Part 11: Terkejut

11.1K 925 10
                                    

Brenda terbang meninggalkan lelaki yang entah namanya siapa itu, yakali dirinya minta kenalan dulu, kan gak lucu.

"Ganteng sih tapi sayang nyebelin." Gumam Brenda kesal.

Lalu sedetik setelahnya Brenda menggeleng mengenyahkan pikiran kotornya itu. Heran, dari kemarin kenapa otaknya mikirin cowok ganteng mulu sih, apa ini efek jomblo menahun seperti dirinya?!

Tidak disangka Brenda sudah mendekati jalan keluar hutan, Brenda turun lalu berlari keluar hutan.

Dan langsung saja dirinya dihadapkan oleh beberapa juri yang sedang asik ngobrol. Belum menyadari keberadaanya.

Brenda melangkah mendekat namun langsung terhenti oleh ucapan salah seorang juri tersebut.

"Brenda!" ucap nya kaget baru menyadari keberadaan Brenda, dan semua orang langsung ikut menyorot Brenda sama kagetnya juga.

Brenda tersenyum kikuk lalu berjalan mendekat. "Saya ingin mengumpulkan gulungan ini." Ucapnya sopan lalu menaruh gulungan itu di atas meja.

Pak Juna yang paling dekat berjalan mendekati Brenda. "Bagaimana bisa kamu mendapatkanya?!" tanyanya terlihat sangat tercengang.

Brenda tersenyum miris, jika siswa lain yang mendapatkannya pasti langsung di puji habis-habisan, bertolak belakang dengan dirinya yang langsung diintrogasi. Aaah .... pasti mereka semua tidak percaya kalau dirinya bisa mendapatkan gulungan ini. "Saya melihatnya lalu mengambilnya dan membawanya kesini." Jelas Brenda jelas sekali bohong, nyatanya Brenda harus menghadapi tantangan yang tidak main-main untuk mendapatkanya.

"Bagaimana bisa semudah itu, kamu tidak mendapati kesulitan apapun?" heran Pak Juna yang diangguki semuanya.

Brenda lagi-lagi hanya tersenyum simpul. "Saya tidak tahu, kalau begitu saya permisi." Pamitnya memilih pergi, lalu melangkah meninggalkan mereka semua yang masih dalam keadaan terkejut. Daripada usahanya di pertanyakan lebih baik ia pergi saja.

Brenda berjalan menyusuri lorong asrama. Pasti karena sebagian siswa sedang di hutan makanya keadaan sekolah tidak seramai biasanya.

"Eh, Brenda!" panggil seseorang di belakangnya membuat Brenda terkesiap kaget.

Brenda berhenti lalu berbalik menatap orang itu. "Johan," ucap Brenda begitu melihat wajah orang tersebut.

Johan nampak tersenyum lalu melangkah mendekatinya. "Loh, kamu gak ikut babak semifinal?" tanyanya penasaran.

Brenda terbengong sesaat, oh iya ... pasti lucu juga kalo seandainya Brenda bilang ikut babak semifinal tapi sudah menyelesaikan tugasnya dengan cepat, kan setahu mereka Brenda hanya setingkat magician.

"Oh itu, hahaha ... kamu sendiri?" Brenda membalik pertanyaan untuk mengalihkan pembicaraan.

Dan berhasil! Johan langsung teralihkan. "Yah ... aku gagal babak penyisihan, dikalahin sama temen kamu. BTW boleh dong kenalin ke aku!" ucap Johan malah semangat cengar-cengir.

Hah?! Tunggu dulu ini maksudnya Johan pengen deket sama Megi gitu. Ha-Ha tunggu spongebob pinter dulu baru mungkin, sangat impossible.

"Kayaknya kamu jangan suka sama Megi deh Jo, karna dia itu sulit banget dideketin." Saran Brenda agak tidak enak sebenarnya.

Dan benar saja Johan langsung tampak lemas. "Yahhh padahal dia tipe aku..." gumamnya yang masih dapat didengar Brenda.

Brenda jadi tidak enak sendiri kalau begini. "Yaudah deh Jo aku bantu, tapi gak tau hasilnya nanti." Ucap Brenda akhirnya.

Johan langsung tampak melebarkan matanya semangat. "Wah! Makasih ya Brenda yang cantikkk banget!!!" seru Johan lalu memeluk Brenda.

Brenda mendengus lalu menarik dirinya dari pelukan Johan. "Sekali lagi kamu kayak gitu gak jadi aku bantuin!" ancam Brenda yang langsung membuat Johan ciut.

"Iya deh maaf, yaudah kalo gitu babay Brenda, aku pergi dulu!" pamitnya membuat Brenda hanya bisa menggeleng sambil memijat pelipisnya.

Bocah aneh!

::::::::::::

Brenda berdiam diri di kamar nya, siapa ya kira-kira musuhnya besok, kalau diihat dari kecepatannya mendapatkan gulungan tadi sepertinya dia bukan lawan yang gampang karena sebelum Brenda memang sudah ada yang mendapatkan gulungan itu.

"Bulan." Ucap Brenda tiba-tiba karena yang ada di pikirannya hanya nama itu. Brenda menopang dagu nya dengan helaan napas panjang. "Pasti dia..." monolognya yakin.

Brenda berpikir lagi, siapa 2 lawannya selain Bulan. Hah ... Brenda sangat penasaran karena sistem babak final yang menyembunyikan identitas peserta nya membuat Brenda jadi tidak tenang, bukan karena takut kalah tapi lebih ke penasaran.

Brenda harus bersiap untuk besok karna sesuatu yang besar pasti akan terjadi.

Tiba-tiba ada suara notifikasi masuk ke HP nya.

TING!

08233817****: Ke belakang sekolah sekarang.
19.14. PM. Read.

Brenda mengernyit dalam, siapa orang yang mengiriminya pesan ini? Karena tidak mau terlarut dalam rasa penasaran Brenda pun langsung bergegas ke belakang sekolah. Namun menggunakan teleportasi, ingat dirinya sage jadi bisa apapun.

Di belakang sekolah.

Brenda memutar pandangan, yang dilihatnya hanya kosong, sepi. Brenda jadi mencebik, masa dirinya lagi dikerjain?!

Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang membuat Brenda reflek berbalik.

"Astaga Stev kamu buat aku kaget aja, deh!" kesal Brenda mendelik.

Stev tersenyum singkat. "Sorry." Gumamnya yang hanya diangguki Brenda.

"Gak papa, BTW kamu yang chatt aku buat dateng kesini?" tebak Brenda canggung.

Stev mengangguk singkat. "Iya, ada yang ingin aku omongin." Kata Stev sambil menatap mata Brenda intens.

Brenda yang ditatap pun langsung mengalihkan pandangannya, salah tingkah. "Eh eum .. apa yang ingin kamu omongin?" tanya Brenda sedikit gugup, masa sih Stev mau nembak dirinya?

Plakk! Brenda menampar pikiran geer nya sendiri.

Melihat Brenda yang salah tingkah Stev justru terkekeh ringan. "Santai aja Bren, aku tau kalau aku itu tampan tapi gak perlu sampai gugup segala kali." Goda nya.

Blush...

Stev sialan! Muka Brenda langsung merah padam, Stev sangat senang menggodanya. "Apaan sih gak ya," elak Brenda menepis. "Katanya mau ngomong, cepetan!" desak Brenda sudah kepalang malu.

Stev menghela napas. "Kamu nya ngadep sini dong." Perintahnya yang langsung dituruti Brenda.

"Udah kan, cepetan!"

Stev mengangguk kecil. "Kenapa kamu sembunyikan?" tanya Stev tiba-tiba membuat Brenda mengernyit bingung.

"HAH?!" Brenda jelas cengo.

Stev merapatkan tubuhnya kearah Brenda lalu berbisik tepat di telinganya. "Kalau kamu itu bukan magician." Bisiknya.

Deg...

Tubuh Brenda menegang seketika, Stev menjauhkan tubuhnya lalu tersenyum manis ke arah Brenda.

"Gak usah sampai syok gitu juga kali." Ujarnya terkekeh dengan wajah tanpa dosa.

"Ba-bagaimana kamu bisa tahu?" sahut Brenda tergagap panik.

Stev hanya tersenyum. "Aku sudah tau sejak awal." Jawabnya ringan tanpa beban.

Brenda menganga lebar. "Bagaimana bisa?" tanya Brenda lagi dengan kaget, gadis itu terlihat sangat syok.

Stev lagi-lagi hanya tersenyum. "Aku duluan!" lalu melenggang meninggalkan Brenda yang menegang sejak tadi. Dengan wajah menyebalkanya!

"STEV!" panggil Brenda tapi Stev langsung menghilang. Teleport pastinya.

Dan Brenda semakin penasaran dengan Stev. "Dia memang aneh!" gumamnya.

***

TBC.

Sekolah Sihir [complete]Where stories live. Discover now