08. Putus

3.1K 272 14
                                    

Disinilah mereka sekarang. Di ruang kepala sekolah.

"Kalian masih saja membuat masalah! Bukannya kemarin sudah dipanggil BK?" 

"Tadi kan gak sengaja Pak. Masa iya temen jatuh saya biarin?" 

"Kalian pacaran kan?!"

"Enggak pak." Neratha mulai terisak di bangkunya. Denata geram.

"Bapak kenapa sih nuduh sesuatu yang jelas-jelas salah?!"

"Ngaku kalian! Gosipnya sudah beredar! Awalnya saya tidak percaya gosip sampai saya melihatnya sendiri! Denata, kamu jangan belain temanmu terus! Bapak sudah pegang buktinya! Ditambah tadi kalian berdua peluk-pelukan di tangga!"

Denata membelalakkan matanya, ia melihat foto-foto itu. Foto yang kemarin diambil saat mereka berjalan di lapangan sekolah.

"Siapa yang kirim Pak?" 

"Tidak perlu tahu. Kalian akan saya skors!"

"Tunggu, Pak. Ini salah paham. Kami benar-benar tidak ada hubungan apapun yang lebih dari teman." Jelasnya.

"Nak. Saya sudah maafkan salahmu yang kamu perbuat pada anak saya. Tapi saya mohon jangan berbuat hal ini pada aset sekolah kita, bahkan dia anak atasan saya! Kamu jangan membuat masalah, Neratha. Kamu juga aset sekolah kita. Masa depan kalian berdua masih panjang." Kepala sekolah mengiba.

"Yaudah. Bapak mau kita putus kan?" Neratha menegakkan kepalanya.

"Tha? Kita gak pacaran ngapain kita harus putus?!"

"Mulai hari ini..."

"Tha! Kita gak salah! Kamu jangan ngomong aneh-aneh!"

"Saya tidak akan berhubungan lagi dengan Denata. Saya tidak akan mendekatinya, saya tidak akan menghubunginya, dan saya tidak akan mengganggunya." 

"Tha!!"

"Baik, kamu boleh pergi sekarang Nak. Denata tolong tunggu sebentar ada yang ingin bapak bicarakan." Neratha berjalan keluar ruangan.

"Gak bisa! Neratha! Tunggu!" 

Flashback

Di lantai koridor dekat kantor kepala sekolah, Neratha dan Denata baru saja keluar dari ruang guru setelah berdiskusi dengan pembina OSIS. Seseorang mengamati mereka, lalu berjalan kearah tangga dan menyiram segelas minyak yang sudah disiapkannya. Mengirim pesan, lalu pergi meninggalkan tempat persembunyiannya.

"Aw!" 

"..!" Denata dengan sigap menangkap Neratha yang terpeleset di tangga.

"Gapapa?" 

"Enggak. Makasih ya."

"Kalian! Masuk ke ruangan saya sekarang juga!"

Flashback end

***

"Tha, konsep acara gimana? Sebelum bulan depan udah harus matang konsepnya." 

Denata masih berbaring di kasurnya. Ia memejamkan mata setelah mengirim chat itu pada Neratha. Chat pertama setelah 2 minggu ini Neratha mati-matian menjauhinya di sekolah dan di asrama. Renata yang sedang merokok di balkon melangkah keluar kamar. Tak lama kemudian dirinya masuk, lalu berjalan mendekat pada Denata.

"Den. Ini." Renata menyerahkan selembar kertas.

"Apa ini?" Denata bangun dari baringnya.

"Konsep. Dari Neratha. Tadi dia ngechat nyuru gue ke kamar dia ambil konsep."

Denata menghembuskan napasnya keras.

"Kita ke kamar dia sekarang. Ayo."

"Tapi den..."

"Gak ada tapi-tapian."

Renata mengetuk pintu kamar Neratha.

"Tha, buka donk. Ini gue." 

Pintu terbuka, tapi segera tertutup lagi saat mata Neratha menangkap sosok Denata dibelakang Renata.

"Tha! Tunggu! Kita harus ngomong!" Denata menggedor pintu kamarnya keras.

"..." 

"Tha! Buka! Jangan ngindar kayak gini! Buka pintunya!" 

"Den, nanti anak-anak lain keluar kamar loh. Berisik."

"GUE GAK PEDULI REN! THA! BUKA PINTUNYA!" Denata masih menggedornya.

Pintu terbuka. Pintu kamar lain, bukan pintu kamar Neratha. 

"Jangan diganggu bisa gak?" Gadis cantik dengan rambut sebahu menegur mereka dari depan pintunya.

"Lu kan yang bikin masalah ini? Lu yang ngadu ke bokap lu? Lu yang nyebar gosip?" Denata berjalan mendekati sosok itu.

"Jangan sembarangan ngomong kalo gak ada bukti!" 

"Terlalu mencurigakan Fer. Apalagi semua kata-kata guru dan kepala sekolah bawa-bawa masa lalu Neratha!"

"Gak mungkin gue nyelakain gadis yang gue sayang!"

"Bullshit!"

"Kita tangkap sama-sama." Fero memberi usul.

Untuk pertama kalinya Denata, Renata dan Fero berdiskusi bersama di kamar Fero tentunya.

***

"Yang sabar ya Tha. Kita pasti bisa sama-sama lagi. Gue janji." 

-Denata-



Nuansa Rasa PadamuWhere stories live. Discover now