Part 14: Penjelasan

11K 907 28
                                    


"Je-las-kan!" ucap Bia singkat, padat, dan jelas. Tak lupa maksa pula.

"Jadi yah .... seperti yang kalian lihat." Brenda menggaruk rambutnya yang sungguhan gatal, kayaknya dia terakhir keramas Minggu lalu deh. Semua karena pertandingan rese itu.

"LIHAT APANYA?! KAMU SAGE DAN KAMU BILANG CUMA SETINGKAT MAGICIAN, KAMU GILA?!!!" pekik Resa menggelegar emosional.

Brenda berjengkit. Yassalam ... temannya ini kalo ngomong gak bisa santai dikit apa, dia saja yang tau dirinya setingkat sage tidak serempong ini. Lah nih bocah....

"Re, sabar dong!" kesal Megi yang daritadi hanya menjadi pendengar, apalagi Megi berada paling dekat dengan Resa jadi kuping nya langsung budek mendengar teriakan membahana Resa.

"Jadi..." Megi menggantung ucapanya sembari menatap tajam Brenda.

Brenda menghela napas, meringis kaku. "Iya iya aku ceritain," putusnya final. Daripada di damprat ke tiga sahabatnya.

Dan ceritapun mengalir perlahan dari mulut Brenda, mulai dari kedatangan orang tuanya sampai setelah semuanya terbongkar. Brenda jelaskan dengan sangat rinci dan detail.

"Bodoh, kenapa gak cerita?!" jengkel Resa mendelik tak santai.

"Brenda nyebelin!!" sahut Bia sambil mencebik.

Brenda meringis kaku. Jahat banget nih teman-temannya ngatain dirinya. Untung dirinya adalah manusia yang sabar dan rajin menabung. Pret!

"Trus, sekarang kamu mau bagaimana?" semua menatap Megi yang bertanya, mengernyit setuju. Pasti kehidupan Brenda setelah ini akan sangat jauh berbeda. "Semua orang sudah pada tahu." Lanjutnya.

Brenda baru ingat sekarang. Oh iya semuanya kan sudah pada tahu berarti rencananya dengan orang tua nya akan segera dimulai. Ia memang memiliki misi khusus yang diberikan oleh kedua orang tuanya, tapi jelas Brenda tidak menceritakan soal rencananya itu kepada sahabatnya.

"Ya mau gimana lagi, aku harus hadepin lah." Jawab Brenda tenang, gak ada gunanya juga panik disaat seperti ini.

Mereka semua mengangguk, karena memang itu cuma jalan satu-satunya. Lagian rumor soal Brenda setingkat sage pasti sudah tersebar luas di seluruh sekolah.

"Aku gak nyangka bisa punya temen sage. Duuuh senengnya!" Bia tiba-tiba berjingkrak dan memeluk Brenda erat.

Resa cemberut lalu ikutan berpelukan, "aku juga!!" seru Resa antusias.

Mereka bertiga sekarang sudah mirip Teletubbies.

Sedangkan Megi? Mungkin cuma dia yang normal.

::::::::::::::::

"Bagaimana Bunda?" tanya Bintang cemas. Bahkan keringat sebesar butir jagung sudah membasahi wajah tampannya.

Lia, Bunda Bulan dan Bintang terduduk lesu. "Bahkan semua alchemist (dokter sihir) kerajaan sudah angkat tangan." Jawabnya lemas, tak lama kembali menangis tersedu-sedu.

Beberapa saat setelahnya terdengar suara gemuruh hebat. Sepertinya rombongan orang yang sedang berlarian.

BRAK!

Pintu dibanting keras dan munculah raja sihir negeri ini. Asseloe.

"SIAPA YANG SUDAH MELAKUKAN INI PADA PUTRIKU?!" pekiknya langsung berlari kearah Bulan dan langsung memeluk tubuh Putri nya yang masih tidak sadarkan diri itu.

Beberapa pengawalnya menunduk hormat lalu pamit undur diri.

"Bintang, apa yang terjadi pada Adikmu?" tanya Asse menatap Bintang penuh tuntutan.

"Dia cidera karena pertandingan Ayah." Bintang menunduk. Meskipun dia Ayahnya tapi dia adalah raja di negeri ini, dan Bintang sangat segan pada Ayahnya.

Asse menggeram tertahan. Nampak otot wajahnya menegang seketika. "Siapa yang bisa melakukan ini?"

"Brenda Carolyn. Salah satu siswi di Akademegicial Ayah." Bintang masih menunduk hormat.

"Tapi Bunda heran, bagaimana dia bisa melukai Adikmu Nak. Setahu Bunda Adikmu itu yang terkuat?" sahut Lia mencoba menormalkan emosinya.

"Benar apa yang diucapkan Bundamu, apa yang sebenarnya terjadi?" tambah Asse lalu dia beranjak mendekati Lia dan Bintang.

Bintang terkesiap, melenguh pelan. "Sebenarnya Brenda bukan siswi biasa." Jawab Bintang lirih.

Lia dan Asse mengernyit dalam, "apa maksudmu, dia tingkatannya lebih tinggi daripada Bulan?" tebak Lia.

Bintang mengangguk.

"Setingkat apa? Apakah setingkat enchanter, namun kelasnya lebih tinggi dari pada Bulan?" tebak Lia lagi.

Namun kali ini Bintang menggeleng. Padahal setingkat enchanter itu sudah kuat. Sangat malahan.

Namun Brenda lebih parah, dia penguasa alam ini. Yang menjadi sejarah abad ini.

"Dia setingkat ... sage." Jawab Bintang meneguk ludah.

Deg!

Asse dan Lia melotot terkejut. Demi apa! Ada penyihir setingkat sage di abad ini?!

"D-dia ... sage?!" ulang Lia sampai menutup mulutnya syok dan diangguki Bintang.

"Bunda harus bertemu dengan nya. Bulan harus disembuhkan!" putus Lia sedikit panik lalu menarik Bintang agar membawa nya menemui Brenda.

Sedangkan Asse masih termenung di tempatnya. 'Jangan-jangan dia?' gumamnya membasahi bibir syok.

::::::::::::::::

Brenda duduk termenung di tempatnya, belakang sekolah. Tempat favorite nya.

"Sepertinya kamu senang berada disini?"

Brenda berbalik kaget. "Adrian," katanya reflek saat melihat si empu suara.

Adrian memposisikan dirinya di samping Brenda. "Aku tidak menyangka kamu ternyata sage." Ujarnya datar.

What? Apa-apaan tuh ekspresinya, bahkan gak ada kaget-kagetnya. Gak sinkron sama ucapannya.

"Hm, aku juga awalnya." Jujur Brenda sambil membuat pola abstrak di tanah.

"Aku kira kamu sengaja menyembunyikan nya dari awal," Adrian menatap Brenda tak terbaca.

Brenda terkekeh sendiri. "Yah ... gak juga kok, aku tau juga baru-baru ini."

Adrian mengangguk paham. "Berarti Bulan KW dong? Kan kamu yang asli."

Pertanyaan macam apa itu, Brenda menggeleng sambil menatap geli Adrian. Masih somplak ternyata.

"Kamu kira barang apa, KW?" Brenda tergelitik sendiri.

"Lagian Bulan ngapain coba ngaku-ngaku sage. Syukurin kemarin kena karma." Cetus Adrian melirik puas Brenda.

Apa-apaan tuh, ngapain kata 'karma' nya sambil ngelihat Brenda coba. Nyindir nih dugong asem.

"Gimana ya keadaan Bulan sekarang?" gumam Brenda berangan-angan.

"Yang pasti sekarat palingan." Lalu Adrian terbahak dengan kata-katanya sendiri.

Brenda menggeplak lengan Adrian keras. "Gak boleh gitu dong sama temen sendiri!" omelnya galak.

Adrian aslinya gak punya dendam apapun ke Bulan, tapi semenjak kejadian Bulan memukuli Stev habis-habisan kemarin di arena pertarungan, dia langsung punya dendam kesumat sama Bulan. Beraninya dia memukuli Stev. Nyatanya meskipun sering cekcok dengan Stev tapi ia sangat sayang dengan temannya itu.

"Habis dia berani mukul Stev, sih!" gerutunya menggebu tanpa sadar.

Brenda mengerutkan dahi nya bingung.

"Emangnya Stev siapa kamu?" Brenda memicingkan mata curiga.

"HAH?!" Adrian memekik kaget, baru sadar keceplosan. Tamatlah riwayatmu, dasar mulut kampret!

***

TBC.

Sekolah Sihir [complete]Where stories live. Discover now