-Negeri Impian-

26 2 0
                                    


Tut.tut.tut. panggilan selesai. Aku memeluk Sifa yang berada di dekatku saking senangnya.

"Kamu kenapa sih, Saf?" kembaranku bertanya. Lalu aku melepas pelukan untuknya dan menjawab pertanyaannya sambil memegang kedua pundaknya dan menggerakkan pundaknya ke dapan lalu ke belakang dan berkata

"Kita diundang kembali untuk bekerja di restoran itu.." Aku berkata masih senang.

"Serius? Woah hahaha." Kami saling merangkul. Akhirnya Sifa ikut senang sebab telah tahu alasan kesenanganku yang sedari awal telah kuberitahukannya namun dia menolak caraku memberitahunya.

####

SAFA'S POV

Seterik matahari demikianlah mestinya semangat siswa SMA Pelita yang akan beradu dengan SMA Kusuma pada babak final. Sekolah kami yang menjadi tuan rumahnya. Akan kuberi support sebesar-besarnya untuk mereka yang sedang berjuang agar mereka mendapat semangat lebih saat berlomba nantinya.

Kulihat mereka dari sini sedang mempersiapkan diri sebelum bertanding. Kutahu mereka sedang bersembunyi dalam ruang ketakutan walaupun tampannya yang gagah berani yang tak ingin dibilang lemah. Satu jempol akan menghadap ke bawah bagi mereka para lelaki yang lemah.

Para pria akan merasa malu berlebih apabila terlihat sebagai petarung lemah. Kedua regu yang kelihatannya berteguh diri menjadi pemenang pada akhirnya tetap hanya satu regu yang akan menjadi pemenangnya. Bagian inilah yang sebenarnya ditunggui para penonton hanya ingin tahu siapa yang paling hebat di antara yang hebat.

Seperti tanaman yang disirami air, tanpa air tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu untuk mereka yang tengah berjuang, mereka membutuhkan pendukung agar semanat mereka terus saja bertumbuh. Pendukungnya tidak lain ialah penghuni sekolah kita, SMA Pelita.

Mereka telah mengambil tempat untuk menyaksikan serunya pertandingan bola basket antara SMA Pelita dan SMA Kusuma. Mereka yang sangat antusias membuatku dan Sifa tertarik untuk menuju ke tengah-tengah mereka.

Baru saja pembukaan pertandingan dibuka oleh kepala sekolah yang menyampaikan bahwa pertandingan ini pelaksanaannya harus dilakukan dengan sportif, tak ada kecurangan ataupun pihak yang akan diuntungkan. Selain itu, para cheerleader SMA Pelita baru saja menampilkan aksinya yang sangat memukau penonton.

Clara dan Wilda termasuk di dalamnya sebagai anggota dari cheerleader. Kulihat wasit telah berada di tengah-tengah regu dan meniup peliutnya tanda pertandingan dimulai. Semua penonton berlomba-lomba untuk mengeluarkan suaranya hingga kuikut bersuarapun terasa percuma. Kedatanganku bukanlah untuk mendukung regu lain tetapi kami datang untuk menambah suara untuk regu sekolah kami.

Tentunya pandangan kami hanya tertuju pada manusia yang termasuk dalam regu basket dari sekolah kami. Ada satu manusia yang wajahnya tidak asing lagi kulihat. Padahal aku baru sekali untuk ingin tahu wajah-wajah tim basket yang berasal dari sekolahku. Ya, ini pertama kalinya aku mengepoi tim basket. Manusia itu bernomorkan 7 pada bajunya di atasnya ditambahkan keterangan nama pemain bernama Agata. Aku baru tahu tentang nama manusia yang akhir-akhir ini tak jarang bersamaku.

Dia terlihat beda dengan temannya yang lain. Dia memiliki aura yang lebih dibanding temannya yang lain. Bahkan aku tak sadar, dirinya yang begitu beda membuat mataku tak beralih kepada siapapun. Di tengah teriakan yang amat besar bahkan aku tak mempedulikan suara-suara itu sebab aku sedang dibius olehnya. Ketika jam istirahat pemain dia mengambil sebotol air minum yang tersedia di meja pinggir lapangan.

Setelah ia menyudahi minumannya, dari tatapan ke depan dia tak sengaja melihat ke arah kirinya sebab mendengar dukungan luar biasa dari pendukungnya. Ketika itupun ia melihatku berada di tengah-tengah sorakan yang ada. Akupun yang juga melihatnya, membuat ia melukis senyuman manis padaku.

Sesekali aku menunduk sebab perasaan aneh yang kurasakan. Tak biasanya ia berlaku lemah lembut padaku yang biasa jika bertemu ia terus saja menyanggah apapun yang kukatakan dan kulakukan. Membuatku benci padanya dan menginginkan agar tak pernah berurusan lagi dengannya.

Namun takdir berkata lain. Ia yang melancangkan kedua tangannya ke pinggangnya tak lagi melihatku. Ia kembali mengarahkan pandangannya ke depan dan mengambil sebuah nafas dalam-dalam hingga peliup kembali dibunyikan, ia pun kembali ke tengah lapangan untuk melanjutkan pertandingan.

Tak kusangka setelah waktu beristirahatnya, dia mampu memasukkan bola ke dalam ring dengan poin yang tidak sedikit. Membuatku terkagum-kagum walaupun jaraknya amat jauh ke ring lawan, namun dia dapat memasukkan bola dengan tepat sasaran tanpa awalan yang kaku.

Agata sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk lawannya mendapat poin yang tinggi hingga di akhir waktu masih saja ia menambah pundi-pundi poin dan akhirnya sekolah kami memenangi pertandingan ini. Tim basket dari SMA Kusuma mengakui kemenangan tim basket dari sekolah kami. Nama-nama yang termasuk tim basket dari sekolah kami (Fenomena Group) yaitu Agata, Kevin, Eza, Ibra, Revan, dan Aldo.

Sedangkan tim basket dari SMA Kusuma (Electricity Group) bernamakan Fandi, Christian, Nando, Gilang, Rizky, dan Gatot. Sebagai penutup dari pertandingan, SMA Pelita dan SMA Kusuma saling berjabat tangan di tengah lapangan.

Setelah SMA Kusuma menjauh dari lapangan, para penontonpun memenuhi area lapangan untuk merayakan euforia kemenangan sekolah kami. Berbeda denganku yang tak suka dengan hal yang berlebihan. Aku langsung saja meninggalkan area pertandingan dan cukup untuk merasa senang atas peraihan sekolahku.

"Saf, mau kemana? Ini masih seru." Kata Sifa padaku yang masih ingin menyaksikan euforia.

"Ke kelas. Aku duluan yah." Aku menjawab ketika sudah berdiri dari tempat ku duduk.

"Oklah." Kata Sifa tak mengapa jika harus ditinggalkan.

...

AUTHOR'S POV

"Maaf pak! Kami belum bisa mengalahkan mereka." Kata Gatot kepada guru yang telah membimbingnya.

"Kami sudah berusaha kok, pak. Tapi mereka punya skill yang kuat sehingga kami kewalahan menandingi mereka." Nando melanjutkan ucapan dari Gatot sambil melap-lap badannya yang basah. Mereka sebagai anggota dari tim basket SMA Kusuma.

"Eh kalian napa sih cemen banget. Kita pasti bisa mengalahkan mereka, santai bro." Fandi membantah ucapan dari anggotanya. Optimis, suatu saat akan mampu mengalahkan tim basket dari sekolah kami.

"Iya kalian harus seperti Fandi. Harus optimis." Kata guru pembimbing mereka untuk memberikan semangat pada muridnya.

...

Tim basket SMA Pelita juga meninggalkan lapangan untuk mengambil waktu beristirahat. Agata yang melihatku berada di tengah jalan inginnya mencandai diriku yang lewat dihadapannya. Agata menyambarku dengan sengaja. Aku kesal padanya bukan main. Kerjanya yang demikian hanya menghalangi langkahku untuk cepat-cepat ke kelas.

SAFA'S POV

"Sorry aku sengaja." Katanya padaku yang tak sopan.

"Sepertinya kamu kesurupan deh." Kataku padanya dengan menunjuk wajahnya ditambah wajahku yang keheranan atas ulah yang ia perbuat.

"Muka kesurupan begini aku tetap manis kan menurutmu?" Katanya dengan berbisik ke telingaku ketika hendak menjauh darinya.



TBC

Negeri Impian Where stories live. Discover now