MAZE 16

14.1K 1.3K 112
                                    

Nana melangkah tergesa menuju cafe yang berada di lantai bawah. Gaun kuning pucatnya melambai seiring gerak, tegas dan anggun, memanjakan mata para lelaki yang mengincar wanita cantik.

Di tempat yang ternyata sudah ramai oleh para turis, Nana menyisir seisi ruang sembari kembali coba menghubungi lelaki yang menemukan ponselnya.

"Yeoboseo?"

"Aku di sebelah kananmu."

Menurut, si cantik Kim menoleh ke kanan. Di sana, lelaki berkemeja biru dengan topi melambaikan tangan. Segera, Nana mengembuskan napas lega dan menghampiri si lelaki.

"Maaf sudah membuatmu menunggu, dan terima kasih karena—"

"Ponselmu sangat penting, ya?"

Pertanyaan yang ganjil, bahkan sampai membuat Nana menaikkan alis. Lelaki berusia sekitar 45 tahunan itu terlihat aneh dan gerak-geriknya selalu gelisah.

"Maaf, apa maksudmu?" tanyanya hati-hati.

"Aku perlu uang."

Sepertinya Nana sudah mengerti arah pembicaraan ke mana. Oleh sebab itu, ia pun menarik napas dan coba tersenyum. "Uangku semua ada di kamar," katanya mencoba sabar.

"Ambil, dan bawa ke sini."

"Itu... sedikit sulit. Bagaimana jika Ahjussi ikut aku ke atas? Di sana akan kuberikan uangnya."

"Tidak. Kau saja yang ambil dan bawa ke sini, atau suruh seseorang."

Baiklah, kesabaran Nana sudah habis.

"Yak, Ahjussi. Aku meminta baik-baik. Lagipula jika kau memang mau uang, kenapa tidak di telepon tadi saja mengatakannya?!" Nada suaranya meninggi, membuat beberapa orang langsung menoleh ke meja mereka.

"Pelankan suaramu...." Si lelaki paruh baya mendesis dan coba menyembunyikan wajah dari pandangan orang-orang.

"Kenapa aku harus memelankan suara?! Bukannya bagus jika mereka tahu bahwa ada pemerasan di sini."

"Kau!"

Si lelaki berdiri dan langsung mengangkat tangan hendak memukul Nana. Beberapa orang menjerit panik, beberapanya lagi hanya berseru jerih. Tetapi, semua mendesah lega ketika ada seseorang yang berani menangkap lengan si lelaki paruh baya dan langsung memutarnya ke belakang hingga ia mengaduh.

Nana, perlahan ia membuka mata dan menurunkan silangan tangannya di kepala. Mata jernihnya mengerjap, tak sangka orang yang hendak memerasnya dilumpuhkan begitu mudah.

Dua orang satpam bergegas datang dan mengamankan si lelaki paruh baya, tapi sebelum itu ponsel Nana sudah diberikan lebih dahulu. Benar-benar melegakan hati si cantik bersurai gelombang tersebut.

"Kau baik-baik saja?" Si tampan yang tadi menolong Nana bertanya, cemas menatap si cantik di hadapannya.

"Ah, ya. Aku baik-baik saja." Nana tersenyum canggung. "Ngomong-ngomong, terima kasih sudah membantuku," lanjutnya tulus.

"Sama-sama. Lain kali lebihlah hati-hati," sahut si tampan berperawakan tinggi (tapi tak setinggi Jungkook). Mata sipitnya melengkung seiring bibirnya tersenyum. Manis sekali.

"Mm, aku akan hati-hati."

Tak terduga, si tampan mengulurkan tangan. "Namaku Jimin. Namamu?" tanyanya dengan pandangan lekat dan bibir mematri senyum.

Mau tidak mau, Nana pun menyambut uluran tangan tersebut.

"Nana."

Dengan begitu, resmi sudah perkenalan mereka.

[M A Z E] 🔞Место, где живут истории. Откройте их для себя