Chapter 6

5.5K 363 20
                                    

Tak henti-hentinya tertawa, itulah yang Stevano lakukan sedari tadi hingga membuat Arslan yang melihatnya jengkel. Pria itu langsung saja meninggalkan Stevano sendirian di restoran dan berniat kembali ke hotel.

"Hey dude, kau meninggalkan ku." teriak Stevano yang diacuhkan oleh Arslan. Bukan perkara apa Stevano berteriak, jika Arslan pergi meninggalkannya berarti otomatis dirinyalah yang membayar semua makanan ini, damn.

"Sial jadi aku kan yang membayar, dasar mulut ini tidak bisa berhenti tertawa jadinya kan dia marah." monolog Stevano dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Ditaruhnya uang itu diatas meja, dan ia berlari mengejar Arslan.

Setelah berlarian cukup jauh, akhirnya pria itu menemukan Arslan yang tengah duduk dikursi panjang dekat dengan taman. Jika dilihat seperti ini, Arslan terlihat semakin tampan dan-- oh stop, jika melanjutkan pujiannya bisa dikira Stevano menyukai sesama jenis.

"Jijik." umpat Stevano bergidik ngeri.

"Hey, kau meninggalkan ku sendirian." kesal Stevano ketika sudah sampai disamping Arslan. Namun, sepertinya Arslan tidak begitu mendengarkan perkataan Stevano. Pria itu malah  berdiri dan berjalan kembali meninggalkan Stevano.

Seolah Stevano adalah angin yang tak terlihat keberadaannya, namun terasa kehadirannya.

"Ya Tuhan dia benar-benar kesal denganku. Tidak bisa dibiarkan seperti ini terus."

Stevano kembali berniat mengejar Arslan, namun suara dering ponsel mengurungkan niatnya. Dengan cepat Stevano mengambilnya dan melihat nama Aunty Aretha yang terpampang jelas.

"Ya bibi? Ada apa?"

"Kau sekarang sedang bersama Arslan?"

"Tidak bibi, Arslan meninggalkan aku sendirian. Memangnya kenapa?"

"Bibi besok ke Santorini, jangan bilang-bilang Arslan. Kalau dia sampai tahu tamat riwayat mu Stev."

Stevano dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia ngeri dengan ancaman Aretha.

"Memangnya kenapa bibi tiba-tiba mau kesini?"

"Ya Tuhan, lusa itu Arslan berulang tahun. Apa kau lupa?"

Stevano menyengir, ia jujur ia lupa dengan ulang tahun Arslan. Tapi kelupaan itu bukan murni kesalahannya, kelupaan itu terjadi karena Arslan yang terus saja memberi banyak asupan berkas-berkas kantor.

"Bi--" belum sempat terselesaikan, sambungan telepon sudah terputus dan hal itu membuat Stevano berdecak kesal.

"Anak dan ibu sama-sama membuatku kesal."

°•°•°•°•°•°

Jika bagi sebagian orang, keramaian adalah jalan menuju kebahagiaan maka bagi Rexia tidak. Wanita cantik itu cenderung suka kesunyian dan kegelapan, karena menurutnya kedua hal tersebut bisa menenangkan jiwa dan pikirannya.

Sama seperti sekarang, disaat kebanyakan orang beramai-ramai keluar menikmati pemandangan Santorini, justru Rexia malah berdiam diri memandangi foto pernikahannya.

Ya Tuhan, jika Fawnia tahu pasti dia akan menghancurkan foto itu.

"Kenapa kau pergi dari hidupku Robert, aku sangat mencintaimu." Rexia memeluk erat foto pernikahannya.

Tak dapat Rexia pungkiri jika selama setahun ini, rasa cinta untuk Robert tidak pernah luntur, malah semakin hari semakin bertambah. Kepergiannya ke Santorini tak membuat ia melupakan Robert dan cintanya. Semakin ia menjauh dari Robert, semakin pula cinta itu menjadi-jadi.

Rexia tak tahu akankah ia akan tetap seperti ini, atau akankah ada pria yang sanggup membuat cintanya kepada Robert luntur.

"Kembalilah padaku Robert, aku mencintaimu."

°•°•°•°•°•°•°

Berbeda halnya dengan pria satu ini, dari siang sampai malam moodnya selalu saja buruk. Bahkan apapun yang keluar dari mulut Stevano pun serba salah, hal itu membuat Stevano geram dan meninggalkan Arslan sendirian dikamar hotel.

"Ya Tuhan wanita itu, kenapa wajahnya memenuhi pikiran ku." Arslan mengusap wajahnya kasar, ia frustrasi dengan keadaannya sekarang. Bagaimana bisa seorang Arslan memikirkan wanita asing sampai sejauh ini, mustahil sulit dipercaya.

"Wanita itu berbeda, dia berbeda." gumam Arslan, tak sadar jika ponselnya tengah berdering.

"Ya, aku harus kembali bertemu dia. Bisa-bisa gila jika terus membayangkan wajahnya."

Drtt drtt

Dering ponsel kembali terdengar, kali ini Arslan mengangkatnya ketika nama 'Alesa' tertera dilayar ponsel.

"Ya Ale, ada apa?"

"Ya Tuhan kakak. Aku dari tadi menelfon mu tapi kau tidak mengangkatnya. Ini penting kak, penting."

Arslan sedikit menjauhkan ponselnya ketika suara diseberang sana menggelora.

"Penting? Apa itu?"

"Adikmu menghamili gadis baik-baik kak. Bahkan ketika gadis itu datang ke mansion dan meminta pertanggung jawaban, adikmu itu malah menghina dan mencaci makinya karena gadis itu dari kalangan keluarga miskin."

Arslan terkejut bukan main, apa-apaan ini?

"Kau serius?"

"Tentu saja aku serius, gadis itu bahkan baru pulang dari sini. Ayah sendiri yang mengantarnya pulang kak."

Arslan tak tahu harus mengatakan apa, rasanya ucapannya pun tak akan merubah keadaan. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba pusing.

"Mama marah besar, bahkan tadi aku melihat untuk pertama kalinya ayah memukul Elvan."

Jika ayahnya sudah sampai memukul, berarti Elvan sudah keterlaluan.

"Dia keterlaluan, setelah melakukan pelecehan terhadap Ayesha sekarang dia menghamili gadis baik-baik dari keluarga miskin." ujar Arslan. Tatapannya berubah menajam.

"Bukan keterlaluan lagi kak. Mungkin dia sudah gila, atau apa perlu dia ditempatkan di rumah sakit jiwa? Aku sungguh merasa kasihan pada gadis itu, dia yatim piatu, hidupnya kekurangan dan sekarang Elvan malah menghancurkan hidupnya."

"Kak, setelah aku menceritakan ini semua kau jangan langsung kembali pulang. Nikmati liburan mu, biar masalah ini kita semua yang mengatasi."

"Baiklah. Tapi jika masalah ini semakin besar aku akan turun tangan sendiri. Kau juga jangan terlalu mencampuri masalah Elvan, kau juga harus fokus dengan pernikahan mu dan Theo. Kurang 1 bulan bukan?"

"Iya kak, yasudah aku matikan dulu. Aku mau melihat keadaan mama, dia hancur ketika salah satu anaknya menjadi seperti ini."

Sambungan terputus menyisakan kesunyian dalam diri Arslan. Pria itu hanya bisa menghela nafas, dan jika sudah diambang batas maka ia akan meluapkan amarahnya untuk sang adik. Sudah cukup selama ini Arslan diam, sekali lagi Elvan membuat masalah maka tak segan-segan Arslan menghabisinya.

°•°•°•°•°•°
.
.
.
TBC!!!
.
.
.
Wait for the update!!!

Maaf lama.

Kalian harus tahu, alur cerita ini beda sama alur cerita nya Ale. Kalo ini lebih cepat dan banyak spoiler untuk alur ceritanya Ale. Tapi kalo di ceritanya Ale, disana tokoh Arslan sudah ada pada puncak masalah. Jadi dicerita ini kalian alat spoiler untuk cerita Ale dan dicerita Ale kalian dapat spoiler buat cerita Arslan.

Crazy Wife || [Aderxio Series#2]Where stories live. Discover now