03. Renata

5.1K 359 52
                                    

"Ren, pelan-pelan donk masukinnya. Jangan buru-buru, kan itu sempit!" 

"Iya ini juga pelan-pelan."

"Pelan-pelan Ren, sakit tau!" 

"Iih bawel banget deh! Lu masukin sendiri aja deh Son! Gue mau ngerokok dulu!" 

Renata mundur beberapa langkah sedangkan temannya, Sonia sekarang menggantikan tugasnya memasukkan kelinci-kelinci ke kandang.

"Tuh mau kan. Memang lu aja yang kasar jadi mereka ngebandel gak mau masuk!"

Di halaman belakang sekolah ada beberapa rumah hewan untuk menjaga komunitas alam di bukit belakang sekolah. Setiap hari para siswa yang piket bergantian mengurus hewan-hewan tertentu seperti ikan, kelinci dan burung. Rumah kelinci benar-benar berupa bangunan rumah kecil yang di dalamnya terdapat kandang kelinci dan segala keperluannya.

"Bodo."

"Jorok lu gak cuci tangan langsung ngerokok! Kalo ketangkap guru kena skors lu!"

Renata memutar matanya malas. 

"Ngadu aja. Gak peduli. Tega lu ngaduin gue?" 

"Hehehe enggak ding. Nanti gue curhat sama siapa?" 

Renata duduk di lantai. Sonia juga. 

"Kotor nanti rok lu. Gue sih bodo amat." Renata menghembuskan asap rokoknya ke udara.

"Gak kok. Kan ini jerami gak ada apa-apa."

"Ada eek kambing." 

Sonia terperanjat, lantas berdiri karena terkejut.

"Hahaha lu dodol amat sih, ngapain kambing masuk ke rumah kelinci coba?" 

"Makan rumput!" Jawabnya asal. Renata kembali duduk. 

"Eh mau kemana lu?"

"Matiin rokok. Nanti kena jerami kebakaran semua kelinci disini jadi kelinci panggang."

"Ih sarap! Buang-buang duit tau gak!"

"Biarin. Duit gue gak berseri. Cepetan mau curhat apaan?"

"Soal Riana."

"Dia lagi. Lu tuh kenapa sih bisa tahan jadi selingkuhan dia? Tahan lu ya jadi bucin?"

Sonia tersenyum menatap kandang kelinci di depannya.

"Karena, gue cuma mau liat dia bahagia. Dan gue bukan bucin. Gue gak berkorban apapun. Tapi Riana yang berkorban banyak hal."

"Son, kalo dia cinta sama elu pasti dia putusin Vania!" 

"Ren, lu tau kan Vania cemburuannya kayak gimana? Kalo dia bunuh diri lagi gimana? Itu aja kejadian tahun kemarin gara-gara Riana putusin dia makanya dia lukain tangannya pakai cutter."

Renata menghembuskan asap rokoknya ke udara.

"Hubungan sejenis kayak gini udah ribet dan gak mudah dijalanin. Apalagi selingkuh? Kalian tuh tau gak hubungan kayak gini sama aja sama hubungan normal. Ada aja masalahnya bahkan lebih rumit! Memangnya Riana mau sampai kapan jadi pacarnya Vania? Seumur hidup? Dan lu mau sampai kapan jadi selingkuhannya dia? Itu si Riana juga bego sih, cintanya sama siapa pacarannya sama siapa! Lu juga gak capek apa pacaran sembunyi-sembunyi? Kalo ketahuan bisa mampus tau gak kalian!"

"Ren, jangan emosi donk." Sonia cemberut.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka, seorang gadis cantik dengan hidung mancung, mata sipit dan rambut lurus sepinggang mengintip ke dalam.

"Sayang!" Sonia memekik senang.

Renata memutar matanya malas.

"Sayang! Udah lama ya?" 

"Baru kok. Habis masukin kelinci ke kandang."  Sonia tersenyum manis. 

"Ah, capek lari dari lantai 6." 

"Vania gak curiga?" 

"Enggak. Aku bilang sakit perut mau cari angin dulu keluar." 

"Panjang umur lu, bucin. Gue balik ke kelas ya, Son! Bye." 

"Bye, Ren." Jawab kedua pasangan selingkuhan itu dengan kompaknya.

***

"Kak Denaaa! Minta nomor whatsapp donk!" seorang gadis imut dengan vest hijau sedang duduk di sebelah Denata yang sedang membaca buku di kelas.

"Buat?" Denata acuh tak acuh sebentar menatap kearahnya sebentar-sebentar membaca bukunya.

"Nanya-nanya aja soal OSIS nanti. Hehehe." 

"Nomor Neratha aja ya. Kan dia wakil. Dia juga pasti bales terus kok." 

"Aku maunya nomor Kak Denata. Kalo Kakak gak kasih aku gak mau pergi." Ngototnya.

Denata menggeleng pelan, lalu mengeluarkan ponsel dari saku roknya.

"Nih. Buruan salin terus pergi."

"Makasih Kak." 

Anak itu pergi dengan girangnya, saat hendak keluar kelas dia nyaris menabrak Neratha yang sedang membawa 2 kaleng jus jeruk.

"Siapa, Den?" Renatha menyodorkan jus jeruknya.

"Ketua kelas X.6." Denata menerimanya.

"Ngapain?" 

"Minta nomor gue." 

"Buat?"

"Chat katanya, nanya-nanya soal OSIS. Udah ku suruh minta nomor kamu aja malah ngotot gak mau pergi. Jadi aku kasih." Denata meneguk jusnya.

"Nge-fans mungkin sama kamu?" Mendengar itu mata Denata membulat, ia menyemburkan jus jeruknya.

"Ih dena basah! Temenin aku ke WC SEKARAAAANG!!! GAK MAU TAU!!!" Neratha marah-marah karena wajah dan vestnya basah terkena cairan oren sekarang.

***

Bersambung...

Nuansa Rasa PadamuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum