04

9.5K 926 211
                                    

Revisi 28/05/20 Typo dan kalimat Rancau tolong di koreksi, happy reading!


Kelopak mata itu terbuka bersama suara adzan yang berkumandang. Kepala yang semula tertidur berbantalkan lengannya sendiri kini terangkat. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa nyeri akibat posisi tidurnya yang salah. Ia usap wajahnya kasar guna mengumpulkan seluruh kesadarannya. Netranya menelisik jam di dinding kamarnya. Pukul 04.15 dini hari. Pantas saja rasa kantuk masih dirasa. Dirinya baru bisa tertidur pukul 2 dini hari, bisa dipastikan kantung mata telah menghiasi bawah matanya.

Remaja itu mendesah keras saat melihat keadaan meja belajarnya yang sangat kacau. Gara-gara tugas ini dirinya harus begadang semalaman dan memutar otak berkali-kali untuk memecahkan rumus-rumus yang seakan memecahkan otak. Tak mau lebih banyak lagi membuang waktu, Jaemin bergegas menata buku-bukunya, sekaligus menjadwal pelajaran untuk hari ini. Dirasa cukup rapi, Jaemin bergegas turun ke bawah untuk mengambil air wudhu lalu menunaikan kewajibannya.

"Arggg-" Baru saja kaki itu melangkah, erangan tertahan terucap dari bibir pucat remaja itu.

Jaemin mendudukkan sebentar tubuhnya di ranjangnya. Ia pandangi kaki kirinya, di sekitar area mata kaki sedikit membengkak dengan warna kebiruan.

"Jangan lagi..." harapnya, ia gelengan kepalanya mencoba menepis segala kemungkinan buruk. "Aku gak mau terlihat menyedihkan lagi. Kaki tolong jangan bandel." Lirihnya. Luka gores akibat kecelakaan naas itu masih membekas dan rasa sakit masih sering Jaemin rasakan.

"Bunda sakit." Adunya ditengah kesakitan, seandainya Bunda bisa merasakan rasa sakit yang ia rasakan, seandainya pelukan itu ia dapatkan, mungkin rasa sakit yang tubuhnya alami akan sedikit berkurang.

°°°°°

"Bi tolong ambilkan tiga buah piring ya, nanti taruh di meja makan."

"Loh kok tiga Bu? Anggota keluarga ini kan ada empat?"

"Keluarga ini hanya punya tiga anggota. Dari dulu juga seperti itu. Sudah bibi gak usah banyak tanya, tinggal ambil aja. Saya mau ke atas dulu." Yoona melenggang pergi setelah selesai membuat segelas hangat susu putih.

Semuanya gak pernah berubah ya Bun, lirihnya. Wajah remaja itu kembali menyendu.

Ucapan itu terdengar begitu jelas dan mampu menusuk hati kecilnya. Dia berdiri termenung dibalik pintu dapur, tanpa sengaja menguping pembicaraan Bunda dan Ibu. Dia berniat membasahi kerongkongannya yang kering, tetapi ia urungkan saat melihat perdebatan kecil antara Bunda dan Bi Han.

"Ibu."

"Lho den Jaemin." Bi Han sedikit terkejut melihat tuan mudanya berdiri termangu dengan tatapan sayunya.

"Sejak kapan Aden berdiri disitu?" Tanyanya penuh kekhawatiran.

"Baru aja kok Bu, oh ya aku haus, aku cuma mau ambil minum aja kok Bu." Ucapnya berusaha mengalihkan tatapan penuh selidik dari Bi Han.

"Ibu tolong buatkan aku susu hangat ya, sudah lama rasanya gak minum susu."

"Siap! Tunggu bentar ya den Ibu buatin dulu." Bi Han bergegas membuatkan susu coklat kesukaan Jaemin.

"Ah.. aku minum susu ini aja. Ini kan buatan Bunda, Ibu buatin susu yang baru ya buat kakak. Yang ini biar aku minum, ya Bu?" Pintanya dengan suara memelasnya.

Bi Han paham maksud ucapan tuan mudanya. Rupanya anak itu sedang merindukan susu buatan Ibunya. Dulu setiap pagi Yoona selalu membuatkan anak-anaknya segelas susu, segelas susu putih untuk Jeno, dan dua gelas susu coklat untuk si sulung dan Jaemin. Dulu dari ketiganya, hanya Jaemin yang sangat susah untuk sekedar minum susu. Tak jarang kakaknya lah yang diam-diam menghabiskan susu Jaemin. Sedangkan Jeno, anak itu sangat menyukai susu terlebih lagi susu putih.

Mistake √NaJaeminWhere stories live. Discover now