Chapter 10

3.8K 234 11
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Arslan langsung kembali ke hotel sesudah mendengar seluruh cerita tentang Rexia dari Fawnia. Pantas saja selama ini ia sedikit janggal dengan kepribadian Rexia, dan sekarang ia tahu tentang kejanggalan itu.

Dan hal tersebut sedikit membuatnya terkejut. Ia tak menyangka Rexia yang terlihat biasa saja, bahkan dari mimik wajahnya pun tak melihatkan dirinya adalah seorang yang mengidap gangguan jiwa.

Huft, jadi selama ini dirinya mengagumi sosok wanita gila. Sulit dipercaya!

"Kenapa?"

Suara itu membuat Arslan menoleh dan mendapati Stevano berdiri dibelakangnya, seraya melipat kedua tangan didepan dada.

"Kenapa apanya?"

"Apa kau kecewa dengan kenyataan Rexia? Apa kau akan berhenti tertarik kepada dia?"

Selanjutnya Arslan berjalan dan duduk diatas ranjang, "Kecewa, tapi aku rasa untuk berhenti tertarik pada dia aku rasa tidak bisa. Wanita itu sudah sukses membuat pikiranku penuh tentang dirinya."

"Dan untuk status janda? Kau bisa menerimanya?"

"Apa yang kau katakan Stev, menerima? Kau pikir aku dan dia akan menjalin hubungan? Hey, aku hanya tertarik dengan dia dan tidak mengharapkan adanya hubungan dengan dia. Jadi menerima, menerima sebagai apa?"

Stevano tertawa kecil, ia tidak percaya jika Arslan hanya tertarik dan tidak berniat menjalin hubungan. Mungkin sekarang iya, tapi tidak tau besoknya.

Stevano rasa apa yang dialami Rexia itu wajar dan pasti bisa disembuhkan. Orang tua meninggal, mengalami keguguran, kekerasan dan perceraian. Semua hal itu logis jika dijadikan penyebab gangguan kejiwaan Rexia.

"Kenapa kau tertawa?" mata Arslan memicing tajam.

"Tidak apa-apa, aku hanya tidak yakin jika kau berniat tidak menjalin hubungan dengan Rexia. Rexia itu wanita cantik dan, wanita baik-baik."

Arslan mengendus dan mengalihkan pandangannya, ia juga tidak yakin jika dia tidak akan menjalin hubungan dengan Rexia. Sekarang saja, perasaan ingin tahu lebih dalam kehidupan Rexia semakin menjadi-jadi, dan rasa tertarik itu semakin besar.

Sudahlah, biar takdir yang menjawab.

Tapi, tidak mungkin juga kan Arslan menjalin hubungan dengan wanita yang jiwanya terganggu. Mau ditaruh mana mukanya jika semua orang tahu hal itu?

°•°•°•°•°

Rusia

Mereka pikir kehidupan yang mendatang adalah kehidupan yang penuh kebahagiaan. Tapi nyatanya mereka sadar, jika hidup sekarang maupun kedepan adalah kehidupan yang tak lepas dari yang namanya cobaan. Dan difase ini mereka merasakan apa itu namanya kecewa karena merasa salah dalam mendidik seorang anak.

"Apa kurangnya kita dalam mendidik Elvan? Kenapa dia menjadi pribadi yang buruk?"

David mengulas senyum tipis, ia meraih telapak tangan Aretha dan menggenggamnya erat. "Sayang, kau tidak kurang apapun dalam mendidik Elvan. Mungkin aku yang salah dalam hal mendidik dia."

"Tidak, kita seharusnya tidak merasa salah. Dia saja yang keras kepala dan tidak mau mendengarkan penjelasan yang kita berikan. Dia itu egois, dan dia berfikir jika semua yang dikatakan Tasya itu adalah kebenaran." bantah Aretha. Ia melepaskan genggaman tangan David. Wanita baya itu menatap sang suami dengan raut wajah serius.

"Aku akan meminta Elvian atau Arvid untuk menikahi Zazya. Aku tidak akan membiarkan cucuku lahir tanpa ayah. Salah satu dari mereka pasti mau menikahi Zazya." ucapan yang keluar dari mulut Aretha membuat David terkejut. Dengan cepat ia menggelengkan kepala pertanda tak setuju dengan ucapan istrinya barusan.

"Listen me baby, jika kau meminta salah satu dari mereka untuk menikahi Zazya, mungkin mereka akan bersedia. Tapi, tentu dengan hati yang berat. Dilain sisi mereka tidak ingin dan dilain sisi mereka tidak bisa menolak perintah mu."

"Tapi, jika tidak salah satu dengan mereka lalu bagaimana kelanjutan hidup Zazya dan bayinya?"

David mengangguk kecil, "Aku tanya, apa kau tahu sekarang Elvan atau Arvid sedang punya pujaan hati?"

Dengan cepat Aretha menggeleng.

"Maka dari itu. Kau tidak tahu begitupun aku, dan jika kau tiba-tiba meminta salah satu dari mereka menikahi Zazya, otomatis mereka mengubur dalam-dalam perasaannya terhadap orang lain, yang mereka cintai. Aku yakin mereka tak akan menolak perintah mu, tapi kau harus mengerti jika mereka menerima itu karena terpaksa dan berat hati." papar David sedikit membuat Aretha mengerti.

"

Lalu, bagaimana kelanjutan hidup Zazya? Apa Arslan saja yang menggantikan tanggung jawab Elvan?"

"Itu salah sayang, Arslan tidak akan menikahi Zazya. Selama ini dia selalu menghindari semua hal yang berbau wanita dan sejenisnya. Apalagi kau menyuruh dia menikahi Zazya. Mungkin sama dengan yang lainnya, dia tidak akan menolak. Tapi apa kau tahu, kenapa selama ini Arslan menghindari bahkan tidak mempedulikan yang namanya pasangan? Karena dia sudah memiliki seseorang yang menempati hatinya."

"Siapa orang itu?"

"Siapapun orang itu, kita semua akan tahu disaat takdir sudah mengizinkan mereka bersatu."

Keduanya terdiam, memikirkan hal-hal yang terasa sulit untuk dilalui.

Elvan, bukanlah Elvan yang dulu saat ia masih kecil. Anak itu berbeda jauh, sifatnya tidak ada yang menurun dari Aretha maupun Elton. Sifatnya jauh berbeda!

Sifatnya sekarang terkesan seperti pria tidak bermoral dan brengsek. Sudah melecehkan adiknya, dan juga menghamili gadis berusia jauh darinya.

Sungguh, mencoret nama keluarga.

Dan karena masalah Elvan, Aretha gagal menyusul Arslan ke Santorini untuk memberi kejutan ulang tahun.

°•°•°•°•°•°
.
.
.
TBC!!!
.
.
.
Wait for the update!!!

Cerita ini masih berkaitan dengan He's a Jerk ya. Apapun yang terjadi di keluarga Aderxio. Masalah Ale, Eli, Elvan, Elvian, Arvid dan Ayesha akan ada ceritanya sendiri.

Dan kalo yang baru baca cerita ini, dan belum baca cerita sebelumnya. Disarankan baca biar gak bingung siapa Tasya, tadi kan ada itu nama Tasya.

Sekian dari saya hehehe. Selamat membaca!!!


Crazy Wife || [Aderxio Series#2]Where stories live. Discover now