Chapter 2

6.9K 441 42
                                    

Santorini, Yunani

Santorini, tepat berada di negara Yunani. Negara yang akan menjadi tujuan bagi semua turis. Bagiamana tidak, objek wisata yang berada di Santorini sangat menarik dan juga indah. Maka dari itu, pimpinan Aderxio's Company memutuskan menghabiskan masa cutinya dinegara ini.

Arslan Aderxio. Pria matang berusia 25 tahun, namun belum juga memiliki pendamping hidup. Diusianya yang sudah matang ini, ia malah asik dengan pekerjaannya tanpa memperdulikan orang sekitarnya, terutama sang mama yang menginginkan ia cepat menikah. Padahal ia sudah dilangkahi keempat adiknya, dan akan berjalan lima jika ia tidak segera menikah.

"Arslan, bagaimana pemandangan di Santorini?" tanya Stevano selaku orang kepercayaan Arslan, sekaligus sahabat dekat Arslan.

"Indah, aku menyukainya." hanya itu jawaban Arslan.

"Bagaimana jika kau pergi berkeliling Santorini? Gadis-gadis Santorini sangat cantik-cantik dude." usul Stevano yang hanya dibalas senyum tipis dari Arslan.

"Nanti saja, aku mau menyelesaikan beberapa berkas yang belum selesai. Kau saja yang berkeliling."

"Katanya ingin menghabiskan masa cuti, tapi kenapa kau masih mengerjakan pekerjaan kantor?" balas Stevano yang membuat Arslan menatapnya datar.

Ya, hanya Stevano yang berani berbicara seperti itu kepada Arslan. Karena, dia bukan hanya orang kepercayaan Arslan tapi ia juga sahabat dekat Arslan.

"Baiklah kalau begitu, aku saja yang pergi berkeliling menikmati pemandangan dan cantiknya gadis Santorini. Sekalian jika beruntung, aku akan menyeretnya ke kamar." celetuk Stevano dan segera meninggalkan Arslan sendirian.

"Dasar penjahat kelamin." teriak Arslan sebelum Stevano hilang dibalik pintu.

Setelah meneriakkan kalimat itu, Arslan terkekeh kecil. Memang benar jika Stevano penjahat kelamin, ia sudah berpuluh-puluh kali melakukan sex bebas dengan para wanita. Tapi, seorang Stevano tidak akan pernah meniduri wanita lebih dari satu kali.

Arslan membalikkan badannya, berniat kembali masuk kedalam hotel. Tapi langkahnya terhenti ketika dering ponselnya berbunyi.

Dengan segera Arslan merogoh saku celananya, dan melihat siapa yang menelfon nya. Dan ternyata sang mama tercinta yang menelfonnya.

"Ya ada apa ma?"

"Kau sudah sampai di Santorini?"

"Sudah ma, memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa, mama hanya mengkhawatirkan mu. Oh iya jangan lupa berkeliling Santorini, supaya ada gadis Santorini yang tertarik dengan mu."

Selalu. Ini sudah menjadi kebiasan mamanya jika ia pergi berlibur kemanapun, pasti soal gadis tak luput dari pembicaraan.

"Hmm."

"Baiklah kalau begitu mama matikan dulu, ayahmu terus saja berteriak-teriak."

Belum sempat Arslan mengucapkan sesuatu, sang mama sudah mematikan telfonnya sepihak.

"Kebiasaan." gumam Arslan seraya menampilkan senyum manis. Memang, kelakuan mamanya bisa membuat ia tersenyum.

Ia kembali melanjutkan langkahnya memasuki kamar hotel, langsung saja Arslan menghempaskan tubuhnya diatas kasur yang empuk, "Lelahnya badan ini."

Tapi baru saja ia mengistirahatkan badanya dikasur, tiba-tiba ingatan tentang berkasnya yang belum terselesaikan membuatnya beranjak dari kasur secepat kilat.

Memang, Arslan adalah tipe orang yang ingin semuanya beres dan tidak menunda-nunda. Ia lebih baik kehilangan satu hari waktu liburan untuk mengerjakan pekerjaannya, dari pada menikmati waktu liburan tapi pekerjaan masih ada. Dan itu akan mengganggu pikirannya.

