Mistake 07

4.9K 616 201
                                    

<<ada yg nunggu cerita ini bernotip? Ingat hargai tangan yang mengetik ini!!! Pintu komen di buka selebar-lebarnya!!!!

































"Aku ingin bahagia tanpa tapi, aku ingin bahagia tanpa nanti dan aku ingin bahagia tanpa berharap"

-Na Jaemin







Rasa dingin kembali terasa di pipi sebalah kanan dekat rahangnya ketika jari kanannya mengoles salep penghilang bekas luka yang tidak pernah absen setiap pagi dan malam. Jaemin menatap pantulan dirinya melalui cermin yang berada di kamarnya. Tubuh tinggi dengan postur badan yang pas dengan seragam osis yang melakat rapi, ia tersenyum singkat "ayah lihat luka diwajah jim sudah hampir hilang," ucap nya dengan iris yang sudah berkaca-kaca.

"...lalu sebentar lagi kaki jaemin juga bakal sembuh." Lanjutnya sembari menatap kaki telanjangnya, rasa ngilu serta bengkak sudah sedikit berkurang, ini semua karena kakak serta bi han yang memaksanya untuk pergi terapi, mau tidak mau karena memang kakinya terasa sangat sakit Jaemin pun menurut saja.

"Ayah, luka fisik jaemin bisa sembuh tapi, apakah luka batin ku juga bisa terobati? Disaat obat yang jaemin butuhkan malah menjadi racun yang selalu menambah rasa sakit ... Dan penyemangat yang jaemin butuhkan malah pergi menghilang tanpa mengucapkan sepatah kata perpisahan sama sekali,"

"...ayah kapan ayah kembali? Apa ayah sudah lupa kepada jaemin?"

Jaemin tertawa hambar, sungguh ingin sekali ia menapar dirinya sendiri, pertanyaan bodoh yang keluar dari dirinya seakan menggambarkan bahwa dirinya sangat menyedihkan dan kesepian. "Mana mungkin ayah bisa lupa sama anak nakal ini? Mana mungkin ayah lupa sama anak penyakitan ini? Haha... Ayah tau? Sekarang Jaemin gak selemah dulu yah, sekarang jaemin kuat, dulu saat bunda memarahi jaemin karena hujan-hujanan pasti jaemin selalu menangis, tapi sekarang Jaemin gak pernah nangis lagi yah"

".. jangankan memarahi, menatap jaemin saja bunda enggan" sebulir cairan bening keluar dari pelupuk matanya.

"Yah, sebeneranya salah Jaemin itu apa?" Kepala remaja itu tertunduk, bahu tegap itu bergetar lalu isakan kecil mulai terdengar mengisi kesunyian kamar.



Anggaplah jaemin sebagai lelaki yang lemah, apa salah jika seorang lelaki menangis? Lelaki juga mempunyai hati, apa salah jika seorang lelaki menangisi orang yang sangat ia sayangi? Lelaki manapun jika berada di posisi jaemin pasti akan menangis, setiap hari dirinya harus mendengar kata pedas dan hinaan dari sang bunda, melihat tatapan muak dan jijik, dan setiap harinya dia selalu mendapatkan penolakan dari bundanya, hari berganti bulan lalu berganti tahun, cacian, hinaan dan penolakan tiga hal yang selalu mengingatkan dirinya akan posisinya saat ini. Di dunia ini hal yang lebih sakit dari putus cinta adalah penolakan dari sang bunda, rasanya berjuta-juta kali dijatuhkan dalam jurang yang penuh dengan beribu-ribu mata pisau, sakit tapi tak berdarah, bukankah hal itu jau lebih berbahaya?







Pemandangan pagi masih seperti biasa, meja makan yang penuh dengan keharmonisan, saling canda tawa tanpa merasa kurang tanpa kehadirannya. Jaemin tersenyum miris saat melihat raut kebahagian bundanya, tawanya yang lepas, tatapan hangat serta tutur katanya yang sangat lembut dan penuh kasih sayang, ketiga hal yang selama ini sangat ingin ia rasakan. Jika tuhan mengabulkan satu saja doanya dia hanya ingin bahagia bersama keluarganya, bahagia tanpa tapi dan tanpa nanti dan tanpa harapan. Sederhana tapi sangat sulit.

Mistake √NaJaeminWhere stories live. Discover now