MAZE 32

12.7K 1.3K 242
                                    

"Jangan tolak diriku karena kesalahan di masa lalu."

Gorden putih melambai pelan, mengikuti tiupan angin yang lemah. Gadis di ranjang rumah sakit menarik napas, kesal menatap wajah tampan yang nampak bersungguh-sungguh atas kalimatnya tadi.

"Mia, aku serius akan melamarmu dan kita akan--"

"Sudah kubilang, aku tidak mau menikah dengan Ahjussi."

"Kenapa?" Nada putus asa terdengar dari Jungkook. Pun rautnya yang dikagumi banyak wanita, sekarang terlihat patah dan pasrah. "Apakah karena masa lalu? Kau takut kuabaikan? Atau ada hal lain? Beritahu aku, Mia. Jadi aku bisa memperbaiki!" desaknya tak pantang menyerah. Bahkan, tangannya langsung menggenggam erat jemari lentik sang pujaan, tanda bahwa dia menginginkan jawaban yang serius.

"Bukan begitu...." Perlahan Mia menarik genggaman tangannya dari Jungkook. "Aku sudah berjanji tidak akan memiliki perasaan apapun pada Ahjussi," jelasnya dengan berat hati, seolah ada yang mengganjal, tapi diabaikan.

"Mia...." Jungkook nelangsa. Jemarinya ingin menyentuh kembali wanitanya, tapi mengingat Mia akan menjadi tak nyaman membuat ia mengurungkan hal tersebut. Hal terakhir yang bisa ia lakukan hanya menyatukan kedua tangannya ke dahi dan tertunduk seperti tengah memohon.

"Aku benar-benar mencintaimu, Kim Mia...." Dia mengerang tanpa memedulikan harga dirinya yang sudah terbuang sedar tadi. Baginya, diterima Mia lebih penting daripada hal lain. Yap! Sesuka itu dia ke gadis bersurai lurus ini.

"Jungkook-nim...." Pertama kalinya Mia menyebut nama atasannya secara formal, itupun karena dia terlalu kesal dengan Jungkook yang tidak memahami keputusannya. "Jam besuk akan berakhir. Pulanglah sebelum suster mengusirmu," katanya tegas.

"Tapi--"

"Kumohon... pulanglah. Ahjussi juga perlu istirahat." Mia melunak, tak bisa jika harus berlama-lama kasar pada pria yang setia di sisinya selama ini.

Jungkook diam, kalah telak. "Baiklah, aku pulang," katanya pasrah.

Lengkung kecil hadir di bibir Kim. "Hati-hati di jalan," pesannya ketika Jungkook baru berdiri.

"Mm, cepatlah sembuh. Besok aku datang lagi."

Tak ada respon berlebih kecuali senyum simpul ketika jemari yang tegas mengusap helaian rambut lurus sang hawa. Jungkook balas tersenyum, mengambil jaketnya yang tersampir di sofa, baru setelahnya keluar dari ruangan yang ditempatinya selama beberapa jam terakhir. Seperti yang dikatakan Mia, dia perlu istirahat setelah hampir semalaman terjaga dan kemudian pagi-pagi mencari Nana hingga ribut dengan Jimin.

Jimin mengantar Nana hingga ke depan gerbang rumah yang megah. Lelaki berkemeja santai itu menyempatkan untuk melambaikan tangan ke cantik yang segera membalas dengan senyum ringan. Dan setelah menutup kaca jendela, mobil berwarna hitam tersebut langsung melaju pergi.

Gerbang yang dicat hitam didorong oleh Nana. Setelah percakapannya tadi bersama Jimin, dia paham bahwa lelaki itu benar-benar tidak sejahat seperti yang selama ini dikira. Lelaki itu hanya tersesat, bingung harus menumpahkan kemarahan ke mana, sebab itulah dia jadi sangat membenci Jungkook. Dan setelah kejadian yang merenggut si calon bayi, kebenciannya luntur dengan cepat, terganti dengan rasa kasihan yang menunjukkan bahwa sebenarnya dia adalah orang yang lembut dan penuh kasih sayang.

Memikirkan hal tersebut, Nana pun tiba-tiba menghentikan langkah. Ingatannya kembali ke Marina, gadis yang jadi pusat cerita mereka.

Ditariknya napas panjang, memantapkan tekad dan berbalik ke luar pagar. Satu taksi yang kebetulan kosong diberhentikan, lantas dengan yakin ia menyebut alamat rumah peristirahatan; tempat yang sudah lama tidak pernah ia simbangi. Kali ini, tujuannya satu, meminta maaf di depan makam Marina.

[M A Z E] 🔞Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz