Part 01: Sekolah Sihir

28.9K 1.3K 65
                                    

Brenda mengemasi barang-barang nya ke dalam koper. Dia mengingat kejadian lalu yang mengharuskanya berkemas.

Orang tuanya memaksanya bersekolah di Akademegicial, yaitu sekolah sihir paling tersohor sedunia.

Dirinya menolak keras keinginan orang tuanya, namun apalah daya orang tuanya sangat keras kepala.

Dan hari ini adalah kepindahanya ke asrama sekolahanya. Memang sekolahanya memaksa semua murid untuk tinggal di asrama.

Tidak sadar ternyata Brenda sudah berada di depan gedung sekolahanya. Pasti Ayahnya menggunakan sihir untuk menuju kesini sehingga dirinya cepat sampai.

"Jaga dirimu baik-baik, Brenda." Pesan Ayahnya yang hanya diangguki.

Brenda berjalan gontai menuju ruang kepala asrama perempuan, sekolahan yang sangat luas membuatnya sangat lelah.

"Pasti jika aku punya kekuatan seperti Ayah, aku bisa teleportasi." Gerutunya.

Brenda tergolong penyihir tingkat rendah karna kedudukanya hanya magician, padahal orang tuanya tergolong penyihir kuat namun entah kenapa dirinya sangat lemah. Itulah alasan Brenda menolak sekolah disini karna pasti dirinya akan jadi paling lemah.

Tidak sadar ternyata Brenda sudah berada di depan ruangan nya, saat Brenda hendak mengetuk, pintunya sudah terbuka sendirinya.

'Kenapa aku bisa lupa jika mereka semua penyihir.' Batinya lalu mulai duduk.

"Kamu Brenda Carolyn, kan?" tanya orang di depan Brenda.

"Iya, Bu." Jawabnya segan. Karna sejujurnya orang dihadapan nya kini nampak sangat ..... menyeramkan.

"Kenalkan saya Sofia, kepala di asrama perempuan ini." Brenda hanya mengangguk sopan.

"Apakah kedudukanmu hanya magician?" tanyanya.

Brenda meringis, mengangguk kecil, baru juga duduk sudah disodori pertanyaan menyebalkan seperti ini.

"Lumayan aneh karna kamu bisa diterima pemimpin untuk sekolah disini, karna setahu saya tidak ada magician di sekolah ini." Jelasnya dengan nada mencibir, sangat menyebalkan bagi Brenda tapi gadis itu juga tak bisa membalas karena sindiran orang itu benar sekali.

Brenda sedikit kikuk. Ini pasti ulah orang tuanya sehingga dirinya bisa sekolah disini karena sejujurnya Brenda pun tidak yakin bisa diterima di sekolah ini. Sampah sepertinya dirinya tidak akan diterima di sekolah sihir manapun.

"Baiklah ini peta ruanganmu." Tiba-tiba ada secarik kertas melayang di depan Brenda membuatnya sedikit terkesiap.

"Terimakasih, saya permisi." Pamitnya lalu mengikuti arah kertas itu.

Rasanya Brenda juga tak betah berlama-lama dengan wanita berwajah menyeramkan ini!

::::::::::::::

Brenda menatap langit kamarnya dengan pandangan kosong, sedang merenungkan nasibnya. Tapi tidak lama ada bola yang tiba-tiba datang dan mengenai jendelanya sampai pecah.

Pyarr!

Brenda berjengkit kaget dibuatnya, beberapa saat setelahnya terlihat seseorang yang melompat melewati jendela pecah tersebut lalu mengambil bolanya.

"Eh maaf ya tadi aku menendangnya kekencengan, hehe." Ujarnya cengengesan, seolah ucapanya sangat bertolak belakang dengan ekspresinya.

"Iya tidak papa, tapi..." Brenda menggantung ucapanya sambil menatap jendela kamarnya yang pecah.

Seolah paham gadis itu berkata, "ah tidak perlu cemas."

Lalu entah apa yang dirapalkan gadis itu, jendela kamar Brenda yang semula pecah menjadi baik seperti semula.

Sekolah Sihir [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang