Chapter 25

37.7K 4.1K 332
                                    

Vote and comment please.
***

Jam kerja Hera hari ini baru selesai pukul setengah delapan malam.

Dia menyelesaikan jadwalnya dengan dua pasien terakhir yang melakukan kontrol rutin setelah operasi beberapa hari lalu.

Tidak lama, karena dua pasien itu sama-sama merasa sedikit tidak nyaman dengan luka operasi mereka.

Jadi Hera meminta mereka untuk datang lagi tiga hari kemudian agar dilakukan rontgen untuk melihat apakah ada komplikasi dari operasi mereka atau tidak, jika obat pereda nyeri yang dia berikan hari ini tidak memberikan dampak apapun.

Sekarang, wanita yang sedang meremas-remas bahunya karena kram itu tengah berjalan menuju parkiran. Bersiap pulang, agar dia bisa berendam di air panas kamar mandinya dan menghirup lilin aroma terapi untuk menghilangkan stress-nya hari ini.

"Hah."

Hera memasuki audi A5 hitam miliknya dengan malas, dia lalu duduk bersandar pada bangku kemudi dan menghela nafas beratnya.

Entah kenapa dia merasa akhir-akhir ini jadi semakin mudah lelah.

Anne bilang karena kehamilannya, tapi Hera sudah minum vitamin dan sering minum air sesuai perintah, namun dia tetap saja kelelahan meski hanya menerima pasien di ruangannya.

Hera mengusap wajahnya pelan, dia juga belakangan berpikir kelelahannya mungkin karena dia yang terus memikirkan Sean akhir-akhir ini.

Entah kenapa, pria itu tiba-tiba saja menghilang.

Hera tidak tahu apakah hanya dia yang merasakannya atau tidak, namun sejak pria itu datang ke ruangannya dan menyetujui perjodohan mereka dua hari lalu, Sean seolah mati-matian menghindarinya.

Mereka sama sekali tidak bertemu.

Hera bahkan sudah menunggunya di cafeteria saat makan siang, di dekat ruangan operasi, dan ruang kerjanya, namun Sean tetap tidak terlihat meski saat Hera tanya pada bagian administrasi, Sean selalu datang dan bekerja seperti biasa.

Hera dari awal sudah menebak, pria seperti Sean mungkin akan melakukan hal semacam ini untuk menghindari masalah, tapi dia tidak menduga bahwa dia sendiri lah yang akan setidak nyaman ini saat tidak melihat pria itu dimanapun.

Seolah ada yang aneh darinya.

Seolah dia merasa terus-terusan tidak bersemangat.

Seolah dia tidak ingin tersenyum.

Seolah Sean tanpa bisa dia cegah, sudah membuatnya jadi sangat kacau.

Padahal sebelumnya dia pikir dia akan baik-baik saja.


"Sialan."

Hera segera menghidupkan mesin mobilnya.

Dia yakin, jika dia lebih lama lagi memikirkan pria itu, dia pasti akan segera melakukan tindakan bodoh seperti, berlari ke kediaman pria itu dan menanyai alasan apa yang membuatnya menghindari Hera.

Hera meringis, tidak percaya, bahwa dia lagi-lagi mengabaikan harga dirinya hanya demi pria seperti Sean itu.

Saat Hera hendak melepaskan rem tangan dan melajukan mobilnya, dia melihat Mercedes-Benz GLC classic berwarna hitam milik Sean melewatinya dan parkir tidak jauh dari mobilnya.

at: 12amWhere stories live. Discover now