chapter 1

2.8K 241 14
                                    

RUNAWAY

“Joohyun-ah, kau serius dengan keputusanmu?”
“Ne eomma. Tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja.”
“Kau tahu kan, ayahmu tidak setuju dengan ini? Ayahmu tidak pernah membiarkanmu pergi sendirian tanpa pengawalan. Kau benar-benar akan sendirian di sana?”

“Busan itu hanya sejam dari sini. Memangnya aku akan ke hutan Amazon atau Afrika? Aku bisa bertanya jika aku tersesat. Lagipula, aku sudah menemukan Homestay dan aku sudah memesannya.”

“Homestay? Kenapa tidak tinggal hotel?” Mendengar perkataan Joohyun yang tidak biasa, berhasil membuat ibunya kembali was was

“dan kenapa tidak ke tempat kakakmu saja?” wajah sang ibu kembali senduh melihat anak perempuannya.

“Aku tidak mau merepotkannya. Masalah ini sudah cukup mempengaruhinya. Lagipula, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Aku akan segera kembali. Jadi, eomma tidak perlu khawatir, hm?”

“Baiklah. Tapi, kau harus benar-benar menepati janjimu untuk segera kembali, mengerti?” hanya senyuman manis yang bisa joohyun berikan pada ibunya saat ini.
~

Joohyun melangkahkan kakinya keluar dari Stasiun Busan sambil menenteng beberapa barang bawaannya. Joohyun menghela nafas saat memandangi langit musim semi Busan, seraya berusaha menerima bahwa nasib baik sedang tidak berpihak padanya.
Sebentar lagi hari ulang tahunnya dan dia justru harus menghadapi sebuah kenyataan pahit yang tidak pernah terbersit dalam benaknya.

“Terlalu cepat untuk mati, Bae Joohyun. Kau pasti bisa melewati semua ini” Joohyun bergumam, berusaha untuk menghibur dirinya.
Joohyun kemudian bergegas mencari taksi lalu menuju ke Homestay yang sudah ia pesan beberapa hari sebelum memutuskan berangkat ke Busan.
Ini pertama kalinya seorang Bae Joohyun keluar rumah sendirian. Biasanya Joohyun selalu diantar oleh supir jika bepergian. Kali ini Joohyun benar-benar sendirian. Joohyun sudah membulatkan tekadnya. Dia ingin menjalani hidup sebagai orang asing di tempat asing. Menurutnya, inilah cara terbaik untuk bisa menenangkan diri dari masalah yang merundungnya selama beberapa waktu terakhir.

“Pagi, Oppa” sapa Yerim pada Seokjin yang sedang menyiapkan sarapan pagi di dapur. Seokjin kemudian menoleh pada adik semata wayangnya itu sambil tersenyum.
“Oh, Yerimie, selamat pagi. Tumben sudah rapi.”
“Aku ada pekerjaan di butik. Oya Oppa, hari ini ada tamu baru, jadi mohon bantuannya ya”.
“Jam berapa datangnya?”
“Hmm, sepertinya tidak lama lagi. Oppa tidak berencana kemana-mana kan?”
“Aku berencana ke pasar. Kita hampir kehabisan bahan makanan. Aku juga akan membeli beberapa peralatan rumah. Beberapa minggu ini kita banyak tamu dan ada barang-barang yang harus diganti juga.”
“Kalau begitu, tunggu sampai dia datang baru Oppa keluar.”
“Baiklah.”
“Okay. Kalau begitu, aku berangkat dulu ya” Yerim memeluk Seokjin sebelum pergi.
“Tidak mau diantar?”
“Hoseok dan Jimin Oppa belum datang. Kalau tamunya datang dan tidak ada orang kan gawat.”
“Baiklah. Kalau begitu, hati-hati. Semoga berhasil!” Seokjin mengacak rambut Yerim yang membuatnya mendapat tatapan horor darinya namun hal tersebut justru membuat Seokjin tertawa. Adiknya itu memang lucu dan menggemaskan meskipun kata Jimin, Yerim itu galak dan cerewet.
“Oppa! Rambutnya sudah bagus ini, jangan diacak-acak!”
“Dih, sama kakak sendiri ngga boleh galak-galak. Awas ngga laku” goda Seokjin.
“Oppa ngaca sana!”
Seokjin tertawa kemudian berucap, “Oppa sudah tampan sejak lahir jadi pasti banyak yang antri.”
“Bodo amat, Oppa!” Yerim berteriak dari depan pintu kemudian yang terlihat hanyalah sosoknya yang semakin menjauh.

Sudah hampir setahun sejak Seokjin memutuskan untuk menetap di Busan. Suasana Busan yang jauh lebih “ramah” dari Seoul membuat Seokjin membulatkan tekadnya untuk menetap dari yang awalnya hanya sekedar berlibur melepas lelah. Seokjin mengelola sebuah homestay dan cafe bersama adiknya, Kim Yerim. Selain itu, Seokjin juga dibantu oleh kedua sahabatnya, Jung Hoseok dan Park Jimin.
~

runaway (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang