MAZE 24

12.5K 1.2K 130
                                    

Satu jam sudah Nana duduk di meja bartender, tempat yang pertama kali ia datangi setelah puas menangis karena sesuatu di HP Mia. Rum, minuman beralkohol dengan rasa yang kaya—dari karamel dan vanila hingga bau asap dan tanah—sudah berulang kali masuk ke tubuhnya. Pening melanda, tapi dia tak berencana untuk berhenti. Hatinya terlalu kacau untuk berpikir jernih.

Tepat di saat jarum panjang jam menunjuk angka sepuluh, dia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

"Yeoboseo?"

"Yak, Bajingan. Apa kau masih hidup?" cercanya tanpa sadar.

"Nana-ssi, kau mabuk? Ini aku, Jimin."

Nana menyipitkan mata. Dijauhkannya sejenak ponsel dari telinga, pandangan yang bergoyang membuat ia agak lama baru menyadari bahwa yang dihubungi adalah Jimin dan bukan Jungkook. Ah... memalukan sekali.

"Maaf, aku salah sambung," katanya menyesal.

"Tidak apa. Kau di mana sekarang?"

Nana memandang sekeliling dengan kepala yang semakin berat, lantas pandangannya tertuju salah satu pelayan laki-laki. "Yak, apa nama tempat ini?" tanyanya.

Si pelayan menyebutkan nama bar, lantas diulang oleh Nana untuk menjawab pertanyaan Jimin.

"Baiklah. Tunggu di sana. Sepuluh menit lagi aku sampai!"

Dan panggilan diputus sepihak.

"Bodoh." Nana mendesis. Rum terakhir ia minum, lantas mulai turun ke tengah ruangan, tempat orang-orang mengekspresikan perasaan mereka dengan bergoyang. Nana juga sama, mulai bergerak secara asal mengikuti irama musik. Pengaruh alkohol membuatnya jadi sedikit berbeda malam ini.

"Hai." Seorang lelaki mendekat, tersenyum ramah pada Nana yang segera menghentikan gerak.

"Hai." Si cantik menjawab, juga balas tersenyum.

"Mau berdansa bersama?"

Nana menimbang sejenak, tapi kemudian mengangguk. Toh, yang mengajaknya tidak jelek, cenderung tampan malah. Senyum manis, dada bidang, rambut yang sedikit berantakan dan kemeja putih yang lengannya digulung. Er... seksi.

"Namaku Ryan. Senang bertemu denganmu...."

"Nana."

"Ah, senang bertemu denganmu, Nana-ssi."

Si tampan mulai berani menyentuh pinggang ramping gadis di hadapannya. Juga membawa si cantik agar lebih dekat dan membelai rambut yang halus.

"Kau mau istirahat, hmm?" tanyanya lembut.

"Ya, boleh."

"Kalau begitu--"

"Dia milikku."

Satu tangan meraih Nana, langsung menarik ke pelukan dan menyembunyikan si cantik ke dadanya.

"Aku sudah datang. Ayo kita pulang, Sayang."

Ryan ingin protes, tapi nyalinya menciut melihat tatapan dingin dari lelaki yang memeluk Nana.

"Jimin-ssi...." Nana bergumam ketika ia mendongak. Sayunya menggoda, juga suaranya yang rendah. Tetapi, yang dipanggil justru bergeming dan malah balas menatap risau.

"Kenapa kau semabuk ini, huh?" tanyanya prihatin. "Ayo kita pulang."

"Aku mau di sini...."

Yakinlah bahwa Jimin tidak senang mendengar rengekan Nana, itulah mengapa ia langsung mengeluarkan dompet, mengambil sejumlah uang untuk membayar minuman si cantik Kim, lantas mengangkat ala bridal dan membawanya keluar dari bar.

[M A Z E] 🔞Where stories live. Discover now