Chapter 8

41.9K 4.1K 242
                                    

Vote and comment please.
BGM : G(I)-DLE - Uh oh
***

Ruangan pria berwajah dingin itu mungkin merupakan satu-satunya tempat di rumah sakit yang tidak mengindahkan gosip yang dua hari belakangan menyebar.

Dia terang-terangan menunjukan ketidak peduliannya pada gosip itu, menghiraukannya—dan meskipun dia lah pemeran utama dalam cerita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan asalnya itu, dia tetap tidak mempedulikannya.

Meski di setiap lorong, setiap pos bangsal, setiap ruangan... Sean selalu mendengar namanya disebut bersama nama wanita yang sangat dia ingin hindari.

Hera Travoltra.

Sean ingat, bahkan ketika dia berada di toilet, dia mendengar para perawat laki-laki mengatakan dia adalah pria brengsek yang sudah sepatutnya di keluarkan dari rumah sakit.

Dia benar-benar tidak mengerti, kenapa dia harus dikeluarkan hanya karena menolong Hera Travoltra?

Sean mengusap wajahnya gusar.

Dia mengakui.

Kata 'menolong' memang tidak pantas dibuatnya jadi alasan, mengingat Sean akhirnya tanpa meminta persetujuan wanita itu membawanya ke apartemen.

Tapi Sean tidak punya pilihan, dia tidak mungkin mengantarkan wanita itu ke rumah orang tuanya dengan kondisi seperti semalam.. baju minim dan wajah yang memiliki bekas tamparan.

Jika itu terjadi, Sean mungkin akan langsung dijebloskan ke penjara oleh orang tua wanita itu.

Yang aneh dan tidak benar disini adalah, kenapa Sean bisa-bisanya mengatakan akan mengantarkan wanita itu, saat pria yang mengaku temannya semalam akan membawanya?

Sean mungkin sudah tidak waras karena kekacauan semalam... tapi harusnya dia tahu bahwa berurusan dengan wanita itu hanya akan menyebabkan masalah seperti ini terjadi.

Sean berdesis, mungkin dia harus mengurangin intensitas mengkritik wanita itu, dia sedikit overreaction setiap kali bertemu wanita itu.

Kelakuan barbar dan angkuh wanita itu sudah benar-benar membuat Sean kesal, bahkan dari kali pertama Sean melihatnya.

Tok~tok~

Suara ketukan pintu tiba-tiba mengintrupsi, Sean reflek menoleh dan mendapati salah satu orang yang sebenarnya tidak dia inginkan datang, telah memasuki ruangannya dengan senyum sopan... namun kali ini, berbeda dari senyum biasa miliknya.

"Dokter Sean?"

Ayah Hera Travoltra, Aldebaran Travoltra berjalan mendekati meja Sean.

Sean lantas berdiri, tersenyum tipis lalu mempersilahkan ketua pengurus rumah sakit tempatnya bekerja itu untuk masuk.

"Ah, maaf. Silahkan masuk dokter Aldebaran."

Aldebaran duduk dihadapan Sean tanpa menunggu dipersilahkan lagi, pria senja itu menghelah, hanya beberapa detik kemudian senyumnya hilang.

"Ada yang ingin saya pastikan." Katanya.

Sean sudah tau, cepat atau lambat masalah ini pasti akan terdengar oleh pria dihadapannya.

Sejujurnya, dia ragu jika pria itu bisa tidak tau apa yang telah terjadi mengingat hampir seluruh tempat di rumah sakit ini tengah membicarakan Sean dan juga wanita itu.

Pria itu mungkin sudah mendengar segala kabarnya, atau mungkin juga termasuk berbagai versi lain dari beberapa pihak.

Karena itu, Sean sudah mempersiapkan alasannya untuk membantah. Baju minim, kondisi mabuk, bekas tamparan.... segalanya, kecuali satu hal.

at: 12amWhere stories live. Discover now