Chapter 3

6K 433 33
                                    

        Hari ini adalah hari terburuk bagi Rexia. Orang yang selama setahun ini tidak ia temui, kini berada tepat didepannya dengan aura yang begitu menakutkan. Sempat berpikiran kabur dari hadapan orang itu, namun jambakan dirambutnya membuatnya tak bisa kemana-mana, dan hanya bisa meringis kesakitan.

"Bagaimana kabarmu selama setahun ini Rexia?" tanyanya dengan nada sinis.

Rexia diam tak menjawab, ia terlalu takut dengan pria dihadapannya ini. Tiba-tiba memori masa lalu, dimana ia pukul dan dicaci maki berputar bagaikan kaset rusak. Suara tangisan, jeritan kesakitan, bahkan ucapan pedas yang yang dulu sering terdengar, kini terngiang-ngiang dengan sangat jelas.

"Jelas kabar dia tidak baik sayang. Pasti disini dia dikucilkan, kan dia gila." celetuk Alexis dengan sangat kejamnya.

PLAK

Tanpa diduga, Alexis melayangkan tamparan dipipi putih Rexia. Tamparan itu sangat keras, sehingga membuat pipi Rexia memerah

PLAK

Tak cukup satu kali tamparan, Alexis kembali menampar Rexia. Dan berakhir sudut bibir Rexia mengekuarkan darah.

Ya, pria yang sekarang berada dihadapan Rexia adalah Robert, dan disamping Robert  adalah Alexis--istri Robert, adik Rexia. Dan dengan kejamnya, Alexis menampar Recia.

"Kau benar sayangku, dia kan gila. Dan, tamparan mu itu kurang keras sayang." timpal Robert

Rexia yang mendengar itu semua, hatinya terasa sakit, matanya memanas siap meluncurkan air mata. Rexia tak mengeluh sakit atas tamparan dari Alexis. Karena jika ia mengadu sakit, maka Alexis akan menamparnya lagi.

"Lepaskan aku." akhirnya Rexia mengeluarkan dua kata dari mulutnya. Dan bukannya dilepaskan oleh Robert, Robert malah semakin mengencangkan jambakan di rambut Rexia. Sampai membuat kepala Rexia mendongak.

"Sa..kit."

"Hah, aku jadi rindu menyiksa mu. Bagimana ji--"

"Rexia." teriakan itu membuat Robert dan Alexis menoleh, menatap seseorang yang baru saja meneriaki nama Rexia.

Sontak Robert melepaskan jambakannya, dan menatap Fawnia dengan tatapan meremehkan. Ya, yang meneriaki Rexia adalah Fawnia.

"Beraninya kau menjambak rambut putri ku dan menamparnya, apa mau mu hah? Kenapa kau bisa disini?" teriak Fawnia tepat dihadapan Robert dan juga Alexis.

Robert tertawa kecil sebelum menjawab pertanyaan Fawnia, "Terserah aku, mau aku disini atau disana itu bukan urusanmu. Dan untuk aku menjambak rambut Rexia? Aku rindu menyiksa dia."

Raut wajah Fawnia berubah drastis, ia menatap penuh benci kearah Robert, "Brengsek. Pergi kau dari sini, pergi!"

"Tanpa kau suruh aku dan istri ku akan pergi dari sini. Ayo sayang."

"Iya sayang."

Sungguh, Fawnia merasa mual mendengar kata-kata romantis yang diucapkan Robert dan juga Alexis.

"Cepat pergi."

Robert dan Alexis berlalu pergi, dua orang manusia itu sudah cukup membuat emosi Fawnia berkobar.

"Sayang kau tidak apa-apa?"  tanya Fawnia dengan nada khawatir. Ia memeriksa seluruh bagian tubuh Rexia  mencari luka yang mungkin disebabkan oleh Robert dan juga Alexis.

"Tidak apa-apa."

Ah, hanya tiga kata yang dikeluarkan Rexia. Baru saja tadi, Rexia sudah berbicara cukup panjang dengannya. Tapi sekarang? Karena kehadiran dua iblis itu, Rexia kembali menjadi Rexia yang pelit akan bicara.