Ia langsung mengambil laptop dan beberapa map berisi kertas-kertas penting, dan diletakkan diatas pangkuannya yang tengah duduk bersila diatas kasur.

Ia membuka laptop dan jarinya mulai bermain diatas keyboard dengan lihainya. Sesekali ia melirik map dan kembali fokus pada layar laptop nya. Sunguh, Arslan terlihat semakin tampan jika dalam mode serius.

Meskipun dalam mode apapun ia akan tetap terlihat tampan, tapi ia akan jauh lebih tampan jika dalam mode serius dalam mengerjakan sesuatu. Bahkan saat ia hanya mengenakkan handuk di pinggangnya pun tetap masih mengalahkan ketika ia sedang serius.

Ah dasar Arslan.

Satu jam kemudian, ia menutup laptop dan menata kembali map yang ia acak-acak, lalu menuruhnya diatas laptop.

"Pekerjaan selesai, saatnya menyusul si penjahat kelamin itu." monolog Arslan dan langsung beranjak keluar dari kamar hotel. Ia akan mengganggu liburan Stevano. Enak saja, ia baru saja mengerjakan pekerjaan kantor, tapi Stevano enak-enakan cuci mata melihat pemandangan gadis Santorini.

"Hey dimana kau bro?" tanya begitu panggilannya diangkat oleh Stevano. Ia berbicara sambil berjalan keluar dari hotel.

"Memangnya kenapa?"

"Aku akan menyusul."

"Pekerjaan mu sudah selesai?"

"Sudah, dan sekarang aku ingin mengganggu liburan mu. Enak saja aku mengerjakan perkerjaan kantor, tapi kau malah enak-enakan menikmati pemandangan gadis Santorini."

"Oh kau lupa rupanya, bukankah kau sendiri yang menginginkan mengerjakan itu, kenapa iri denganku."

"Ah sudahlah lupakan. Tidak ada gunanya bicara denganmu. Oh iya, kau dimana?"

"Hahaha, sudah tahu tidak ada gunanya, lalu kenapa masih mau bicara. Oh aku sedang di restoran yang dekat hotel. Tapi, kau jangan kemari."

"Why?"

"Oh come on dude. Kau pasti tahu alasanya."

"Sudah mendapatkan gadis heh?" tanya Arslan remeh.

"Ho'oh, Ya sudah aku matikan. Bye, nikmati liburanmu sendiri pria workaholic."

Setelah itu panggilan terputus sepihak dan membuat Arslan mengumpat tidak jelas, "Awas kau."

Tak ada pilihan lain, ia memilih berkeliling di sekitar hotel, mungkin saja ada hal yang akan menarik perhatiannya. Apalagi ini baru jam 12 siang, niatnya ia akan menghabiskan waktu sampai malam hari.

Tapi baru saja ia membalikkan badan, ada sesuatu yang membuatnya langsung tertarik, "Wow, cantik. Tapi..."

"Maaf tuan, map tuan Stevano tertinggal di meja resepsionis saat memesan kamar hotel." ucap seseorang. Itu membuatnya mengalihkan pandangan dan menatap orang yang baru saja berbicara, ternyata iru manager hotel yang ia tempati.

"Ah iya terima kasih."

Manager itu mengangguk dan berlalu pergi setelah memberikan map yang ia bawa kepada Arslan, sedangkan Arslan langsung menatap map yang ditengahnya tertulis nama Stevano George. Tapi sedetik kemudian ia kembali menolehkan kepalanya tepat saat ia melihat sosok yang mencuri perhatiannya itu. Namun nihil, kini sosok itu tak ada disana, dan itu karena map sialan milik Stevano.

"Awas kau Stev."

°•°•°•°•°
.
.
.
TBC!!!
.
.
.
Wait for the update!!!

Gimana, gimana? Lama ya? Iyalah, soalnya baru update.

Ok.

Yang mau tahu visual Stevano dan Arslan. Langsung aja kepoin ig aku

Instagram: alivinadaa

Crazy Wife || [Aderxio Series#2]Where stories live. Discover now