17. Anak Kami

35.2K 1K 21
                                    

"AHHH! Kevin! Mules banget!", jerit gue di atas ranjang. Berteriak sambil memegangi perut berisi anak kami,

"Pasien kontraksi, langsung bawa ke ruang melahirkan!", seru Kevin memerintahkan orang-orang untuk mendorong ranjang ke ruang melahirkan sembari mengenakan jas dokternya.

Ini sakit banget...gue udah ga ngerti lagi...Ini gila rasanya...begini rasanya mau lahiran?

Ini perjuangan buat punya anak?

Gue dibawa masuk ke satu ruangan putih. Ada bidan dan teamnya yang sudah siap. Begitu sampai, gue dibawa ke toilet dulu buat ganti baju, kemudian ditidurkan di ranjang.

Suster mengecek bagian bawah gue, “Bukaan 9, sebentar lagi dia bisa melahirkan”,

"V-vin...Kak Z-Zac mana?", tanya gue berusaha mengeluarkan suara diselang rasa sakit ini. Kevin terlihat cemas sama kaya gue.

Kita mencemaskan orang yang sama,

"Papa lagi cari, tempat ini ga gede-gede banget jadi seharusnya gampeng ditemuin”, jawabnya berusaha menenangkan gue.

Zac suami gue mana?
Dia kemana?
Ini anak kita mau lahir

"Kevin...Zac....Zac mana?", air mata mulai membasahi pipi, gue panik, gue ketakutan....

"Suami aku...suami aku kemana?", ucapku menggapai Kevin dengan pasrah, setidaknya gue pengen nyentuh kembarannya.

Gue menarik lengan jas dokternya dengan lemah. Kevin memasang wajah sedih. Bahkan dia memalingkan wajahnya, ga tega liat gue.

Tiba-tiba hp Kevin berdering. Disaat bersamaan, para suster menyuruh gue tiduran dan menarik nafas dalam-dalam.

Bukaan berapa ini pun gue ga bisa denger dengan jelas. Tapi.

"Halo?", Kevin menjauh untuk memberi tempat bagi para suster.

"Sarah udah mau ngelahirin nih!", serunya langsung ke handphone itu.
Zac?
Itu Zac?

Gue berusaha bangkit, tapi suster menahan dan mendorong kembali untuk tetap tidur,
"Maaf bu, tolong tiduran"

Awalnya Kevin terlihat marah, tapi mendengar ucapan-ucapan dari ujung sana, matanya yang ber-iris merah membulat, mulutnya terbuka kaku.

"Kecelakaan...?", gumamnya.

Kevin melirik gue dengan wajah ketakutan sambil terus mendengarkan apa yang disampaikan. Setelah mendengar sesuatu dari orang itu, ia menutup mulutnya dan bergegas keluar ruangan.

"Kevin!", jerit. Air mata berusaha bangkit, tapi gue langsung didorong,

"Bu tolong jangan bangkit!", suster menahan gue lagi.

Gue menangis menatap ke langit-langit putih.

Zac kemana
Kamu baik-baik aja?
Tolong kemari...anak kita mau lahir

"GA MUNGKIN!", teriak Kevin di luar. Apa? Kenapa? "GA BISA! G-GA BISA-GA BOLEH! ANAKNYA MAU LAHIR! PA?!", jeritnya histeris.

Kenapa?!
Itu kenapa?!
Zac kenapa?!

Kevin terdengar frustasi di depan sana. Sesekali gue bisa dengar isak tangisnya. Jangan-jangan...

Ga...gamungkin...Zac...jangan itu...meninggal? Hah? Ia meninggal dalam kecelakaan?

Jangan....tolong....ngga....

"ZAAAAAAAAC!", jerit gue sekencang mungkin dan memberontak.

"Ibu! Tenang bu!".

GIMANA?! GIMANA CARANYA TENANG?! SUAMI GUE BISA AJA MENINGGAL DI HARI ANAK KITA LAHIR!!!
INI GA BOLEH
INI GA BOLEH TERJADI
INI GA NYATA
Tolong....jangan...

Gue Nikah Pas SMA & Suami Gue CEOWhere stories live. Discover now