Mungkin karena aku hanya tinggal dengan Naeun tanpa Jae Min bersama kami, ia berpendapat jika kami kurang aman jika hanya berdua di rumah.

Belum lagi saat di kantor. Seperti pesan singkat yang aku terima barusan. Hampir setiap hari dan setiap jam makan siang ia pasti mengajak ku untuk makan bersama.

Jujur, bukannya aku menolak. Rasanya sedikit kurang etis jika aku yang sebagai karyawan baru sudah makan bersama dengan pemilik perusahaan. Belum lagi dengam gunjingan orang-orang di kantor, rasanya aku ingin kembali saja diam di rumah.

Setelah pernyataan resmi yang dilontarkan Doyoung padaku, Taeil mengatakan padaku jika Doyoung menceritakan semua hal yang ia rasakan akan diriku. Mulau dari awal ia menerimaku sebagai karyawannya secara cuma-cuma, memberi aku kelonggaran waktu bekerja, bahkan tidak jarang ia memberikan mainan untuk Naeun.

Hanya satu yang aku khawatirkan, semoga Doyoung tidak mengatakan pada Taeil jika ia menaruh rasa padaku. Aku khawtir dengan pertemanan mereka akan menjadi renggang.

"Apa Doyoung menceritakan perasaannya akan diriku padamu?" Taeil mengangguk. Oh Tuhan, semoga tidak terjadi apa-apa dengan mereka.

"Lalu?" Tanyaku lagi.

"Tidak ada apa-apa. Aku sudah tahu itu dari awal, dan ternyata dia yang mundur. Aku ragu jika apakah aku pantas jika merebut seseorang yang disukai oleh temanku sendiri?"

"Lalu apa yang dia katakan?"

"Dia mengatakan padaku untuk selalu menjagamu dan Naeun. Dan berjanji untuk tidak menyakitimu."

Tuhan, mengapa kau menciptakan orang seperti Doyoung? Jika ada tingakatan kebaikan untuk manusia, aku rasa Doyoung pantas untuk mendapatkan level malaikat.

"Dan kau tidak marah?"

"Untuk apa? Kami berteman baik sejak dahulu. Persaingan sudah menjadi makanan bagi kami setiap hari. Tapi kami tahu, hanya persaingan sehat yang harus kami pertahankan. Aku tahu bagaimana rasanya melepas seseorang yang dicinta untuk orang lain. Mungkin itulah definisi cinta untuknya. Rela melepaskan kau untuk ku demi melihatmu bahagia. Dan definisi cinta untuk ku adalah menjaga dan melindungi mu sesuai apa yang Doyoung minta padaku."

"Lantas kau melakukan ini semua hanya karena Doyoung?"

"Tentu tidak, Na Jae Mee. Tanpa permintaan Doyoung pun aku akan berusaha keras untuk menjagamu dan Naeun. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri."

Taeil menggenggam tanganku. Tangannya menarik wajahku agar aku bsia melihat wajahnya dengan jelas.

"Lihat aku."

"Aku menyukaimu saat pertama kita bertemu dirumah sakit. Saat Taeyong memperkenalkan aku dengan dirimu. Lalu Taeyong banyak bercerita tentang dirimu yang bekerja keras demi Naeun. Ditambah informasi yang tanpa sengaja Doyoung berikan padaku tentang dirimu, membuat rasa suka ku berubah menjadi cinta. Dan cinta itu menguat saat melihat betapa gigihnya kau berkorban untuk Naeun saat ia sakit. Menjaga dan merawatnya, bahkan tidak meneteskan air mata setitik pun di depan Naeun. Kau memang wanita yang sangat kuat dan penyayang."

Pernyataan Doyoung berhasil membuatku menitikan air mata. Dan kini, Taeil melakukan hal yang sama. Bahkan ia berhasil membuatku menangis terisak.

Jika diantara mereka tidak ada yang mengalah untuk mengorbankan perasaannya, aku mungkin akan pindah kota agar tidak bertemu dengan mereka berdua.

Bolehkah aku sedikit berbangga akan hal ini? Dicintai oleh dua orang sahabat yang sangat berhati lembut. Keduanya sama-sama memilki rasa cinta dan kasih sayang yang tulus. Sampai salah satu dari mereka mundur demi kebahagiaan yang lain. Sungguh, aku tidak tahu harus berbuat apa untuk mereka.

"Taeil."

"Bisa kah kau memegang janjimu itu untuk ku? Bukan hanya pada dirimu."

Taeil tersenyum penuh arti. "Haruskah?" Tanyanya.

"You should."

"Na Jae Mee, izinkan aku untuk menjagamu dan Naeun dengan seluruh jiwa dan ragaku." Aku mengangguk.

Taeiln menarik ku kedalam dekapannya. Memeluk ku erat dan mengelus puncak kepalaku lembut.

"Terima kasih sudah mencintaiku dan Naeun."

"Terima kasih sudah membawa banyak sejuta rasa dalam hidupku."

.
.
.
.
.

To be continued.

.
.
.
.
.
.

Author's Note :

Berbahagialah kalian yang minta sama aku supaya Jae Mee-Taeil jadian :)

Sebenernya, seperti biasa. Aku tuh ga tau harus nulis apa atau harus rancang tulisan ini kaya gimana. Aku nulisnya sesuai apa mood aku aja. Jadi, kalo ga nyambung sama part sebelumnya jangan protes ya. Yang pentingkan benang merahnya dapet. Hahaha.

Udah, segini dulu. Aku bingung juga mau ngomong apa. Bye!


Lost | Jung Jaehyun ✔Where stories live. Discover now