Chapter 5

44.5K 4.7K 162
                                    

Vote and comment please.
BGM : Sunmi – Full Moon
***

Aneh sekali, seumur hidup, Hera tidak pernah membiarkan kamarnya bisa dimasuki sinar matahari sebanyak ini saat pagi hari.

Dia jelas bukan morning person, dia sangat benci matahari, jika saja dia tidak berpikir sisi negatif yang akan ditimbulkan saat matahari benar-benar lenyap maka tidak ada alasan lagi bagi Hera untuk memaklumi keberadaan matahari.

Sejauh yang Hera ingat, dia selalu memastikan bahwa setiap orang yang dikenalnya tau dengan baik bahwa dia sangat benci matahari pagi jadi mereka tidak akan membuka jendela dan membiarkan sinar matahari masuk dari cela-cela jendela lalu membuat pagi Hera menjadi berantakan.

Sayangnya sekarang tidak, entah telah berakhir dimana Hera pagi ini tapi matahari sialan itu benar-benar membuat tidurnya jadi berantakan. Cahaya-cahaya dari jendela tepat mengenai wajahnya, menyilaukan mata dan benar-benar mengganggunya.

Hera sangat ingin bangun dan menutup jendela sialan itu, namun tubuh dan matanya yang masih terasa berat, enggan sekali, mereka seperti berkomplot untuk membuat Hera terus terpejam dan merebahkan diri.

Selalu saja menang, dia lagi-lagi membiarkan tubuhnya mengatur.

Lagipula Hera telalu malas untuk bangun dan marah-marah hari ini... dia lelah dan tubuhnya terasa remuk, jika saja pheromone asing yang sudah sejak tadi menggoda penciumannya tidak ada, mungkin paginya bisa lebih buruk lagi.

Ngomong-ngomong, Hera tidak ingat pernah memiliki parfum seperti ini... seperti perpaduan maskulin dari citrus dan buah-buahan yang segar. Dia tidak terlalu suka dengan wangi citrus, tapi entah kenapa aroma kali ini terasa nyaman dalam penciumannya, seakan Hera bisa saja seharian menyium aroma ini dalam tidurnya.

Tak asing, dia yakin pernah menghidu aroma ini disuatu waktu ataupun suatu tempat... tapi, entah dimana.

Hera tidak yakin.

Hera mendekat pada asal aroma itu, mengabaikan matahari, mengabaikan tubuhnya yang masih terasa lelah dan melesak sedalam mungkin pada asal aroma itu hingga dia merasa, wajahnya baru saja bertabrakan dengan sebuah cekungan leher seseorang.

Tunggu dulu!

Leher? Seseorang?

Hera secepat itu mengerjap, membuka mata dan memundurkan wajahnya dari tempat tadi dan tanpa bisa mengatakan apapun, pandangannya langsung bertabrakan dengan leher seseorang... pria? yang bahkan sedang mendekap pinggangnya.

Hera terdiam, perlahan-lahan mendongak dan serentak membangunkan saraf-sarafnya.

Jantungnya tanpa terduga berdetak kuat, terkejut terlalu cepat mendapati wajah seorang pria itu berada kurang dari lima senti dihadapannya.

Tertidur, pria itu terlihat seolah-olah dia tidak—belum memiliki dosa apapun disepanjang kehidupannya.

Wajahnya, gurat ekspresinya, alis, dahi... bibir.... dan seakan belum cukup nyata, Hera merasakan embusan nafas tenang pria itu tepat mengenai pelipisnya, didekat telinganya.

Kulit Hera meremang, pagi menyebalkan ini berubah jadi pagi teraneh yang pernah dia rasakan... tubuhnya terasa kaku, dan tempat-tempat yang bersentuhan dengan pria itu terasa sangat bersitegang.

Apa-apaan ini? Kenapa tubuhnya bisa memberikan reaksi seberlebihan ini? Dia selalu yakin, pria itu tidak akan mungkin mampu membuatnya seperti ini—Hera bahkan tidak ingat ada kekasihnya yang bisa membuatnya berada disituasi mencekat seperti ini, tapi... Sean Aldarict.... kenapa, dia?

at: 12amNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