MAZE 4

21K 1.8K 18
                                    

"Mia, judul proposal skripsimu sudah keluar."

Gadis bermata sipit yang sedang malas-malasan di tempat tidur itu menolehkan kepala.

"Benarkah?"

Shie Ra menunjukan layar ponsel, tempat di mana pengumuman judul-judul proposal skripsi yang diterima berada. Di sana, ada nama Mia dan namanya tertera.

"Wah... daebak."

Entah kagum atau malah sebaliknya, tapi raut wajah Mia sangatlah datar. Bahkan kemudian dia kembali sibuk ke ponselnya, membalas chat dari seorang penggemar.

"Yak! Setidaknya bergembiralah sedikit karena hal ini!" omel Shie Ra sambil menendang kaki temannya itu.

"Memangnya aku harus bagaimana?" Mia bangun, wajahnya cemberut.

"Kerjakan, dan kita harus seminar secepatnya!"

"Iya."

Mia kembali merebahkan diri. Tetapi, baru saja ingin fokus ke game, Shie Ra sudah menepuk pahanya.

"Apa lagi?"

"Ini, kau beli tas baru?" Shie Ra mengangkat tas punggung warna peach milik Mia.

"Mm."

"Kapan?"

"Kemarin."

"Yak, bukannya kau bilang uang jajanmu sudah habis. Lalu, ini dapat uang dari mana?"

Gadis manis itu mengerjap. "Dari seorang Ahjussi mabuk," jawabnya polos.

"Ahjussi mabuk?" Shie Ra menyipitkan mata.

"Mm, dia memberiku kartu ATM dan PIN-nya sekaligus."

"Tidak mungkin...."

Mia tak acuh dan kembali memainkan game. Tetapi, Shie Ra nampaknya belum selesai. Terbukti dari geraknya yang mendekat ke Mia.

"Hei, ceritakan padaku bagaimana bisa Ahjussi itu memberimu ATM."

"Aku hanya main-main saat memintanya, tapi dia malah benar-benar memberikannya padaku."

"Bagaimana bisa semudah itu...."

Tidak ada jawaban, membuat rasa penasaran itu bertambah banyak di kepala Shie Ra.

"Mia."

"Hmm?"

"Bagaimana wajah Ahjussi itu?"

Sejenak Mia menghentikan permainan. Di matanya tergambar sosok tampan dengan senyum menawan. Ada kesombongan di sana, tapi malah menambah daya tarik yang memikat. Tanpa sadar Mia tersenyum.

"Dia tampan, gagah, sempurna."

Shie Ra mengerutkan kening. Ditelisiknya wajah sang teman, kemudian ia bergumam panjang.

"Kenapa?" Mia menoleh.

"Kau jatuh cinta dengannya, ya?"

Jika Shie Ra mengharapkan reaksi Mia akan memukulnya karena sembarangan menebak, atau bahkan marah-marah tidak terima, maka semuanya tak terjadi. Mia, gadis berobsidian cokelat itu malah menatap datar ke langit-langit ruangan.

"Aku... tidak akan pernah boleh jatuh cinta dengannya."

Jungkook melirik jam di pergelangan tangan. Ditariknya napas panjang, kemudian mengambil jas yang tergantung rapi. Melangkah ke luar ruangan, dia pun berpamitan pada sekretaris bahwa jadwal mengajarnya sebentar lagi.

Mobil hitam miliknya membelah jalanan kota Seoul. Tujuannya adalah universitas ternama di kota ini. Yap! Dia memang memiliki kontrak mengajar di sana untuk setengah tahun ke depan, menggantikan dosen tetap yang sedang mengambil cuti.

"Annyeong haseyo."

"Annyeong."

Ada banyak sapaan dari para mahasiswi saat dia baru menjejakkan kaki di area universitas. Namun, semua sapaan dianggap lalu. Langkah tegapnya menuju sebuah kelas, tempat dia akan memberi materi pada hari ini.

"Selamat siang," sapanya ketika memasuki kelas.

"Selamat siang, Pak!"

Ada semangat yang jelas terlihat, terutama dari para mahasiswi. Jungkook hanya tersenyum simpul, sadar bahwa dirinya memang tampan. Tetapi, ketika baru saja menaruh buku pelajaran ke meja, pintu masuk tiba-tiba terbuka.

"Oh, maaf. Aku salah ruangan."

Jungkook tak berkedip saat gadis yang baru datang itu membungkuk sopan dengan wajah memerah. Pun si cantik, dia juga terdiam ketika mengangkat kepala dan menyadari siapa yang berdiri di podium depan.

Namun, ia buru-buru menundukkan kepala lagi dan segera keluar. Jungkook juga kembali membuka buku dan mulai menerangkan. Kejadian tadi dengan cepat dilupakan.

"Ahjussi, annyeong."

Jungkook yang baru keluar dari toilet khusus dosen mengerjap saat mendapati gadis yang tadi salah masuk ruangan sudah menunggunya.

"Kau...."

"Mengajar di sini, ya? Menggantikan Mr. Sho?" potong si cantik dengan nada jenaka.

Menarik napas panjang, Jungkook pun berkata, "Lain kali jangan salah masuk ruangan lagi."

"Siap!"

Hening sebentar saat dua orang itu kehilangan pembahasan. Tetapi, Jungkook lebih dulu menemukan sesuatu yang jadi pertanyaan beberapa hari terakhir.

"Namamu siapa?"

"Mia."

"Kim Mia?"

Mia mengendikkan bahu. "Aku tidak suka margaku."

"Kenapa?"

Alih-alih menjawab, Mia malah tersenyum dan memandangi Jungkook. "Lalu, nama Ahjussi?"

"Jeon Jungkook."

"Hmm, aku suka marga Ahjussi," ucapnya spontan.

Satu alis dinaikkan oleh Jungkook. "Lalu?" tanyanya tidak mengerti.

"Tidak ada. Hanya suka saja."

"Hmm."

"Ahjussi, beri aku uang."

Jungkook menyipitkan mata, kemudian merendahkan wajah hingga jarak antaranya dan Mia terkikis banyak. "Kenapa aku harus memberimu uang, huh?" ucapnya dengan suara rendah. Sangat menggoda.

"Karena aku meminta."

Santai sekali jawabannya ya Tuhan.

"Jika aku tidak memberikannya?" Jungkook tergelitik ingin tahu.

"Ahjussi yakin tidak ingin memberiku?"

"Tergantung jawabanmu."

Mia melangkah setindak, membuat jaraknya dan Jungkook hanya tersisa beberapa senti.

"Haruskah kita berciuman?"

Sebuah pertanyaan yang membuat debaran manis muncul di diri Jungkook.

"Kim Mia... kau benar-benar gadis nakal."

—TBC—

Next Chapter :

"Ahjusshi, ini terlalu dekat," gumamnya.

Jungkook melirik, tapi kemudian malah mengusap rambut Mia dan mengeratkan pelukan. "Biar saja," jawabnya dengan senyum miring.

[M A Z E] 🔞Where stories live. Discover now