Special Chapter

96K 4.5K 762
                                    

Vote and comment please.
***

          "Selamat Malam Qyra, Romeo."

Hera dan Sean memasuki ruang rawat nyonya besar keluarga Arvino yang baru melahirkan anak ke tiga mereka beberapa hari lalu dengan wajah yang tersenyum simpul.

"Selamat malam Tante, Om Arvino."

Sera yang masih menggenggam tangan ibunya dan Louisa yang berada di gendongan ayahnya, langsung menunduk sekilas dan dengan sangat sopan menyapa Romeo serta Qyra Arvino yang menyambut kedatangan mereka.

"Selamat malam."  Jawab Qyra dengan suara lemas.

Tersenyum, wanita itu duduk bersandar pada ranjang rawatnya yang dinaikan, tengah disuapi buah apel dengan potongan sedang oleh suaminya.

Meski dia terlihat sedikit lebih pucat dari biasanya, namun dia baik-baik saja, karena menurut orang tua Sean—yang datang lebih dulu menjenguk— kelahiran anak ketiga mereka kali ini berjalan dengan lancar.

"Selamat atas kelahiran anak kalian ya, maaf Hedylie tidak mau ditinggal jadi kami menunggunya tidur dulu." Ujar Hera.

Dia dan Sean berjalan mendekati ranjang, lalu menyerahkan bunga dan keranjang buah yang mereka bawa kepada Romeo, yang langsung beranjak dan meletakannya di dekat lemari, tempat begitu banyak buket bunga dan keranjang buah dari tamu lain yang menjenguk sudah menumpuk.

"Tidak apa-apa." Kata Qyra.

Dia kemudian melirik anak-anaknya di sofa yang fokus sekali menonton televisi dan sedang memakan cemilan, seolah tidak mau terganggu dengan kedatangan siapapun ke ruangan ini.

"Niel, Nana... Tante dan Om Aldarict datang."
Panggil Qyra.

Membuat anak kembarnya menoleh dan langsung tersadar dengan kedatangan keluarga Aldarict di ruang rawat ibu mereka.

Sepasang anak berusia delapan tahun itu lalu berdiri, tersenyum dan menunduk sekilas dengan sopan untuk menyapa Hera serta Sean Aldarict.

"Selamat malam, Tante, Om Aldarict." ujar Nathaniel dan Sirenna Arvino kompak.

Hera membalas sapaan mereka dengan gemas, sangat suka melihat anak kembar keluarga Arvino itu, sedangkan Sean hanya tersenyum kecil sebagai jawaban.

"Kalian bisa ajak Sera dan Louisa melihat adik bayi?" Tanya Qyra.

Nathaniel mengangguk penuh percaya diri, "Bisa Bunda."

Dia lalu berjalan menuju keluarga Aldarict, mendekati Hera dan segera menggenggam tangan Sera yang sejak awal memasuki ruangan ini, sudah menatap Nathaniel dengan datar.

"Ayo." Ujar Nathaniel.

Sera mendengus, "Lepaskan aku."

Dia menarik tangannya dari Nathaniel, melewati anak laki-laki itu dan beralih pada Sirenna yang sedang menepuk-nepuk bagian depan gaun santai yang digunakannya untuk membersihkan serpihan cemilan yang jatuh ke gaunnya.

"Ayo Sirenna." ajak Sera.

Sirenna mengangguk dan tersenyum girang, mereka lalu bergandengan tangan keluar dari ruang rawat Qyra.

Meninggalkan Nathaniel serta Louisa—yang sudah diturunkan Sean dari gendongannya, dan sedang tertawa karena Nathaniel selalu tidak bisa berhubungan baik dengan saudari perempuannya.

"Pft—sabar ya kak Niel." celoteh anak perempuan berusia enam tahun itu sambil menepuk-neluk pundak Nathaniel.

Dia kemudian menggandeng tangan anak laki-laki yang sudah dia anggap seperti saudaranya itu, menariknya dan mengikuti langkah Sera serta Sienna untuk keluar dari ruangan, membuat kedua pasang orang tua mereka menggeleng dengan senyum jenaka.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang