Chapter 19

2.5K 192 26
                                    

Rusia

Sudah hampir satu bulan Arslan dan Stevano menetap di Rusia. Negara dimana keluarga Aderxio tinggal. Sebenarnya sudah dari beberapa Minggu lalu, Stevano mengatakan ingin sekali kembali ke Britania Raya, dengan alasan pekerjaan. Namun sayang, Arslan rupanya tak merespon keinginan Stevano. Dan malah berniat ingin memindahkan semua pekerjaannya ke Rusia.

Satu kata, gila!

Stevano pun tak bisa lagi berkata ataupun bertindak. Toh perusahaan itu milik Arslan, dia hanya sebagai bawahan saja. Camkan dan garis bawahi BAWAHAN

Bagi Stevano saat ini. Menuruti dan mengiyakan perintah Arslan adalah hal yang benar. Tidak ada lagi Stevano yang memberi nasehat, Stevano yang selalu menghibur Arslan ketika pria itu gelisah, atau Stevano yang memarahi Arslan karena pria itu melakukan kesalahan.

Sifat Stevano yang saat ini, membuat Arslan menjadi kebingungan. Setiap kali dirinya ingin menanyakan perihal sifat Stevano, selalu saja Stevano memutus dengan berbagai topik.

Bahkan Aretha--ibu kandung Arslan sendiri, dapat merasakan perbedaan sifat dari Stevano. Menurut wanita baya itu, ada sesuatu diantara Stevano dan putranya. Bahkan berulang kali Aretha membicarakan mengenai sifat Stevano yang berubah terhadap Arslan, kepada suaminya.

Tapi jawaban dari David Aderxio sungguh membuatnya tidak merasa puas. Sering kali suaminya itu mengatakan jika itu urusan Stevano dan Arslan, bukan orang lain.

"Ada apa paman?" tanya Stevano saat melihat David tengah menatap kearah jalan dengan pandangan kosong.

Saat ini mereka berdua tengah berada di salah satu restauran mewah di Rusia. Niat awal adalah Stevano dan Arslan yang berada disini untuk kepentingan meeting. Namun, karena Arslan yang tidak bisa datang, maka David sendiri yang menggantikan posisi putranya.

"Tidak ada apa-apa, hanya pusing memikirkan kehidupan anak-anak ku saja." cetus David. Saat ini mereka memiliki waktu banyak untuk sekedar bersantai seraya meminum kopi dan menikmati hidangan. Karena meeting yang diadakan disini sudah selesai setengah jam yang lalu.

Stevano mengulum senyum tipis, "Ya, aku akui kehidupan anak-anak mu tidak ada yang beres paman. Maaf jika aku mengatakan sedemikian."

"Tidak apa, kau benar. Mulai dari Arslan sampai Ayesha, tidak ada yang benar."

"Tapi, yang terparah siapa paman, Arslan atau--"

"Elvan."

Stevano mengangguk, ia sudah tahu semua seluk beluk keluarga Aderxio, salah satunya yang menimpa kehidupan anak-anak dari David Aderxio.

"Arslan baru saja semalam bicara denganku, katanya dia ingin melamar Alana. Sedangkan Ale, anak itu sedang ada masalah dengan Theo, sampai-sampai kembali pulang ke mansion, padahal pernikahan mereka baru beberapa Minggu." ucap David.

Ya, anak kedua David, yaitu Alesa atau Ale. Dia sudah menikah dengan pria bernama Theo, pernikahan yang megah sudah diselenggarakan sekitar beberapa Minggu lalu, tepatnya sebelum Stevano meminta Arslan untuk kembali ke Britania Raya.

"Sedangkan Eli, ya Tuhan. Gadis itu sangat ceroboh, dia salah memberikan obat pada putri William. Tentu saja William marah, ditambah putrinya saat ini masih ada di rumah sakit. Aku tidak bisa membela Eli, karena anak itu juga salah." lanjut David.

Stevano hanya bisa menjadi pendengar setia. Mendengar setiap cerita yang mengalir dari pria baya didepannya, membuat ia sedikit iba. Bagaimana tidak, diusia yang semakin tua, David Aderxio malah semakin mendapat masalah, yang berfaktor dari anak-anaknya.

"Lalu? Apa yang selanjutnya tuan William lakukan?" tanya Stevano.

"Hanya marah dan mendiamkan Eli. Dan untungnya tidak sampai membatalkan pertunangan. Sebenarnya aku sedikit geli mengingat hubungan kedua orang itu. Dimana putriku yang tertarik dengan duda beranak satu."

"Dan aku lebih geli lagi melihat Eli yang mengejar-ngejar duda itu hahaha. Apalagi saat tuan William jelas-jelas tidak memperdulikannya." tambah Stevano.

"Ya ya ya, kau benar. Entah kenapa anak itu bisa tertarik dengan William, yang bisa dikatakan manusia terseram. Jarang tersenyum." David membayangkan bagaimana wajah begis milik William.

"Ya, tapi jika William hidup di zaman mu paman, bisa dipastikan kalian itu sebelas dua belas, persis sekali. Bukankah dulu saat muda kau juga jarang tersenyum dan menakutkan? Itu aku pernah dengar dari internet tentang dirimu, dan dari bibi Aretha juga."

Detik itu juga David tersenyum dan menggelengkan kepalanya, ia ingin tahu apa yang istrinya itu ceritakan kepada Stevano. Benar-benar gila jika David mengingat masa lalu, dimana dirinya memang menakutkan bagi seorang Aretha.

"Tapi yang pasti, jika dari yang aku lihat, sepertinya tuan William juga menyukai Eli." ujar Stevano.

"Dari mana kau tahu?"

"Jangan tanya dari mana aku tahu, aku yakin paman pasti juga tahu. Kita sama-sama pria, aku bisa dengan jelas melihat tatapan tuan William untuk Eli. Bohong jika tuan William mengikat Eli dalam suatu hubungan hanya karena alasan anaknya." lanjut Stevano.

Ya Tuhan

"Ya benar. Biarkan itu urusan William dan Eli."

"Lalu, setelah Eli, anak mu siapa lagi yang membebani pikiran mu paman?"

"Elvan, Elvian, Arvid dan Ayesha. Mereka membuatku pusing. Elvan waktu lalu datang ke mansion bersama nyonya Ara, ibu dari Elton. Entah kenapa sifat nyonya Ara berbeda dari sebelumnya, cenderung ibu dari Elton itu seperti membenciku dan juga Aretha, mungkin karena kematian anaknya. Mereka datang untuk meminta Ayesha."

"Gila." komentar Stevano. Ia tahu arti dari kata meminta itu.

"Lalu Elvian yang memutuskan pergi ke Barcelona, dan Aretha tidak mengizinkan. Lalu Arvid, anak itu ingin pergi ke Indonesia secepatnya. Katanya, dia akan mengurus kerja sama yang pernah aku jalin dengan salah satu sahabat ku yang disana."

"Dan Ayesha?"

"Anak angkat Lucas ingin menikahinya."

"Wow rumit sekali paman, ta--"

Ucapan Stevano terpotong kala satu suara mulai terdengar.

"Hai semuanya."

Sontak keduanya menoleh dan melihat keberadaan Alana.

"Alana? Kau dengan siapa nak?" tanya David ramah. Beda halnya dengan Stevano. Pria itu malah mengumpat dengan suara lirih.

"Dengan Arslan, ah itu dia. Kebetulan sekali kita bertemu dini." ucap Alana dengan tangan yang menunjuk kearah pria yang baru saja memasuki restauran.

"Ayah, Stevano? Jadi meeting nya disini? Oh maaf aku tidak bisa datang."

"Ya ya ya aku paham dude, ingin menghabiskan waktu dengan pujaan hati kan?" ujar Stevano, lebih tepatnya menyindir. Namun yang mengerti sindiran itu hanya David.

"Kau tahu itu Stev." jawab Arslan. Sedangkan Alana sudah merona malu.

"Oh iya, bagaimana jika kita sekalian gabung disini? Boleh kan?" tanya Arslan yang tentu disetujui oleh David.

Namun, sedetik setelah Arslan dan Alana duduk, saat itu juga Stevano berpamitan untuk segera pergi.

"Maaf paman, maaf semuanya. Aku lupa ada janji dengan seseorang sebelumnya. Maaf aku pergi dulu, bye semuanya."

Kepergian Stevano tak luput dari pengamatan David dan juga Arslan. Bagi Arslan, Stevano benar-benar berubah.

°•°•°•°•°
.
.
.
TBC!!!
.
.
.
Wait for the update!!!

Crazy Wife || [Aderxio Series#2]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora