Part 24: Mulai Terkuak

9.7K 754 20
                                    

"Jadi?" tanya Mr. Jorse setelah dia menyelesaikan perkataannya.

Bagas menghela napas berat, entahlah. Brenda tidak paham tapi sepertinya ada sesuatu yang sulit Ayahnya jelaskan.

"Kalian tidak ingin menjelaskanya?" ulang Mr. Jorse lagi.

Brenda hanya merasa seperti pajangan disini. Dia bahkan tidak paham akar masalah ini, seharusnya dulu dia menolak saja perintah orang tuanya pasti semua ini tidak akan terjadi, sesalnya. Kenapa penyesalan itu letaknya selalu di akhir, sih?!

"Kami punya alasan." Akhirnya itulah kalimat yang keluar dari mulut Bagas, sementara Amira hanya menunduk tanpa sepatah katapun.

Mr. Jorse mengernyit lalu menarik sebelah sudut bibirnya. "Tentu saja pasti ada alasanya–" dia menjeda sejenak ucapannya lalu meluruskan pandangannya. "Yang ingin saya tahu adalah alasan kalian yang menyuruh Brenda untuk mengintai anggota Sartro." Tambahnya dengan pandangan menghunus.

"Itu ehm-anu..." Bagas gelagapan sendiri. Brenda sampai terbengong melihat pemandangan asing itu, aura Mr. Jorse memang tidak bisa diragukan.

"Bagaimana kalau saya katakan kalau saya sudah tahu alasan kalian." Potong Mr. Jorse retorik.

Semua orang terbelalak terutama Bagas dan Amira yang sepertinya sangat kaget luar biasa.

Brenda memijit pangkal hidungnya, sebenarnya apa sih yang mereka bahas? Kalau Mr. Jorse sudah tahu jawabannya kenapa harus bertanya lagi coba? Mumet tau dirinya!

Lama-lama Brenda pingsan sendiri dengan masalah yang tidak ada habisnya itu seperti tengah mengejeknya.

Sialan-sialan-sialan.

Brenda lelah!

"Apa maksud, Tuan?!" bentak Bagas. Sepertinya dirinya sendiri juga kaget karena dengan lancangnya berteriak seperti itu.

Mr. Jorse langsung menajamkan pandangannya. "Jangan berani berteriak di depan saya!" peringat Mr. Jorse dingin. "Saya sudah mau bicara baik-baik dengan Anda dan memberi Anda kesempatan menjelaskan, jadi jangan sia-siakan!" tambah Mr. Jose lagi.

Bagas dan Amira langsung menatap Brenda dan Mr. Jorse bergantian lalu setelahnya menghela napas. Sepertinya mereka mengaku kalah dan akan menjelaskannya.

"Kalau Tuan sudah tahu alasannya, lalu apa yang ingin Tuan tanyakan lagi?" tanya Amira dengan pelan.

"Semuanya!" putus Mr. Jorse seperti menahan emosi yang akan meledak.

"Baiklah," ucap Bagas lalu menarik napas dalam, "tapi saya harap Tuan tidak akan memotong ucapan saya sebelum saya selesai menjelaskan semuanya." Lanjutnya.

"Baiklah." Setuju Mr. Jorse.

Bagas meneguk ludah berkali-kali lalu setelahnya mulai menjelaskan sesuatu yang telah mejadi rahasianya selama bertahun-tahun ini.

FLASHBACK ON

Kerajaan Langit.

17 tahun lalu, 23.03 PM.

Semua orang di dalam istana sedang sangat sibuk. Para pelayan berlarian menyiapkan segala hal untuk menyiapkan acara malam ini.

"Wah suamiku memang ganteng banget yha..." puji Sofi sambil merapikan kerah baju suaminya.

Jorse terkekeh pelan. "Baru sadar kalau suamimu ini tampan, huh?" ujar Jorse dengan geer sambil mengerling konyol.

Sofi langsung berekspresi seperti hendak muntah. "Jadi nyesel kan puji kamu." Cemberutnya.

Jorse tertawa melihat ekspresi menggemaskan istrinya. "Aduduh istriku yang tercantik sesemesta plus isi-isinya ini. Masa mau jadi Ibu tetep manja gini sih." Entah itu suatu pujian atau ejekan hanya Jorse yang tahu.

"Iiih ngeselin deh, aku ngambek!" ketus sofi sambil memalingkan wajahnya.

Jorse mungkin akan terbahak-bahak kalau tidak ingat istrinya ini sedang marah. Masa ada orang marah ngomong? Kalau pun ada mungkin cuma istrinya doang.

Jorse memeluk istrinya dari belakang lalu mengusap perut buncitnya itu. Dia meletakkan dagunya di bahu istrinya lalu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sofi.

"Maaf deh jangan ngambek ya." Ucap Jorse sambil membelai anaknya yang masih bersemayam di dalam perut Sofi.

Sofi tersenyum lalu ikut membelai perutnya sendiri. "Kira-kira anak kita laki-laki atau perempuan ya?" tanya Sofi random. Sepertinya dia sudah melupakan kemarahannya barusan.

Jorse ikut tersenyum. "Aku mana tahu, kan kamu sendiri yang minta dirahasikan kelaminnya." Jawab Jorse.

Sofi mengangguk kecil lalu menyandarkan punggungnya di dada bidang Jorse. Benar-benar nyaman.

"I love you." Ucap Sofi tiba-tiba.

Jorse mengernyit heran karena tidak biasanya Sofi mengucapkan kata yang menurutnya lebay itu. "Love you too." Balas Jorse meski agak bingung.

Tok tok tok.

"Permisi Tuan, saya hanya ingin menyampaikan kalau acaranya akan segera di mulai." Ujar salah seorang wizard dari balik pintu.

Sofi tersenyum lalu memeluk suaminya itu. "Kalau sudah jadi Raja gak boleh sombong loh ya!" peringat Sofi.

Jorse terkekeh pelan lalu mencium kening istrinya. "Aku janji gak akan sombong. Yaudah aku keluar dulu, kamu tunggu di sini saja nanti bakal ada yang menjemput kamu untuk ke upacaranya." Jelas Jorse.

Sofi mengangguk lalu Jorse pun mulai melangkahkan kakinya ke luar ruangan.

Setelah perginya Jorse tiba-tiba ada perasaan tidak enak di dalam diri Sofi. Semoga saja itu bukan pertanda buruk.

Tok tok tok.

Sofi menoleh ke arah pintu. Itu pasti orang yang akan menjemputnya. Pikirnya.

"Iya sebentar!" pekik Sofi lalu berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

Dan seketika mata Sofi langsung terbelalak saat tahu siapa yang ada di balik pintu dan belum sempat dia lari orang tersebut sudah melakukan sihir padanya membuat kesadaran Sofi menghilang.

***

TBC.

Sekolah Sihir [complete]Where stories live. Discover now