Chapter 10

47.2K 4.2K 304
                                    

Vote and comment please.
BGM : Produce X 101 – To My World
***

Hera menyeruput kopi dinginnya terburu-buru, berusaha memaksa rasa pahit itu masuk ke kerongkongannya untuk segera mengembalikan kewarasannya yang masih tidak bisa kembali sejak tadi malam.

Tidak. Dia tidak bisa tidur sama sekali, siapa pula yang bisa tidur jika setiap kali menutup mata ingatan tentang Sean yang menciumnya kembali menghantui?

Itu nyaris membuat Hera tidak waras, karena jantungnya tidak mau berhenti dari detakan tidak tahu dirinya karena itu.

Ditaman, tengah malam dan dalam kondisi mabuk. Pria itu menciumnnya dengan menggebuh-gebuh, seolah Hera mungkin satu-satunya perempuan yang akan dia perlakukan seperti itu, seolah Sean mungkin memberikan perasaannya dalam ciuman itu.

Tapi siapa yang mau Hera bohongi? Hubungan mereka tidak sedekat itu hingga Sean bisa saja melakukan itu jika dia dalam kondisi sadar. Mereka bahkan tidak mengenal dan nyaris tidak pernah benar-benar memiliki presepsi baik antara satu sama lain.

Mereka membenci, dan Hera cukup yakin bahwa mereka tidak pernah lebih daripada itu, selama ini.

Tapi malam itu, Sean menatapnya, memperlalukannya dan berkata bahwa dia sangat menginginkan Hera, seolah mereka sedang memiliki hubungan tidak masuk akal yang harus segera digerakan.

Hera menghela nafas, kembali menyeruput kopi yang menyakiti indra pengecapnya hingga seseorang menepuk bahu dan menyadarkannya.

"Hera!"

Yuna tampak terkejut saat mendudukan tubuhnya dibangku kantin di depan Hera dan menatap wanita itu.

"Astaga, kau lebih kacau dari yang ku bayangkan. Kenapa wajahmu? Kau kurang tidur? Para perawat membicarakanmu yang tiba-tiba datang pagi, tau." Katanya meringis.

Wanita itu buru-buru datang kemari setelah mendengar para perawat membicarakan Hera yang notabenya tidak pernah datang pagi, sekalipun ada rapat penting, tiba-tiba datang pagi.

"Hanya memikirkan kebodohanku?"

Hera sendiri tidak yakin dengan apa yang baru saja dikatakannya.

Kelelahan, kurang tidur, dan begitu banyak pikiran. Dia rasa, dia sudah cukup berantakan hanya karena sebuah ciuman dari Sean.

Sialan, bukankah Hera seorang experts? Bukankah dia sudah pernah menerima segala hal romantis yang akan diberikan pria? Tapi kenapa dia justru seperti ini? Kenapa dia justru memusingkan apa yang sebenarnya Sean lakukan padanya?

Memangnya Sean sesepesial apa? Dia bahkan tidak lebih dari pria egois yang takut kehilangan satu-satunya wanita yang dia pikir dia cintai.

Pecundang yang menyedihkan.

"Kau? Memikirkan kebodohanmu? Apa kau baru saja minum?" Yuna bertanya, melebih-lebihkan ekspresi terkejutnya.

Hera mengangguk acuh, "Ya, Kopi. Dan kurasa aku akan segera mati rasa karena demi Tuhan, jika tidak karena kopi ini bisa mengembalikan kesadaranku. Aku tidak akan pernah meminumnya."

"Memangnya kenapa?"

Hera menghela, "Sean menciumku."

"APA?"

Yuna tersedak, padahal dia tidak meminum apa-apa.

"Tidak mungkin! Jangan menyebarkan fitnah. Mana mungkin dokter Sean mau mencium wanita bar-bar sepetimu." Yuna berteriak tidak terima, perkataan Hera benar-benar tidak masuk akal.

"Kau pikir aku juga percaya?" Hera bertanya retoris.

"Lalu? Apa yang sudah terjadi?"

Hera menggeleng, menumpahkan kepalanya pada meja kantin dan merutuki diri.

at: 12amWhere stories live. Discover now