-Negeri Impian-

161 22 0
                                    


SAFA N SIFA POV

Terima kasihku untuk mama, yang telah menyayangiku tanpa batas dan telah mengorbankan segalanya demi kebahagiaanku. Aku tahu, mama sangat menyayangiku meski terkadang rasasayang itu terbentuk dengan sesuatu yang menjengkelkan. ya, memang mama kecewa danmarah terhadapku. Namun aku paham bahwa itu adalah ungkapan sayang mamaterhadapku dikarenakan merasa gelisah akan kami yang terancam.

"Mama sudah bilang kalian jangan bohongi diri sendiri. Tapi tetap saja kalian bertahan pada pendirian kalian. Kalian tidak pernah mendengar omongan dari mamamu sendiri. Mama ini sangat malu Safa, Sifa, sok-sokan menyekolahkan kalian, padahal sebenarnya gak mampu. Sudah deh kalian jangan bikin mama tambah pusing. Lebih baik kalian tinggal di rumah bantu mama mencari uang barokah!." Kata mama sambil berteriak di sofa.

"Banyak-banyak sadar diri, nak." Mama melanjutkan kalimatnya setelah tenang dengan kalimatnya yang pertama.

Jika mama sedang dalam kondisi marah seperti ini, aku hanya tidak ingin melakukan hal-hal yang dapat menambah kemarahannya lagi. Sebenarnya, tujuanku baik yaitu untuk memberi pelajaran pada orang yang tak mampu menghargai orang lain. Namun mama telah salah menilai maksudku. Entahlah mungkin benar kami melakukan kesalahan. Dan kami masih memikirkan ucapan mama tadi sore di ruang kamar. Apa yang diucapkan mama sangatlah benar. Aku tidak boleh memaksakan takdir. Tapi salahkah jika aku memiliki impian? Apakah Allah akan membenci impianku?

"Aaarghh."

Aku tidak ingin menganiaya diriku hanya untuk mendapat sebuah jawaban yang sangat sulit untuk kujangkau. Lebih baik bagiku untuk menjalani hidup ini dengan tenang. Kumenutup telingaku berkeinginan untuk tidak mendengar kalimat dari siapapun termasuk virus yang berbisik ke telingaku sambil bersandar di tempat tidurku. Bersamaan dengan kembaranku, Sifa. Seolah kami berada pada pemikiran yang sama.

Tak lama kemudian, ayah akhirnya tiba di rumah. Ayah tahu tentang masalah kami. Tapi tidak sama sekali ayah mau menghakimi kami. Ya, iyalah kami kan anak kandungnya. Ayah melewati ruang kamar kami dan tak sengaja melihat kami yang sedang kebingungan. Ayah masuk ke kamar kami dan menenangkan kami.

Hey Kamu? Iya kamu.
Vomment ya bebeh

🔜

Negeri Impian Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora