14

5.6K 703 31
                                    

Naeun sudah memulai aktifitasnya kembali di sekolah. Sudah satu minggu ini ia kembali bermain dan belajar bersama dengan teman-temannya. Bahkan tidak jarang ada temannya yang memberikan hadiah untuknya berupa berbagai macam jenis mainan. Aku sempat memberitahu Naeun untuk tidak menerima hadiah berupa mainan mengingat mainan yang ia punya sudah melebihi kapasitas penyimpanan yang ada. Belum lagi Taeil yang kerap kali membelikan Naeun koleksi boneka barbie dan boneka beruang. Rasanya jika aku membuka taman bermain untuk anak-anak aku akan sukses besar.

"Noona, tapi Naeun masih belum bisa ditinggal kan?"

Mark yang sedang sibuk membuat daftar harga makanan memulai pembicaraan di pagi yang sedikit terik. Ini hari pertama aku kembali bekerja, jadi wajar saja Mark akan banyak bertanyan mengenai keadaan Naeun pasca dirawat.

"Iya, karena masih ada beberapa obat yang harus ia minum dalam jangka waktu berdekatan. Aku sudah menitipkannya pada Seulgi."

"Syukurlah jika seperti itu."

"Pak Doyoung belum datang?"

"Sedikit terlambat. Dia bilang ada sedikit keperluan dengan rekannya." Aku mengangguk.

Semenjak tidak masuk lebih dari satu bulan aku merasa ada yang berbeda dari toko ini. Tapi sejak aku menginjakan kaki untuk pertama kalinya ㅡsetelah sekian lamaㅡ di toko aku masih belum menemukannya. Aku sempat mengedarkan pandangannku ke seluruh ruangan tapi sama saja.

"Noona sedang mencari apa?"

"E-eh.. tidak. Bukan apa-apa." Aku terbata-bata.

Mengapa aku harus terbata-bata menjawab pertanyaan Mark? Toh aku tidak sedang melakukan sebuah tindakan kriminal. Hanya saja aku merasa ada yang aneh dengan diriku hari ini.

"Mark, apakah selama aku tidak ada kau menemukan hal aneh disini?"

Mark tidak menjawab, justru ia meletakan punggung tangannya tepat diatas keningku. Memastikan jika aku benar-benar sehat. Sedangakan aku hanya terdiam melihat wajah Mark yang sedikit gelisah melihat ku.

"Tidak ada masalah."

Heol! Apa katanya barusan? Tidak ada masalah? Apa maksudnya?

"Ya! Apa kau kira aku mesin mobil?!" Dia terkekeh. Kemudian berlalu meninggalkan ku ke dapur.

Tak lama kemudian ia datang dengan membawa sebuah gelas ice cappucino dan menaruhnya tepat di meja depan. Tangannya meraih pergelangan tanganku dan membawaku untuk mengisi kursi yang tersedia.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Noona hari ini. Semoga ini bisa membantumu merasa lebih baik."

"Terima kasih."

"Mark, aku merasa ada sesuatu terjadi disini."

Sejujurnya aku tidak tahu apa yang barusan aku katakan pada Mark, tapi hatiku mengatakan ada suatu hal yang mengganjal disini entah itu apa.

"Noona mau pulang?" Bukannya menjawab pernyataanku, justru dia menawarkan ku untuk pulang.

"Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang noona pikirkan dan rasakan sekarang, tapi aku rasa noona butuh istirahat."

"Aku baik-baik saja, Mark."

"Tidak, noona terlihat pucat hari ini. Ayo, mumpung masih pagi aku antar pulang. Atau perlu aku telfon Jaemin untuk menjemput noona?"

Aku hanya bisa mendesah pasrah. Jika dipikirkan, apa yang barusan Mark katakan benar adanya. Terbukti sekarang aku merasa sedikit kedinginan dan sekujur tubuhku menggigil.

Krincing krincing.

"Kau sudah datang Jae Mee?"

