14. Zac & Kevin

7.2K 259 6
                                    

Waktu berlalu dan kami mulai mempersiapkan kehadiran bayi kami.

Saat kandungan menginjak 7 bulan, gue dan Zac ke rumah sakit untuk melihat buah hati kami lagi setelah sekian lama.

Kita ga pernah ngecek semenjak di pulau ini. Kali ini kita mau tau gendernya,
“Baiklah bu Sarah dan pak Zac...mari kita lihat si kecil~”, nyanyi dokter wanita itu, menempelkan alat diperut setelah mengolesnya dengan suatu cairan. 

Zac menggenggam tanganku dengan lembut, namun kuat, semangat untuk melihat anaknya. Dokter itu manggut-manggut,
“Jenis kelamin...laki-laki”,
“Cowok?!”, seru gue seneng.
“Iya, mama...liat tuh ada belalai kecilnya. Ini matanya,  lalu hidungnya, disini kupingnya. Lalu tangan, kaki, dan kepalanya berkembang dengan baik. Semua sehat lho parents”, katanya menunjuk layar dengan pulpen.

Cowok ya...pasti repot nih kalo bandel. Hihi

Apa nanti sifatnya meledak-ledak kaya gue?

Atau nanti dia suka petakilan kaya Zac?

Banyak hal yang kunantikan

Setelah itu, kami pergi ke toko peralatan bayi. Beli keranjang bayi, bantal kecil, guling kecil, selimut, dot, botol, penghangat susu, banyak lagi! IT’S FOR OUR SOOOONNN!!!!

“Ahhhhhh! Bayi kecilku cowok!”, pekik gue seneng menempelkan foto itu ke dada di perjalanan pulang. Kak Zac terkekeh riang,

“Gila, padahal waktu itu kayak kacang merah, sekarang udah bener-bener kaya manusia. Nanti lahir jadi kehidupan baru, anak kita”, senyumnya riang dan semangat, menunjukan cahaya seorang ayah dari matanya.

Sesampainya di rumah, Zac turun dari mobil dan membukakan pintuku. Ini mengingatkan gue sama malam kita bertunangan. Ia menariku keluar dengan lembut, kemudian menatap gue,

Tatapan yang dalam itu, entah apa yang di dalam pikirannya. Hidung yang enak dilihat, bibir yang setiap mengeluarkan kata pasti didengar. Rambut hitam berkilau dan lembut itu cocok dengan matanya.

Postur tubuhnya tegap dan gagah, badan yang berotot, kaki yang panjang. Kadang gue berpikir kalo dia ga nyata...dia sebuah ilusi idaman wanita

Mengingat waktu itu...
Setelah kita berciuman...
Membuat jantung berdegup dengan cepat
Setiap dia meluk gue...
Setiap ia mendekatkan wajahnya...
Kata-kata manis yang dia keluarkan...
Bikin gue melayang
Senyumnya dan kelembutannya...bikin gue jatuh cinta. Bisa-bisa gue gila gara-gara dia....

“Zac...”, panggil gue mendongak menatapnya dengan mata berbinar.
“Hm?”, ia tersenyum menunggu ucapanku, terlihat sangat tertarik.

Ekspresi itu juga ia tunjukan saat gue meragukan perasaan kami.

Dia...adalah orang yang menarikku dari dunia yang selalu berputar dengan bosannya, dunia gue yang mulai hancur. Tapi ia datang menarikku, memperhatikanku dan menunjukan kalau aku sangat diinginkan dan dicintai olehnya di setiap perbuatannya.

Zac berterima kasih saat aku menikahi dan mau menemaninya..tapi apa dia tau kalau dialah yang sebenarnya menemaniku selama ini? Hanya ini yang bisa gue katakan,
“...thank you udah mau nikah sama aku...”,

Dia tersenyum lebar, kemudian menunduk mendekatkan bibirnya pada bibirku. Aku menerima ciuman itu dan melumat bibirnya, sama seperti dengan yang menciumku penuh gairah dan penuh cinta.

Perjodohan ini bukan bencana,
Perjodohan ini adalah anugrah,
Kapan lagi bisa dapet suami idaman begini?
Ganteng, mapan, baik, penuh tanggung jawab, dan setia?
Apa dia ga terlalu sempurna?

Kadang memang terkesan aneh tapi...apa salahnya
Selama dia masih mencintaiku...hal itu tidak masalah

Sedang asik berciuman, tiba-tiba Zac melepas ciuman kami dengan cepat dan menoleh ke arah jalan aspal.

Gue Nikah Pas SMA & Suami Gue CEODonde viven las historias. Descúbrelo ahora