Chapter 46

41.2K 4.7K 638
                                    

Vote and comment please.
***

"Aku akan mengambil program doktoral."

Wanita muda dengan raut arogan itu berkata setelah meletakan berkasnya yang berisi seluruh dokumen persyaratan mengikuti program doktor, di meja ruangan kerja Aldebaran.

Pria yang sore itu tengah membaca laporan tentang jumlah anggaran rumah sakit yang digunakan untuk mempersiapkan APD (*alat pelindung diri), seperti masker dan handscoon, serta hand sanitizer dan alkohol yang semakin melonjak beberapa bulan ini, terkejut melihat kedatangan putrinya.

Dia lalu meletakan laporannya, memeriksa berkas yang diberikan putrinya kemudian mengangguk tanpa menolak sama sekali.

"Baiklah." Kata Aldebaran, lalu menyimpan berkas milik Hera di lacinya yang berisi dokumen-dokumen penting.

"Ayah akan menyiapkan surat rekomendasimu."

Hera tersenyum simpul, kemudian duduk di bangku depan meja ayahnya.

"Apa Ayah sudah makan?" tanya Hera.

Aldebaran mengangguk.

"Sudah, Ayah makan siang dengan dokter Tio dan Bendara tadi."

"Lalu kamu? Apa kau sudah makan, Hera? Kenapa wajah kamu semakin pucat?"

Hera mengendikan bahu, "Sudah."

Dia tidak ingin membahas tentang dirinya saat ini, karena dia sangat lelah satu harian bekerja.

Sudah tiga hari dia mulai bekerja setelah meminta izin cuti satu bulan, tapi sepertinya dia jadi semakin sensitif akhir-akhir ini, karena dia semakin tidak suka dengan semua orang di rumah sakit ini yang selalu berbicara omong kosong mengenai dirinya seolah tidak ada hal lain yang lebih penting lagi yang harus mereka bahas.

Pernikahannya.

Kejadian saat itu.

Dan Sean.

Semua pegawai di rumah sakit ini seakan berlomba-lomba untuk mengetahui perkembangan berita itu hingga Hera jadi sakit kepala.

Belum lagi sejak tinggal di rumah Galaksi, Hera menjadi susah tidur. Meski night sickness-sudah membaik tapi Hera tetap kesulitan untuk tidur tenang jika Galaksi tidak membuatkannya teh hangat dan pewangi ber-aroma citrus di kamarnya.

"Ayah tidak pernah berhenti berdoa untuk kebahagiaan kamu, nak." Ujar Aldebaran.

Dia berdiri, berjalan menuju pantry sederhana dalam ruangan penghubung kecil di dekat lemari kerjanya kemudian menyiapkan dua gelas teh chamomile dengan madu untuk dia dan anaknya.

Hera menghirup aroma teh itu dalam-dalam setelah ayahnya meletakan gelas tehnya didepannya.

"Apa mual kamu masih belum baikan? Kehamilan kamu sudah masuk trismester kedua kan?" tanya Aldebaran kembali duduk di kursinya.

Hera menganguk kemudian meminum tehnya, "Hmm. Sudah lebih baik, aku selalu memeriksakannya."

"Kamu harus berhati-hati Hera."

"Iya, Yah." Balas Hera.

Wanita itu kemudian menggigit dalam bibirnya ragu-ragu, sejujurnya dia sedang memikirkan sesuatu yang agak berat belakangan ini.

Meski dia tahu ayahnya tidak akan langsung menerima pemikirannya ini, tapi Hera pikir tidak ada salahnya mencoba.

"Apa aku boleh mengundurkan diri, Yah?"

Aldebaran yang tengah meminum tehnya tersentak.

"Kenapa?"

Hera terdiam.

Kenapa? Dia tidak tahu.

Dia hanya ingin melarikan dari semua ini dan menghilang.

Menghadapi tekanan mental dan emosional saat sedang hamil terasa berjuta kali lebih berat daripada biasanya.

Dan setelah lama berpikir selama dia tidak bisa tidur akibat night sickness, Hera sampai pada keputusan dia ingin sejenak berhenti... dan tidak mau lagi mendengar apapun tentang kejadian itu, pernikahannya, dan pria itu.

Dia muak, dan tubuh lelahnya sepertinya menyetujui keputusan yang dia buat.

Aldebaran yang melihat kebungkaman Hera menghela, dia menggeleng dengan wajah sabar.

"Tidak Hera. Pikirkanlah dulu matang-matang, Ayah tidak bisa membiarkanmu membuat pilihan saat sedang emosi." Ujar Aldebaran.

Hera tidak membalas.

Wanita itu kembali meminum tehnya dalam diam.

"Apa kamu sedang sibuk?" tanya Aldebaran.

Hera mengangguk malas, "Iya"

"Apa kamu tidak mau mengunjungi Sean? Dia terlihat tidak baik-baik saja sejak—"

"Tidak." Hera langsung menyela.

Dia terang-terangan menunjukan raut wajah tidak suka saat mendengar nama pria itu kembali disebut.

"Aku tidak akan mengunjungi orang yang tidak aku kenal."

***
Enjoy!

With love.
Nambyull

at: 12amWhere stories live. Discover now