"Rexia, mommy khawatir dengan mu." ucap Fawnia merasa bersalah. Andai saja ia tidak meninggalkan Rexia untuk beli air minum, pasti Recia tidak akan bertemu Robert dan Alexis.

"Aku tidak apa-apa."

Diam, Fawnia diam. Percuma jika ia bertanya lagi, pasti jawabab Rexia tetap sama. Tapi tangannya mengusap darah yang ada di sudut bibir Rexia.

"Mom."

"Iya sayang?"

"Aku masih mencintai dia."

Deg

Inilah yang Fawnia takutkan. Sudah setahun lamanya Rexia tak bertemu dengan Robert, dan itu membuat Fawnia berharap bahwa Rexia bisa melupakan Robert dan cintanya. Namun, nihil. Sekarang, Rexia mengucapkan kalimat yang tidak ingin Fawnia dengar.

Entahlah, bagimana bisa Rexia tetap mencintai pria yang sudah menghancurkannya. Terbuat dari apa hati Rexia ini?

"Tidak, tidak boleh. Kau tidak boleh mencintainya, dia itu jahat sayang, dia sudah menghancurkan mu."

Fawnia menangkup wajah Rexia, "Lupakan dia, lupakan cinta mu untuk dia. Dia tidak pantas dicintai oleh wanita sebaik diri mu sayang."

Rexia menggeleng, ia sudah mengeluarkan air mata. "Tidak, aku sangat mencintai dia."

"Rexia, dengarkan mommy. Dia tidak pantas untuk dicintai, dia tidak pantas sayangku." ucap Fawnia lembut.

"Ak--"

Brukk

"Ah maaf nyonya. Saya tidak sengaja, maafkan saya." ucap pria yang tak sengaja menabrak Fawnia. Ya memang, saat ini Fawnia masih berdiri dipinggir jalan dengan Rexia. Jadi, itu juga bukan salah pria itu.

"Tidak apa, aku juga salah karena berdiri disini." ucap Fawnia.

Pria itu tersenyum, "Tidak, aku yang berlari tapi tidak hati-hati, jadi menabrak Anda. Maaf sekali lagi."

"Tak apa, memangnya kenapa kau berlari seperti itu?" tanya Fawnia lembut.

Bukannya menjawab, pria itu malah mendekat kearah Fawnia, dan berbisik sesuatu di telinga Fawnia. "Mengejar gadis yang tadi sempat menolakku."

Fawnia terkekeh kecil.

"Ya sudah nyonya, saya pergi dulu. Senang bertemu dengan Anda, saya Stevano. Jika bertemu sapa saya nyonya." teriak pria itu--Stevano seraya berlari menjauhi Fawnia.

"Dasar anak muda."

"Mom, ayo pulang." ucap Rexia ketika Fawnia kembali menatapnya.

"Sekarang? Ayo."

Ditengah perjalanan Fawnia teringat akan janjinya dengan seseorang. Ia menoleh kearah Rexia, "Sayang, mommy lupa kalau tadi ada janji. Kau tunggu disini dulu ya? Mommy janji, tidak akan lama."

Tak mau berbicara, Rexia hanya mengangguk. Dan setelahnya Fawnia pergi meninggalkan Rexia. Sebenarnya Fawnia bisa saja mengajak Rexia bertemu dengan orang yang ada janji. Tapi, Fawnia belum siap melihat respon yang ditunjukkan oleh Rexia, jika ia mengetahui Fawnia ada janji dengan orang masa lalu. Orang masa lalu, yang sangat berperan penting dalam kehidupan Rexia.

Dan saat ini? Rexia berdiri tepat didepan bangunan megah, yang diketahuinya adalah hotel.

Rexia mengedarkan pandangannya, dan tepat saat kepalanya menoleh ke kanan, ia spontan menarik sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Gayanya seperti papi." gumam Rexia.

Tapi, saat asik mengamati wajah pria yang ada di seberang. Fawnia sudah datang  dan langsung menarik Rexia pergi dari sana. Benar  Fawnia hanya sebentar.


°•°•°•°•°•°
.
.
.
Tbc!!!
.
.
.
Wait for the update!!!

Hola gaes. Lama kan update cerita ini, heheh maaf. Maklum.



Crazy Wife || [Aderxio Series#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang