Chapter 32

41.7K 4.8K 1.3K
                                    

Vote and comment please.
***

Aku sudah melakukan kesalahan.

Sean mengingatkan dirinya sendiri lagi tentang itu, lalu mengepulkan asap rokok dari mulutnya dengan kasar, berusaha agar kepalanya yang belakangan sangat berat jadi sedikit lebih ringan.

Meski Sean pahan, itu akan sia-sia saja.

Dia melayangkan kepalan tangannya pada dinding smoking area rumah sakit yang sepi dengan keras, lagi, mengabaikan tangannya yang sudah berdarah dan memerah seakan itu tidak menyakitinya sama sekali.

Rahangnya menegang, Sean lalu meremas dada kirinya sendiri untuk menghentikan rasa sakit yang terus-terusan berdenyut menyakitinya.

Dia tidak tenang sejak tadi malam.

Sean tidak bisa tenang.

Dia marah pada dirinya sendiri, kesal dan sangat membenci dirinya yang begitu bodoh telah terhanyut pada emosi sesaat yang menyebabkannya berakhir seperti ini.

Kau tidak mungkin hanya tidur denganku, kau pasti melakukannya dengan orang lain juga.

Sean menggeram.

Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal tidak masuk akal dan jahat seperti itu pada Hera yang tengah mengandung sembilan minggu... anaknya.

Benar, anaknya.

Sean memaki dirinya lagi untuk itu.

*

"Berapa usia anak dalam kandungan dokter Hera?"

Sean bertanya pada dokter Anne setelah Hera meninggalkan ruangannya dengan tatapan terluka, dan dia yang bergegas menuju ruangan ini.

Tangan dan dadanya tiba-tiba saja gemetaran kuat, tanpa dia sadari dia menjadi panik.

"Sembilan minggu, dokter Sean."

Dokter Anne yang sudah bersiap pulang sore itu, menatap Sean yang terlihat sangat gelisah dengan kerutan di dahi.

Dia merasa aneh karena pria ini jadi semakin sering bertanya mengenai kehamilan Hera padanya dan terlihat terus-terusan kahwatir.

"Apa kau yakin?" Suara Sean tersendat, dia tidak mampu berpikir.

Anne mengangguk yakin, karena selama ini, dia nyaris tidak pernah melakukan kesalahan saat mendiagnosis umur bayi yang sedang di kandung pasiennya.

"Saya sudah melakukan pemeriksaan dari tanggal terakhir dokter Hera menstruasi serta pemeriksaan USG, kecil kemungkinan saya melakukan kesalahan."

*

Sean mengeratkan kepalan tangannya lagi kemudian menghisap rokok di tangannya dengan kesal.

Sembilan minggu.

Jelas-jelas dia tahu apa yang telah dia perbuat saat itu.

Egonya menginginkan wanita itu, dia yang bahkan tidak merasa bersalah telah melakukan perlanggaran besar, dan Sean yang masih sempat merasa tidak baik-baik saja karena harus meninggalkan wanita itu untuk kekasihnya.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang