05

7.2K 840 336
                                    

Revisi: 31 Mei 2020, Typo tolong di koreksi & happy reading!

"Yang hangat akan menjadi dingin lalu pergi. Sama seperti cinta."

°°°°°

"Bu ada plester gak?" Cowok itu bertanya kepada petugas kantin sambil merogoh sesuatu di saku celananya.

"Dodol! Ini mah kantin bukan koperasi!" Kesal cowok yang berdiri di sebelahnya, ingin sekali ia membenturkan kelapa sahabatnya itu ke tembok, tapi karena rasa ketidak tegaannya akhirnya ia memukul kepala sahabatnya dengan novel yang ia bawa.

"Ye... kali aja jual! Marah-marah mulu lo Yu, kaya cewek Pms aja!" Cibir Renjun.

"Lu juga aneh Bambang! Eh tumben Lo cari plester buat apa emang?"

"Buat adik kecil gue."

"Dih adik ketemu gede." Cibir Boemgyu.

"Bidi imit Yu." Kedua cowok itu saling melemparkan cibiran sampai perhatian mereka teralihkan oleh gadis yang berlari dengan terburu-buru.

°°°°

Gadis itu menepuk pelan pipi Jeno, bisa ia rasakan panas menjalar di permukaan kulitnya. Remaja itu menggeram dan menggeliat pelan mencari posisi yang nyaman. Tidak berniat membuka kelopak matanya sama sekali.

Gadis itu mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal akibat berlari. Ia melangkah lalu membuka gorden tebal yang menutupi jendela. Cahaya mentari seketika menyebar memasuki ruangan minimalis dengan warna cat dominan putih dan hijau. Jeno mengernyit saat cahaya silau itu menabrak matanya, silau menusuk ketika ia membuka mata.

Ryunjin kembali mendekat ke bangsal Jeno. "Bangun dulu," Tapi cowok itu masih asik dengan kegiatannya memijat pelipisnya.

"Apanya yang sakit?" Jeno menggeleng.

"Cuma pusing." Gadis itu mengatur bangsal Jeno menaikan sedikit, lalu tangannya terulur membantu memijat pelipis serta kepala cowok keras kepala itu. Perlahan rasa pening itu sedikit reda.

"Kok bisa pingsan di kelas? Lupa sarapan? Apa emang sengaja?" tebaknya asal.

"Cuma kecapekan." Jawabnya singkat.

"Kecapekan sampai pingsan? Wah... seberat apa emang?" Desak Ryunjin. Membuat Jeno berdecak, mata yang semula terpejam kembali terjaga.

"Bawel! Gak usah kepo jadi orang." Ucap Jeno dengan pandangan tak bersahabat.

"Makan dulu terus minum obat." Ia buka styrofoam yang berisikan bubur yang masih hangat. Mengabaikan tatapan tak suka dari Jeno.

Seperti ibu pada anaknya, bibir mungil itu meniup-niup bubur hingga dirasa tidak terlalu panas.

"Aaa..." Jeno hanya diam tanpa berniat membuka mulutnya.

"Ayo buka mulutnya, tenang gak gue cium-cium dulu kok, jadi gak usah ngerasa ilfill, bubur ini sehat kok." Bujuknya.

Cowok itu menghembuskan nafasnya, sepertinya luka yang ia torehkan masih belum sepenuhnya gadis itu lupakan.

Mistake √NaJaeminWhere stories live. Discover now