-Negeri Impian-

26 3 0
                                    


"Kamu mau ngajak aku ke mana?" Tanyaku padanya di belakangnya di ambang pintu rumahku.

"Ke mall saja ya?" Dia juga bertanya padaku karena ia bingung kemana dirinya dan diriku akan tertuju. Dia yang sudah berjalan menuju mobilnyapun menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahku sebab mendengar pertanyaanku.

"Tak ada ide lain ?" Aku memikirkan tentang ide lain dan duduk di kursi yang ada di depan rumahku.

Agata menuju ke tempatku berada. "Terus kemana?" Dia bertanya dan duduk di sampingku.

"Ke pasar malam saja kali ya?" Kataku padanya sambil menatapnya. Dia membalas tatapanku dengan mengangkat kedua alisnya.

"Ya sudah ke situ saja. Ayo." Dia berkata sambil menarik tanganku dan bangun dari duduknya untuk segera menuju ke tempat yang aku katakan.

Sesampainya di pasar malam, kondisinya sangat ramai dan kebanyakan penghuninya anak-anak. Aku merasa bersalah mengajak Agata ke tempat ini mungkin dia lebih nyaman mengunjungi tempat yang serba mewah.

"Kamu gak nyesel kan ke sini?" Aku bertanya padanya setelah duduk di kursi dekat penjual gulali.

"Nyesel bagaimana? Nggak nyesel kok. Yang penting malam ini aku dapat kesempatan jalan sama kamu." Dia menjawab sambil menarik batang hidungku. Akupun dibuat salah tingkah olehnya dengan mengurai rambutku setelah mendengarnya berkata.

"Eh kamu mau beli apa?" Agata menawarkanku dan aku melihat di sekelilingku jenis jajanan yang kuingini.

"Itu aja. Gulali." Jawabku.

"Pak gulalinya satu ya." Agata menuju ke penjual dan membawakanku gulali yang kupesan padanya dan akupun segera mencicipinya.

"Agata main kinciran, yuk!" Aku mengajak Agata bermain untuk mengingat masa kecilku.

"Dimana?" Agata bertanya padaku tentang letak kinciran yang kumaksud.

"Sebenarnya aku takut naik ketinggian begitu, tapi kalau kamu mau aku ikut sajalah." Agata menjelaskan tentang dirinya padaku dan iapun memenuhi permintaanku.

Aku dan Agatapun segera mengambil karcis yang akan membuat kincir berputar. Aku dan Agata telah naik di kinciran itu. Aku tak henti-hentinya tertawa melihatnya yang ketakutan dan menutup matanya dengan tangannya akibat takut akan melihat ke bawah.

Dia yang dihadapanku, terus saja aku memaksanya membuka matanya dan semakin saja ia berteriak ketakutan dan menutup matanya erat-erat.

"Agata aku berjanji gak ada apa-apa di bawah. Nggak papa. Kamu nggak bakalan jatuh kok. Aku akan memegangmu." Kataku padanya sambil berusaha membuka tangannya dari mata yang tersembunyi.

"Nggak, Saf. Aku beneran takut." Katanya di aku yang memaksa. Aku tertawa keras melihat tingkahnya.

"Nggak, Aga. Nggak papa kok." Aku mencoba melepaskan tangannya dengan keras hingga iapun berkata: "Nggak, Saf. Aku ILY banget loh Agata ke Safa!" Katanya berteriak sambil menjongkok di hadapanku.

Aduh. Perutku sakit sekali tersebab tertawa yang berkepanjangan. Kincir yang telah berputar sekali telah berhenti dan Agatapun membuka matanya dan keluar dari kerangka kincir dengan terbirit-birit.

"Safa! Cepetan keluar." Agata menyuruhku dan akupun segera keluar dari kerangka kincir.

"Iya aku sudah keluar nih." Jawabku kepadanya. Dia langsung menarikku untuk pulang dan hatiku belum berhenti menggelitik karena masih mengingat tingkah Agata tadi.

"Aga, kamu tadi lucu banget. Sumpah deh." Kataku padanya di tengah tarikan tangannya.

"Senang banget yah melihat pacarnya ketakutan." Dia berucap setelah curhatanku.

Tanganku yang tadi berada pada tarikannya, kulepas dan kurangkulnya pada bahu sebelah kirinya sambil mencolek lesung pipinya dan menatap lesung pipi itu aku berkata, "Jangan ngambek bro."

TBc

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang