Chapter 15

2.6K 187 13
                                    

Saat mata ini memejam, tak lagi bayangan kelam yang menghantui. Ketika mata ini terbuka, tak lagi sosok masa lalu yang melintas. Semua berubah, semuanya berubah ketika seorang pria datang dan masuk kedalam kehidupannya.

Sosok pria yang dipikirnya menyebalkan, kini sosok pria itu kerap kali datang dalam mimpinya, dan menawarkan sejuta kebahagiaan.

Apa-apaan ini, ya Tuhan. bahkan pria itu adalah pria asing. Pria yang tak diharapkan kehadirannya oleh Rexia.

Tapi, tapi semuanya berubah. Entah apa dan siapa pria itu, sehingga kehadirannya dapat memberikan efek samping bagi kehidupan Rexia.

Rexia akui, dirinya adalah wanita yang mengalami gangguan mental. Sering mengkhayal dan sering juga menyebut orang lain sebagai ibu atau ayahnya. Wanita yang masih terperangkap dalam jeratan masa lalu dan wanita yang lemah dan juga pendek pikiran.

Dan jangan lupakan, wanita yang kerap kali berteriak-teriak tak jelas, memaki, meneriaki, melukai diri sendiri dan menangis tanpa sebab.

Namun, semua yang pernah terjadi dan menjadi kebiasaan, seolah menghilang entah kemana.

Semua itu efek hadirnya dia--pria itu--Arslan namanya.

Entahlah, beberapa hari ini ada yang berbeda dalam dirinya. Ia tak lagi seperti orang gila. Ia-Rexia sudah sedikit bisa mengontrol emosinya.

"Hei kau memikirkan apa?" suara itu? Seketika Rexia menoleh dan mendapati wajah Arslan sudah dihadapannya pas.

"Kau, kenapa bisa ada disini? Sejak kapan?" tanya Rexia dengan nada dan raut wajah datar.

"Bisa saja, dan aku disini sejak kau mulai melamun. Oh iya, tadi aku izin pada mommy mu karena berniat membawa mu berkeliling Santorini." jelas Arslan dan mendapatkan tatapan tajam Rexia.

"Aku tidak mau."

"Oh ayolah, waktuku di Santorini hanya 6 hari dari sekarang. Selanjutnya aku akan kembali ke Britania Raya." ujar Arslan, berharap wanita itu mau menemaninya.

"Aku tidak mau."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak mau."

Sepertinya Arslan harus ekstra sabar untuk membujuk Rexia. Sungguh keras kepala sekali wanita dihadapannya ini. Bahkan di sisa 6 harinya ini, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda bahwa Rexia akan luluh padanya.

Ya Tuhan. sulit sekali meluluhkan hati wanita ini.

"Aku berjanji, kalau kau mau menemaniku aku akan buat seharian ini kau bahagia, sangat bahagia. Bahkan akan tertawa lepas. Bagaimana?"

Tawaran yang dianggap konyol.

Tapi tak salah jika dicoba. Lagipula Rexia sudah lama sekali tidak tertawa lepas. Terakhir kali pun ia lupa kapan terjadinya.

"Baiklah."

Seutas senyum terbit dari bibir Arslan, pria itu bersorak kegirangan dalam hatinya. Akhirnya, wanita itu mau menemaninya.

°•°•°•°•°

Disinilah Arslan dan Rexia berada, Oia. Salah satu destinasi wisata yang berada di Santorini. Oia sendiri dulunya sering disebut dengan Pano Meria, disana terdapat beberapa bangunan-bangunan khas bersitektur cyclades dan berwarna putih seperti captain's house yang dibangun tahun 1800-an, kincir angin, museum sejarah maritim Thira (Santorini), serenade point, dan gereja panagia.

Mereka saling terdiam menikmati keindahan dari atas Oia, Rexia yang sibuk dengan pikirannya dan Arslan yang tengah fokus memikirkan kepulangannya. Bukannya apa, ada rasa sedikit tidak rela jika harus kembali ke Britania.

"Rexia." panggil Arslan lirih, berharap Rexia meresponnya.

"Ya?"

Tersenyum kecil, Arslan berjalan mendekati Rexia, "6 hari lagi aku akan kembali ke Britania."

"Kau sudah mengatakannya tadi."

Arslan menaikkan alisnya dan tersenyum kikuk, "Hem, 6 hari itu cepat. Apa tidak sebaiknya kita berteman mulai sekarang? Hitung-hitung, ya bagaimana ya aku sulit menjelaskannya."

"Tidak malu kah kau berteman dengan wanita gangguan jiwa seperti ku?"

"Buat apa malu." jujur Arslan.

"Baiklah kita berteman."

Mata Arslan melotot, terlalu terkejut dengan respon yang diberikan Rexia. Kenapa tiba-tiba wanita ini berbeda? Apa mungkin hatinya sudah luluh?

"Ah ya, kita berteman hahaha." Arslan menyodorkan tangannya, dan dengan cepat Rexia menjabatnya.

"Teman."

Teringat ketika pertemuan pertamanya dengan Rexia sampai sekarang ini, baru kali ini respon yang Rexia berikan tidak mengecewakan hati. Ya, baru kali ini!

'Aku rasa hatimu mulai luluh.' Batin Arslan.

Sekitar tiga puluh menit, Arslan mengajak Rexia pergi meninggalkan Oia dan menuju tempat wisata lainnya dan tentu ditemani oleh Rexia. Arslan rasa hari ini adalah hari terindahnya selama berada di Santorini.

Ah, kenapa baru sekarang. Coba saja dulu Rexia merespon baik kehadirannya, maka--

Sudahlah tidak baik diteruskan, lagipula sekarang semuanya sudah berubah. Arslan yakin, 6 hari kedepannya akan menjadi hari-hari berkesan selama di Santorini.

"Rexia, kalau besok aku ajak kau berkeliling seperti ini, apakah kau mau?"

Tanpa menjawab pertanyaan Arslan Rexia mengangguk. Wanita itu terus berjalan dan mendahului Arslan.

"Ya Tuhan, lambat--kanlah waktu."

°•°•°•°•°•°
.
.
.

TBC!!!
.
.
.
Wait for the update!!!

Follow Ig : alivinad._

Crazy Wife || [Aderxio Series#2]Where stories live. Discover now