Chapter 11

3.1K 221 4
                                    

Seminggu berlalu, Arslan sudah kembali menjadi Arslan yang selalu penasaran dengan Rexia. Pria itu bahkan setiap harinya datang ke rumah Fawnia hanya untuk menemui Rexia.

Sejujurnya, dalam hati Arslan sudah tak mempermasalahkan gangguan jiwa Rexia. Ia hanya tertantang untuk menaklukkan hati Rexia. Ia ingin membuat wanita itu luluh dan jatuh takluk.

Mungkin terlihat brengsek, tapi keinginan itu sudah sangat menggebu-gebu.

Apalagi ingatan tentang perkataan Fawnia,

"Rexia sangat mencintai mantan suaminya. Dia sudah dibutakan oleh cinta hingga tidak bisa membuka hati untuk pria lain."

Sepertinya menaklukkan hati Rexia adalah sesuatu yang menyenangkan. Arslan yakin Rexia akan bisa melupakan mantan suaminya dan akan luluh dengan Arslan.

"Kenapa kau melamun? Memikirkan cara untuk menaklukkan hati Rexia?" tanya Stevano sakartis.

Arslan tersenyum kecut, sudah biasa mendengar pertanyaan yang sama dalam seminggu ini.

"Why? don't you accept?"

"Do not accept? Why should I not accept?" tanya Stevano, ia membalikkan pertanyaan.

"Ck, sudah seminggu ini kau membahas tentang Rexia dan Rexia. Kenapa?" tanya Arslan tegas.

"Aku tidak membahas, seminggu ini aku selalu bertanya 'apakah kau memikirkan cara untuk menaklukkan hati Rexia' dude."

Arslan diam tak menyahuti, pria itu sedikit kesal karena pertanyaan Stevano. Entah kenapa dengan sahabatnya itu, seolah menentang keinginannya untuk menaklukkan hati Rexia.

"Tidak seharusnya kau melakukan itu, kenapa juga kau ingin menaklukkan hati Rexia? Dan, setelah dia takluk apa yang akan kau lakukan? Meninggalkan apa bertanggung jawab atas nama perasaan?"

Hanya keheningan yang menyelimuti keduanya, setelah kalimat yang terlontar dari mulut Stevano, Arslan menjadi bimbang.

'meninggalkan apa bertanggung jawab atas nama perasaan?'

Ya Tuhan, pertanyaan macam apa itu?

"Aku tidak akan melibatkan perasaan!" tukas Arslan.

"Dan wanita selalu melibatkan perasaan." tambah Stevano seraya tersenyum miring. Pria itu menepuk jantan bahu Arslan.

"Pikirkan baik-baik dude. Dia sudah tersiksa dengan gangguan jiwanya, dan jika dia takluk kepadamu, itu akan semakin membuatnya tidak karuan."

Setelah mengatakan kalimat berupa nasihat, Stevano pergi keluar dari kamar hotel. Lebih baik ia mencari hiburan diluar, daripada menyaksikan sahabatnya tengah berpikir keras untuk menaklukkan hati seseorang.

°•°•°•°•°•°

Hari berganti malam, matahari telah berganti tugas dengan bulan. Semuanya terlihat tenang dimalam hari, berbeda dengan Rexia yang saat ini tengah kalut.

Jiwanya seakan tergoncang lagi, mendengar satu fakta yang sangat mengejutkan. Dalam pikirannya sekarang, ingin sekali Rexia pergi meninggalkan dunia fana ini untuk selamanya.

Bagaimana tidak, dengan tanpa perasaannya Alexis datang dan memberikan kabar yang sangat buruk bagi  Rexia. Wanita itu membeberkan semua rahasia yang selama ini Fawnia pendam. Tak hanya itu saja, wanita itu juga menyalahkan Rexia dengan apa yang terjadi saat ini.

"Bodoh, mami masih hidup. Pembantu itu menyembunyikan hal sebesar ini darimu dan dariku. Mami masih hidup, gila!"

Shock

Satu fakta yang mengguncangkan dirinya, "Jangan berbohong Alexis, mana mungkin mommy melakukan itu."

Suaranya bergemetar berharap semua ini adalah mimpi, mimpi buruk yang ingin segera di akhiri.

"Cih, jangan menolak fakta Rexia! Yang kau anggap mommy, selama ini dia sudah menyembunyikan hal sebesar ini. Darimu dan dariku."

Jika hatinya baja, mungkin saat ini Rexia tidak akan menangis dihadapan adiknya. Sungguh malu rasanya, menangis dihadapan sang adik.

"Jangan cengeng, air matamu itu tidak berguna. Dan bilang nanti jika mommy mu itu sudah datang, bilang kalau Alexis ingin tahu dimana keberadaan mami nya!" perintah Alexis. Wanita itu mendekat dan berbisik pelan di telinga Rexia.

"Dengan kabar hidupnya mami, semua harta peninggalan papi akan segera jatuh ke tangan ku. Selama ini harta itu ditahan karena tidak ada keputusan akan di serahkan beberapa bagian kepada kita. Tapi, melihat kondisimu yang seperti ini. Aku rasa harta itu akan jatuh ke tangan ku."

"Tidak mungkin kan, harta sebegitu banyaknya jatuh ditangan wanita gila."

Alexis berlalu pergi, meninggalkan Rexia yang termenung di depan pintu rumah. Ia hanya sendirian, karena Fawnia pamit entah pergi kemana.

"Mami. Mami masih hidup?"

"Mommy, dia pembohong?"

Pikirannya berkecamuk, dalam hati ada setitik rasa bahagia mengetahui kabar jika selama ini mami nya masih hidup. Tapi rasa kecewanya mendominasi, ketika mengetahui sang mommy lah yang selama ini menyembunyikan hal sebesar ini.

Merasa dibohongi.

Iya

Tapi kenapa harus berbohong? Kenapa harus menyembunyikan kebenaran? Apa yang sebenarnya terjadi?

Semua pertanyaan memenuhi pikiran Rexia. Wanita itu menjerit sekeras mungkin, seraya kedua tangan yang menjambak rambutnya.

Perasaannya benar-benar dipermainkan. Dia tak dianggap hidup di dunia ini, lalu untuk apa hidup?

Lebih baik mati bukan?

Iya!

"Aku lelah, selamat tinggal dunia--"

°•°•°•°•°•°
.
.
.
TBC!!!
.
.
.
Wait for the update!!!

Crazy Wife || [Aderxio Series#2]Место, где живут истории. Откройте их для себя