24. Hoax

26.3K 842 4
                                    

"Duduklah", katanya menunjuk sofa. Gw gaperhatiin rupanya di sekat itu banyak piagam dan sertifikat, pasti perusahaan ini sangat sukses.

Menurut, gw duduk

"Dia CMO, tadi lagi jalan-jalan di cafe mall jadi sekalian kuminta jemput kamu. Makasih ya", kata Zac menepuk bahu CMO itu yang kemudian keluar kantor.
Bu Lia datang membawa 2 cangkir teh hangat, kemudian keluar lagi.

Zac duduk di sofa seberang gw

"Kamu udah tau soal rumor jadi gossip itu kan?", tanya Zac langsung ke inti.

Gw mengangguk,
"Tapi aku taunya bukan dari berita...ini dari mulut"

Zac manggut-manggut,
"Dia bilang semuanya?", tanyanya, tau soal Desi. Gw ngangguk, air mata mulai mengalir lagi.

Zac mendekat dan memeluk gw.
Gw menangis untuk beberapa waktu sampai gw melepas pelukan itu.
Zac menggenggam tangan gw dan tersenyum lembut.

"D-Dia bilang...dia kecewa sama aku...", adu gw.
"Terus?"
"Tapi pas aku bilang itu soal ekonomi...dan aku belom selesai ngejelasin...dia bilang dia ga bisa bantu soal itu", lanjut gw.

Gw terhenti, kemudian melanjutkan dengan suara bergetar,

"Dia maafin aku tapi dia ga mau anggep aku sahabat lagi"
"Kalo dia mau itu, ladenin", jawab Zac cepat.
Gw membulatkan mata ngeliat dia, "Kenapa?"

"Kenapa kamu tanya?
Dia minta itu kan?
Kalo kamu cerita dari awal, memangnya dia mau berpihak sama kamu?
Liat sekarang, dia nepis kamu. Seburuk-buruknya 'sahabat', mereka ga bakal mutusin hubungan, tetep bakal dukung kamu", bales Zac.

"Tapi aku yang mulai...", kata gw menyalahkan diri.

Zac berjongkok di depan gw dan menggenggam tangan gw,

"Kakak pernah bilang sahabat itu orang yang bakal berpihak sama kamu, lebih paham dari siapapun bahkan orang tua sendiri.
Kakak respect keputusan kamu ga mau ngasih tau soal pernikahan waktu itu, tapi ngeliat reaksi dia sekarang-", dia menggeleng,
"...itu ngasih tau Kakak kalo di ga sepenuhnya percaya kamu.
Dia ga ngebiarin kamu ngejelasin, malah ngedenger rumor. NGINTROGASI kamu di tempat umum dengan kondisi kamu sekarang.
Bagi Kakak, Desi bukan sahabat kamu lagi."

Mata gw membulat, kenapa Zac berkata seperti itu? Tapi kalo dipikir-pikir perkataannya bener.

"Kita kan gatau. Seandainya waktu itu aku ngasih tau...mungkin dia paham", bela gw.
"Kakak ga bisa ngomong apa-apa soal itu. Kalo mau, tanya dia", kata Zac enteng.

Gw mengeluarkan foto-foto yang dilempar Desi tadi dan menyerahkannya ke Zac.
Dia melihat-lihat foto itu dalam diam.
"Aku dapet ini dari Desi...tapi dicetak secara profesional...apa orangnya dari internet?", tanya gw. Dia melirik gw sambil tetap melihat-lihat foto itu.

"Kamera", katanya singkat
"Apa?"
"Ini dari kamera", ulangnya.
"Kamera?"
"Iya. Liat pojok bawahnya, ada tanggal 17 Juli taun kemaren. Ini foto originalnya. Langsung dari tukang fotonya. Kalo cetak internet, ga akan ada tanggal disudutnya.",
dia kemudian beranjak dan mengambil koran.

Di koran itu, ada berita berjudul 'CEO YSP corp Memiliki Anak dari Seorang Gadis SMA yang Dikencaninya', dan dibawah ada foto-foto yang sama persis seperti yang dilempar Desi tadi.
Foto disini terlihat seperti foto profesional, dari kamera.

"Apa artinya...", gw menatap Zac.
"Apa artinya Desi ada hubungannya sama jurnalis koran ini?", tanya gw. Zac melihat ke sana sini,
"Desi orang tuanya kerja apa?", tanya dia.

Gw berusaha mengingat, terakhir kali gw main kesana, Bapaknya lagi motret vas dengan kamera dan latar super ribetnya.

"Kayanya photographer", jawab gw. "Namanya?", tanya dia lagi.
"Kalo ga salah Teddy Wijaya", jawab gw.
Dia melihat koran itu sekali lagi kemudian tersenyum, "Makasih ya".
Dia mengeluarkan hp-nya, mengetuk nomor dan menunggu jawaban. "Halo? Ini saya, Zac. Iya"

Gue Nikah Pas SMA & Suami Gue CEOWhere stories live. Discover now