Mistake 06

4.6K 549 50
                                    

Jangan boomvote my story readers!! Langsung up gak edit2an so jika ada typo/ kalimat rancau tolong di koreksi ya!!!!!!




"Jujur buat diri sendiri apa susahnya?"
-Jeno














Cahaya terang itu memasuki retina matanya yang basah, nafas yang semula memburu kini berangsur teratur, detak jantung yang semula berdetak melampaui batas normal kini kembali berdetak normal, dan ketakutan yang semula menguasainya kini perlahan menghilang. Ia tengokkan kepalanya ke kanan ke kiri untuk mencari sosok penyelamatnya. Ujung bibir pucat itu tertarik tak kala netranya menangkap sosok yang berdiri di atas anak tangga, sosok yang selalu memperhatikan dalam diamnya, sosok yang selalu menjaganya dengan caranya sendiri, tapi sosok itu pula yang selalu menjadi penonton tak kala ketidakadilan menyerang dirinya, sosok itu adalah sang kakak, Lee Jeno.

Namun senyum itu tak berlangsung lama saat dirinya menyadari bahwa sedari tadi sang kakak hanya menatap datar ke arahnya. Bukan tatapan penuh kekhawatiran yang ia dapatkan melainkan tatapan tak bersahabat yang menyambut kedatangannya.

Masih dengan posisi terduduk di atas lantai dengan punggung bersandar di dinding, Jaemin menundukkan kepalanya, jari-jemarinya sedari tadi asik saling beradu melukai kulit tangannya menggunakan kukunya. Jeno, pemuda itu melangkah mendekati sang adik.

"Masih inget rumah?" Tanyanya dengan nada dingin serta tatapan tajamnya.

Jaemin menghentikan kegiatannya melukai dirinya sendiri, kepalanya mendongak menatap wajah sang kakak, mereka saling bersitatap, dapat jaemin rasakan kemarahan sang kakak melalui pancaran matanya. "Maaf" lirih jaemin dengan suara lemahnya, kembali lagi ia tundukkan kepalanya melanjutkan aktivitas jari nakalnya.

Hati Jeno melemah, ingin sekali ia memarahi adik kecilnya itu habis-habisan, ingin sekali ia menghajar adik kecilnya itu, tidak taukah dia sedari tadi dirinya seperti orang gila, kesana kemari menerobos hujan mencari keberadaan sang adik? tapi, lagi-lagi jeno terlalu lemah jika menyangkut tentang adiknya. Seharusnya dirinya tidak kekanak-kanakan seperti ini, seharusnya dia tidak perlu memberi hukuman yang bahkan bisa mengancam nyawa adiknya. Jeno menyesal telah mematikan seluruh lampu rumah bundanya padahal ia tahu bahwa phobia adiknya sangatlah berat, ditambah lagi saat dia melihat wajah pucat pasi sang adik, wajah yang biasanya selalu tersenyum kini bagai mayat hidup tanpa ada warna kehidupan, hal itu semakin menambah rasa bersalah di hatinya.

Jaemin tidak marah jika kakaknya melakukan ini semua padanya, dirinya pantas di hukum! Dirinya hanya bisa membuat kakaknya khawatir saja, dirinya egois! Wajar saja kakaknya menghukumnya seperti ini, dia yang lalai dirinya lupa untuk memberi kabar bahwa dirinya akan pulang terlambat, andai saja tidak hujan pasti dirinya tidak akan terjebak di situasi seperti ini.

Jeno berjongkok mengimbangi tinggi sang adik, "lain kali kasih kabar kalau mau pulang telat biar orang rumah gak khawatir," nada suara Jeno mulai melembut, tatapan tajam itu kini berganti dengan tatapan penuh kekhawatiran, tanggan nya melerai tautan jari jemari adiknya. "Jangan suka kaya gini jaem, harusnya lo jaga tubuh lo bukan malah buat makin ancur" kesal Jeno, ia usap darah akibat cakaran kuku adiknya itu. Jeno bergegas pergi meninggalkan adiknya.

Jeno yang melihat kepergian sang kakak seketika tersenyum masam, sungguh ingin sekali ia tertawa lepas mendengar penuturan kakaknya itu. Khawatir? Memangnya siapa yang mengkhawatirkan dirinya? Bunda? Bahkan pernah dirinya tidak pulang selama beberapa hari, apa yang orang rumah ini lakukan? Mencarinya? Mimpi! Bahkan tidak ada yang mencarinya sama sekali, mereka terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan yang tiada ujungnya, mereka terlalu sibuk merawat si anak emas mereka yang saat itu terbaring lemah di rumah sakit. Mereka seakan lupa atau bahkan memilih melupakan si anak cacat yang hanya meyusahkan mereka saja. Apa pernah keberadaan jaemin di rumah ini dianggap? Tidak bukan?.

Mistake √NaJaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang