41. Gouda

1.2K 100 5
                                    

Perjalanan dari Kinderdijk kami lanjutkan ke Gouda, kota keju. Kiri kanan kulihat banyak keju bertebaran. Bundaran keju itu menggiurkan.
"Jadi inget doraemon. Gouda takeshi." Sepertinya Neratha mulai lapar. Dia melucu lalu tertawa sendiri.
"Kamu, jangan gouda-gouda cowo lain ya. Hahaha." Sambungku.
"Apaan sih, jayus." Dia tertawa kecil. Kami masih berjalan, tadi kami hanya gendong-gendongan sampai di depan kapal ferry.
"Cheese Farm Hogwarts." Neratha membaca nama tempat ini di map yang dipegangnya.
"Cheese Farm Hoogerwaard sayang, bukan Hogwarts. Kita gak lagi syuting film Harry Potter. Ayo masuk." Aku menarik tangannya.
5 menit kemudian suasana menjadi sedikit awkward karena kami dibentuk kelompok untuk mempelajari cara membuat keju. Awkward karena kami sekelompok dengan Roy, tapi tidak kulihat Refan disini. Mungkin dia di kelompok lain, di meja kami sudah ada sebuah pan berisi dadih susu atau whey. Pemandu sedang menjelaskan proses yang harus kami lakukan. Mulai dari mengaduknya, menuangkan air panas, menutupnya, memasukkan ke cetakan, dan menunggu adonan keju matang. Aku kebagian tugas menuangkan air panas.
"Maafin aku." Ujar Roy tiba-tiba. Tanganku terpeleset, air panas yang kupegang tumpah mengenai tangannya.
"Duh! Roy!" Aku kelabakan, berusaha mencari sesuatu yang bisa kugunakan untuk menolong Roy.
"Gapapa den."
"Gak bisa. Harus disiram air dingin." Neratha menarik Roy, menuju keran air.
***
"Gimana Roy? Masih sakit gak?" Neratha menatapku, ia tampaknya mencemaskanku. Aduuuh kenapa sih aku marah-marah sembarangan. Perasaan menyesal datang menyelimutiku.
"Gapapa tha. Maafin aku ya. Maaf aku marah-marah." Aku menatapnya.
"Iya roy. Gapapa." Dia tersenyum.
Kami kembali ke meja.
"Udah gapapa?" Denata menatapku cemas.
"Gapapa kok den. It's okay."
"Maaf." Dia menatapku, nada suaranya sedih.
"Gapapa den. Nanti balik aku obatin. Makasih ya tha udah nolongin." Aku berusaha tertawa.
Ternyata, mereka memang baik. Tau begini dari dulu saja aku minta maaf, tidak usah menunggu selama ini.
***
Kami diberikan keju cicipan, rasanya enak sekali. Kami juga disajikan teh panas.
"Aku betah disini. Mau disini aja terus." Ujarku.
"Memang disini. Kan kita mau tinggal disini terus nikah." Denata tertawa.
"Bener ya? Awas kalo enggak." Aku kembali fokus mendengarkan penjelasan pemandu di depan, walau di tengah-tengah fokusku aku mendapati Roy menatapi Denata diam-diam. Sepertinya dia belum move on. Cepatlah move on, Roy, jangan suka sama tunangan orang!
"Aku ke toilet dulu." Pamit Roy.
"Iya." Jawabku, sekenanya. Aku berpaling melihat Denata.
"Ih kok kamu makan semua kejunya! Gak disisain akunya!" Denata memberikan cengirannya. Benar-benar menyebalkan.
"Nih masih ada satu, di mulut aku. Mau?" Dia tersenyum menggoda.
"Gak mau. Jorok!" Jawabku ketus. Sengaja. Aku menoleh lagi ke depan, tiba-tiba dia menarikku, melumat bibirku, ada tekanan disana, dia sedang bersemangat.
"Mmh..." Denata memasukkan lidahnya, aroma keju. Aku yakin setelah ini aroma keju itu akan tersisa di mulutku.
"Enak kan?" Dia menarik jarak.
"Gak enak. Kejunya sisaan bukan baru." Jawabku datar, sebenarnya pura-pura datar.
"Mau yang baru? Tapi cara makannya harus kayak tadi ya." Dia tersenyum nakal.
"Apaan sih!" Aku mencubit pinggangnya gemas. Untung meja kami paling pojok dan letaknya di belakang.
"Udah mau balik ya kayaknya?" Roy kembali dari toilet.
"Iya kayaknya." Denata menjawabnya. Benar saja, tak lama kemudian kami diajak pulang oleh pemandu. Kembali ke asrama.
***
"Pijitin." Denata meraung-raung dari 10 menit yang lalu. Aku baru selesai mengganti baju di toilet.
"Suru siapa gendong-gendong." Balasku.
"Ini gara-gara kamu tau!" Dia menunjukku.
"Kan kamu yang nawarin!"
"Kalo gak mau, aku minta pijit sama yang lain nih."
"Yaudah, aku mijitin yang lain kalo gitu." Aku mengendikkan bahu.
"Kamu... Ngapain pake kaos oversize?" Denata menatapku, tatapannya menelanjangiku. Ia mendekat.
"Deeen..." aku menarik jarak. Dia mengendus leherku. Cukup lama.
"Kamu tuh seksi kalo pake kaos oversize." Dia mencium pipiku sekilas lalu mengusap rambutku kuat-kuat.
"Iih dena! Acak-acakan tau!"
"Bodo." Dia mengendikkan bahu lalu berbalik membelakangiku.
"Katanya mau dipijitin? Gajadi?"
"Mau!" Dia langsung terduduk, matanya berbinar, penuh harap.
"Haaah tau gitu gak usah digendong tadi." Aku mengeluh.
"Ih kok kamu ngomongnya gitu?!" Dia merengut.
"Biar! Untung tunangan! Kalo bukan mana mau aku cape-cape mijitin!"
Daaaan malam ini berakhir dengan aku yang lelah memijitinya sampai ia tertidur pulas.
***
Hai readers... Sori pendek... Tadi udah jadi sih 1000 kata lebih tapi ilang, jadi ngulang deh. Wattpad error... Sakit deh udah ngetik panjang-panjang malah ilang... Adegan ciumannya ilang wkwkwk adegan pas lagi bikin keju juga lumayan panjang tapi cape banget ngetiknya... Yaudah deh segini dulu ya... Ini versi pendek dari yang panjang tadi... Intinya roy udah damai sama temen-temennya...

Nuansa Rasa PadamuWhere stories live. Discover now