8. Ciuman Pertama

89.8K 1.6K 23
                                    

Akhirnya 2 minggu lewat, gue memutuskan buat ngetes dia. Malam itu kita tiduran dikamar, nonton TV, gue senderan ke dia.

Yuk! Sarah harus berani! Daripada gue mati penasaran gara-gara ini! Mending gue dapet jawabannya.

Gue duduk dan menatap Kak Zac, “Kak”

"Hm?", gumamnya noleh ke gue. Senyumannya selalu disana, penuh rasa sayang, dan rasa penasaran. Baginya, semua yang gue lakuin adalah misteri buat dia. Hal yang patut ditunggu. Setelah menarik nafas dalam-dalam,

Gue melingkari lehernya dan langsung menariknya, menyatukan bibir kami dalam ciuman.

Tapi beberapa saat mencium, dia ngga bereaksi apa-apa lagi. Dia kenapa sih? Kenapa bales ciumnya cuma bentar.

Ciuman dilepas, dan gue memandangnya penuh rasa heran.

Tapi reaksi kak Zac...dia melongo dan ngga ngomong apa-apa.

“Kakak....Kakak ngga mau cium aku lebih dalem?”, tanya gue kebingungan.

Kak Zac mengerjapkan mata terkejut, “HAH?! Lebih dalem? BAHAHAHA!!”, dia malah ngakak, bikin gue makin bingung.

K-kenapa? Gue ga paham.

Tapi dia malah ngakak terus.
“HAHAHAHAHA! Kamu ini dijodohin sama aku tau! Haha! Kam-kamu kan masih SMA! Lebih da-Aduh Sarahhhh sakit perut gue!”,  Kak Zac ngakak terpingkal-pingkal megangin perutnya.

“Aku kan udah gede! Lagian juga kita udah nikah kan? Apalagi masalahnya?”, gue mulai ga mikir buat ngode-ngode lagi.

“Kamu masih remaja lho! Masa karena kita nikah kita harus ciuman yang dalem? Aduhhhh emang kamu ini manis ya?”, kekehnya ga berhenti-henti.

Ikh! Dia masih ga paham?

“Kak, 1 minggu ini rasanya luar biasa lho”, kata gue berusaha serius, “Oh ya?”, potongnya sambil tersenyum.

“Iya! Tapi aku, aku merasa disini kalau Kakak malah jadi...bucinnya aku! Kakak udah menuhin tugas suami tapi aku ngga!”

“Awwww, Sarah baby, it’s okay”,

“No! It’s not okay! Di pernikahan seharusnya kita saling peduli, saling cinta. Aku juga mau suka sama Kakak, aku juga mau tunjukin aku bisa berperan sebagai istri! Aku mulai khawatir sama masa depan kita!”, kata gue mulai desprate.

“Hehe. Itu bukan masalah, Sarah. Gapapa kalo kamu ngga berperan kayak istri, lagian kamu masih SMA. Kamu have fun aja gausa ambil pusing. Sekarang ini yang penting kamu nikah sama aku dan bisnis ortu kamu bisa lancar lagi”, jawabnya tersenyum.

Ragu-ragu, gue nanya, “Aku...aku mulai bertanya-tanya. Apa Kakak sebenernya cinta sama aku?”

“Haaa? Hahahaha! Cinta kamu? Hahahahaha! Kamu lucu deh! Hahahaha!”, dia ngakak sejadi-jadinya.

“Kak-“, dia masih ketawa,
“Kak Zac-“, dia ga menghiraukan gue, dia anggap ini bercandaan?

Gue malah jadi khawatir sama hubungan kita sekarang!

“AYOLAH KAK! BISA GA SIH KITA OMONGIN INI KAYAK PASUTRI NORMAL!?”, jerit gue meredam tawanya.

Kak Zac berhenti tertawa menatap gue, matanya membulat. Ragu-ragu dia menjawab,

“Sarah...kita...kita...bukan pasutri normal lho”,

Hah...iya ya?

Kita dijodohin...kita nikah bukan karena cinta...gue juga masih suka benci ama dia. Perasaan kita masing-masing pun belum jelas.

“Maaf...aku kira...Kalau kita yah...ciuman. Aku bisa mastiin perasaan kita... Sarah bener-bener mau suka kakak, dan aku pengen nunjukin kalo aku bisa jadi istri yang bisa ngurus suaminya...bukan orang yang numpang tinggal”, ungkap gue malu-malu, menunduk menghadap Kak Zac.

Kak Zac terdiam sesaat, setelah mengulum bibir berpikir, dia menjawab,
“Sarah...sebenernya dari pertama liat kamu...aku beneran suka. Aku seneng bisa nikah tapi aku gamau nekan kamu buat menuhin tugas istri. Kakak mau kamu bebas ngapain aja dan be yourself. I really love you tapi aku nahan diri, aku gamau terburu-buru. Semuanya tergantung kamu”, ucapnya sungguh-sungguh

“...I-I love you too...tapi kadang rasanya Kakak treat me like a sister, bukan istri. Jujur aku pengen Kakak bebas sama aku...”, bales gue menoleh dan tersenyum padanya.

Gue Nikah Pas SMA & Suami Gue CEOWhere stories live. Discover now