23. Secercah

2.2K 177 71
                                    

Diskusi kelompok baru dimulai setengah jam tapi rasanya sudah seperti berjam-jam lamanya. Walaupun anggota di kelompokku sudah bersikap biasa saja tapi gadis itu melirikku saja enggan. Sebegitu bencinya kah kamu padaku?

"Van, gimana? Setuju gak?" Salah satu anggota bertanya padaku.

"Iya setuju aja. Itu udah bagus idenya." Aku menjawab masih sambil menatapnya yang sedang menoleh kearah lain.

"Oke udah semua nih. Tapi tinggal pendapat Riana yang belum. Gimana Na?"

Gadis itu menatap kearah teman yang duduk di sebelahku.

"Bagus kok Fin." Dia menjawab sambil tersenyum tipis. Senyum yang dulu sangat kusukai.

"Kamu gak kasih ide tambahan gitu?" Mulut sialan ini masih dengan lancangnya tidak bisa dikontrol jika berada dekat dengannya. Dan dia hanya menggeleng tanpa menoleh padaku. 

Sebenci itukah kamu? Baiklah. Aku akan menjauh. Kamu gak tau kan rasanya menjauh tapi masih sayang? Diselingkuhin pula. Sakit.

"Kumpul aja kali ya." 

"Sini aku aja yang kumpulin." Aku menarik kertas kerja kelompok kami dari tangan Irfin dan mengumpulkannya ke meja guru, setelahnya aku kembali ke bangkuku agar jauh darinya.

Jam pelajaran berlalu satu persatu hingga tiba istirahat kedua. Dia sudah beranjak keluar kelas, menjemput pacarnya di gedung IPS mungkin. Hari-hariku hambar, rasanya seperti punya musuh di kelas. Tapi dijauhi orang yang kau sayang itu rasanya lebih parah dari sekedar punya musuh di kelas. Seperti dibunuh pelan-pelan...

***

"Ren! Lu mau kemana sih? Belakangan ini sering banget ngilang-ngilang tiap istirahat!"

"Ke gedung IPA"

"Ngapain?" 

"Ngajak Vania makan di kantin."

"Hah?!" Sonia kaget, ia membelalakkan matanya lantas menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"Ni bocah ngapa ya?" Renata menautkan alisnya heran.

"Lu gak takut? Dia kan..." Sonia enggan melanjutkan kalimatnya, ada rasa khawatir dan takut di matanya. 

"Dia baik kok Son." Renata tersenyum santai.

"Serem..." Sonia menggigit jarinya.

"Eh jorok ah!" Renata menepis tangan Sonia.

"Lu temenan sama dia?" 

"Iyalah. Kenapa?"

"Kok mau?" 

"Ini anak setan nanya kenapa mau temenan sama orang, gak sopan tau! Ya maulah. Dia gak ada temen tau sejak kejadian hari itu yang ngelibatin elu sama Riana. Lagian, sebenarnya dia baik kok. Orang bisa berubah, Son." Renata menjitak Sonia.

"Eh apaan jitak-jitak cewe orang?!" Riana tiba diantara mereka.

"Sayang!" Sonia berteriak manja.

"Cewe lu tuh. Rese. Udah dulu ya. Duluan guys." Renata berjalan tiga langkah.

"Eh bareng aja ngapa? Lu ke kantin kan?" Riana sudah berjalan disamping Renata bersama Sonia.

"Mau bareng sama Vania?" Renata menatapnya datar.

"Hah?" Riana menaikkan sebelah alisnya.

"Aku mau ke kantinnya sama Vania, Na." 

"Oh..." Riana hanya ber-oh saja dengan datar. Renata memperhatikan sorot matanya lalu tersenyum.

Nuansa Rasa PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang