-Negeri Impian-

74 12 0
                                    


"Apakah uang jajan kamu dikurangin?" Pertanyaan pertama dariku.

"Tidak". Jawaban pertama dari Hanifan.

"Apakah ini menyangkut Ipul yang selalu menganggap candaan di setiap perkataanmu? Pertanyaan kedua dariku.

"Tidak." Jawaban kedua dari Hanifan.

"Apakah ini menyangkut pertandinganmu?" Pertanyaan ketiga dariku.

"Tidak!Tidak!." Lagi-lagi dengan jawaban yang sama.

"Apakah guru telah menyudutkanmu lantaran kamu menyontek saat ulangan?" Pertanyaan keempat dariku.

"Tidak." Jawaban keempat dari Hanifan belum juga mendapat jawaban.

Aku terdiam sejenak yang tak tahu lagi pilihan mana yang menyangkut masalah hatinya. Aku yang bertanya sambil duduk di tanah rerumputan langsung berdiri takaruan. Sebab semua pertanyaanku diberi dengan jawaban yang selalu memunculkan pertanyaan kembali. Lalu kudapat lagi pilihan yang tersisakan satu pilihan untuk yang terakhir kalinya.

"Lantas. Apa masalahmu?" Aku bertanya serius di hadapannya. Oh, kali ini aku mengerti dengan masalah Hanifan. Aku tersenyum ke arah Hanifan dan berkata

"Ini pasti masalah kamu dengan do'i?kan?kan? hahaha."

"Apa sih gaje banget." Dia menjawab dengan mata sinis kepadaku.

"Mungkin wanita itu merasa jenuh dengan sikap kamu." Aku memberi nasehat pada Hanifan yang telah kuyakini tentang masalah hatinya.

"Sok tau!" Dia membalas nasehatku dengan marah-marah.

...

Sore mulai menunjukkan gelapnya dengan setiap detiknya menenggelamkan cahaya matahari dibalik gunung sana. Cahaya yang perlahan-lahan tenggelam meninggalkan warna orange yang bercampur dengan warna merah disertai warna awan membuat tampilan langit menjadi sangat indah. Seketika itu obrolanku dengan Hanifan terhenti. Kami terpesona melihat langit seolah mengingatkanku bahwa keceriaan aku menghilang kala kegelapan tiba. (Tuhan sungguh indah ciptaan-Mu). Eit. Ternyata hari sudah malam.

"Nif, aku harus pulang. Pasti mama dan ayah sudah menantikan ku agar pulang ke rumah." Aku mendesak Hanifan dan menarik tangannya untuk segera berdiri dan pulang ke rumah.

Aku dan Hanifan beranjak meninggalkan tempat indah itu dan segera kembali ke rumah. Sesampainya di rumahku,

"Thanks yah buat hari ini." Kataku pada Hanifan setelah turun dari motornya. Hanya terima kasih yang dapat kuberikan pada Hanifan yang sudah membuat rasa sakit di kepalaku benar-benar hilang. Kalau saja aku tak ke sana mungkin saja aku masih terbaring lemah di kamar.

"Yo'i." Hanifan merespon. Senyuman Hanifan terlontar kepadaku ketika aku mengucapkan kalimat itu. Kemudian aku berjalan menuju pintu masuk rumah. Aku mencoba menoleh ke belakang sekedar mengetahui keberadaan Hanifan selepasku. Rupanya Hanifan menungguku benar-benar sampai aku masuk di dalam rumah.

"Yakin masih tetap di situ?" Aku bertanya ketika sampai di ambang pintu rumahku. Setelah pintu rumahku sudah kututup Hanifan telah meninggalkan area rumahku.

TBC

Negeri Impian Where stories live. Discover now