Pak Doyoung dan Taeil baru saja memasuki area toko. Saat masuk mereka tampak membicarakan sesuatu yang penting, bisa dilihat dari sorot mata keduanya yang sedikit tajam. Juga beberapa kali mereka tampak mengerutkan dahinya seperti sedang berpikir.

"Kau sakit? Wajahmu pucat." Taeil mendekat, ia memegang dahiku dan kedua pipiku. Bisa aku rasakan agak sedikit basah akibat keringat yang mulai bercucuran di sekitar dahiku. Tapi tidak ada wajah jijik atau kaget dari Taeil. Ia justru memegang tanganku dan menggenggamnya.

"Ayo, biar aku antar pulang." Aku diam. Bukan berarti aku menolaknya, melainkan aku tidak enak jika selalu harus merepotkannya.

"Terima kasih, tapi aku bisa telfon Jaemin untuk menjemputku."

Pak Doyoung dan Mark yang semula menjadi penonton antara aku dan Taeil memilih untuk kembali melanjutkan aktifitas masing-masing. Kebetulan tadi ada beberapa pelanggan yang datang.

"Tidak apa, aku punya waktu luang sampai makan siang. Ayo!"

Dengan berat hati, lagi. Aku mau tidak mau menerima ajakan Taeil. Jujur, sebenarnya aku masih kuat jika hanya duduk di dalam bus sampai rumah. Tapi Taeil memang tidak suka jika aku menolak tawarannya.

Aku hendak ke belakang untuk mengambil barang bawaanku, namun Mark sudah lebih dulu peka dan membawanya ke hadapanku. Ia letakkan tasku di atas meja dan kembali bekerja.

"Aku tidak mau jika harus menggendong noona dan berujung pada amukan Jaemin, jadi ini." Katanya saat menyerahkan tasku.

"Terima kasih."

"Ayo." Ajak Taeil, ia menggenggam tanganku. Namun aku sedikit memberi reaksi penolakan. Ia sedikit terkejut.

"Ada apa?"

"Aku belum izin dengan Pak Doyoung." Ia tersenyum dan menatap wajahku.

"Urusan Doyoung jangan diambil pusing, biar jadi urusanku."








"Bibi!" Naeun berlarian keluar sekolah mengahmpiri Seulgi yang sedang asik berkutat dengan ponselnya. Mendengar Naeun berteriak Seulgi pun mengahampiri Naeun dan mendapat sebuah pelukan yang cukup kencang.

"Aku rindu bibi." Ujar Naeun manja pada Seulgi.

"Begitu pun bibi." Balas Seulgi mencubit gemas hidung Naeun.

"Ayo kita pulang!" Teriak Naeun kegirangan sambil melayangkan tangan mungilnya keatas.

"Papa?" Jeffrey yang baru keluar dari gerbang sekolah terkejut ketika mendapati mobil Jaehyun yang terparkir tepat di seberang jalan.

"Hai Jeff! Kau belum dijemput?" Naeun dan Seulgi yang berjalan menuju area penyebrangan jalan berhenti sejenak di dekat Jeffrey.

"Sudah."

Naeun menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencoba menemukan apa yang ia cari. "Tapi tidak ada Bibi Park disini."

"Disana." Jeffrey menunjuk sebuah sedan mewah berwarna putih sedang terparkir.

"Papamu?" Jeffrey mengangguk.

"Mau bibi bantu menyebrang?"

"Tidak perlu, terima kasih. Aku mau papaku yang kesini menjemputku."

"Kau serius?" Seulgi mencoba meyakinkan Jeffrey. Yang ditanya mengangguk.

"Baiklah, jika memang itu mau mu bibi tidak akan memaksa."

"Jeff, aku pulang duluan ya!" Naeun melambaikan tangannya sambil berlalu meninggalkan Jeffrey yang masih terpaku di depan gerbang sekolahnya.

"Seulgi? Sejak kapan dia menikah dan memiliki anak? Bahkan satu sekolah dengan Jeffrey."

.
.
.
.
.
.

To be continued.

Lost | Jung Jaehyun ✔Where stories live. Discover now