-Negeri Impian-

30 2 0
                                    


Ya ampun.

Pertama, karena dia telah mengenaliku maka dia akan berbuat sama kepadaku seperti yang dilakukan Clara kepadaku beberapa waktu lalu?. Kedua, aku tak akan mampu untuk melihat cowok pembawa sial itu setiap hari. Berbeda dengannya yang sempat mengucap satu kata kepadaku, aku sama sekali tidak dapat berkata. Malah aku putar balik badan dan segera menjauh dari pandangan cowok nyebelin itu.

Aku berlari menuju taman belakang rumah. Disana terdapat kursi yang modelnya panjang yang berada di tengah-tengah pohon hijau dan lampu jalan penerang taman di saat malam hari. Aku duduk di sana memikirkan nasibku yang tak tahu akan berbelok kearah mana lagi. Kuketok-ketok jidat ini berharap pintu dibukakan agar segera sadar dengan cepat dalam melakukan sesuatu.

"Hmm?"

Kudengar dentuman suara dari arah pintu belakang, sentakan halus dari orang yang tak tahu dari siapa membuatku semakin memejamkan mata dan semakin dekat pula suara-suara itu.

"Katakan apa yang saat ini kamu pikirkan?" Tanya Agata pas di belakang pundakku.

Huft. Ternyata pemilik suara-suara itu adalah dia si cowok gak jelas. Sepertinya dia sangat tahu kalau aku sedang memikirkan sesuatu. Tak jarang ada cowok seajaib ini.

Mungkin saja ia hanya menebak kebiasaan-kebiasaan umum yang dilakukan perempuan pada umumnya. Atau dia hanya ingin mencari perhatian dariku? Pokoknya itu bukan hal mutlak yang perlu kuketahui. Sangat tidak penting buat aku. Saatnya aku beradu acting di hadapannya dan semoga actingku ini bisa membuka sedikit hatinya.

"A-a-a ku-u" Jawabku meragu.

"Yang jelas dong ngomongnya."

Katanya dalam keadaan berdiri sambil melipat kedua tangannya dan alis yang di naikkan sebelah. Semakin membuktikan kalau dia adalah cowok yang amat egois.

Dasar cowok nyebelin kalau bukan karena ini mana mungkin aku mau ngemis-ngemis di hadapannya. Dalam hatiku bertengkar. Kemudian aku yang awalnya duduk di kursi tadi langsung menunduk ke kaki dia dan memohon kepadanya dengan kata yang begitu cepat kuucap.

"Aku mohon jangan memberi tahu siapapun tentang ini."

"Tentang apa sih?"

Ini orang memang tidak tahu atau pura-pura gak tahu sih? Sungguh, aku sangat bosan kalau harus berbicara panjang kepadanya. Kembali terbesit dalam hatiku.

"Kalau aku bekerja di rumah mu. Bahkan orang tuaku pun tak boleh tahu tentang hal ini." Ada apa dengannya? Hanya diam setelah mendengar ucapanku ini. Sepertinya dia hanya mengabaikan kataku. Aku tak ingin lagi berucap untuk yang kedua kalinya. Dan dia masih dalam keheningan. Ya ampun leherku telah pegal menunduk. Bagiku, dia semakin saja menjadi cowok paling nyebelin sedunia.

"Ey masih mau di situ. Aku jadi ke-ingat dengan kisah bawang putih yang meminta pada pohon emas. Hahaha." Agata tertawa bahagia.

Sungguh keterlaluan! aku kembali mengangkat kepalaku namun dia sudah tidak ada di depanku, dia duduk di kursi yang ku tempati duduk tadi.

"Santai aja keles. Aku gak sejahat yang ada di pikiranmu." Katanya sambil mengelus-elus daguya.

"Oh ya?" Dalam hati ku ber-menyek-menyek.

###

HANIFAN'S POV

Akhir-akhir ini aku kelihatan seperti murid yang suka membuat onar di sekolah, sering datang terlambat ataupun berseragam kurang rapi. Alasannya sederhana aku merasa kurang bersemangat selepas tahu ketidakhadiran Safa di sekolah.

Membuatku  pusing harus mencari kemana lagi dirinya. Aku mungkin gelisah karena hal itu. Sesekali saat kusibuk dengan pekerjaanku tiba-tiba saja aku kepikiran dengan sosok sahabatku ini. Mungkinkah Safa mengkhawatirkan diriku?

"Nif, kamu dipanggil guru BK tuh." Sahut Ipul saat menyapaku yang sedang duduk di kursi koridor.

"..."

AUTHOR'S POV

Tak ada respon jelas dari Hanifan. Wajahnya sangat semrawut. Dia sedang tidak focus, dia sibuk dengan apa yang ada dalam pikirannya sampai-sampai tak mendengar suara-suara yang ada di luar tubuhnya. Saat Ipul mengagetkan Hanifan dengan seekor cicak di lengan bajunya, ia pun kembali tersadar dari tidurnya. Ya, dia memang membuka matanya. Tapi, Otaknya sedang tertidur. Ipul tahu tentang hewan yang membuat Hanifan jijik akan mengembalikan sosok Hanifan.

Ipul tersenyum puas melihat Hanifan langsung berdiri dan wajah Hanifan telah normal kembali. Hanifan tersadar akan akal-akalan dari Ipul dan cukup kesal dengan rencananya. Hanifanpun kembali duduk dan bertanya maksud Ipul mengganggunya.

"Kamu kenapa sih?"

Ipul menawarkan cemilan ke Hanifan. Berharap agar suasana hati Hanifan kembali membaik.

"Eit jangan marah dulu sobat. Tarik nafas dulu.." Perintah Ipul kepada sahabatnya dan Hanifan melakukan yang dikatakan Ipul.

"Kenapa sih?' Hanifan kembali bertanya kepada Ipul dengan nada suara yang mulai rendah.

"Ka-mu di-pang-gil- gu-ru B-K. Ngerti?" Ipul mengeja.

"Eey malah bengong." Sahut Ipul.

Dengan wajah yang gagah berani Hanifan memasuki ruang BK tanpa rasa deg-degan dalam dada dan dengan rasa percaya diri ia menemui guru BK pula tanpa rasa takut sedikitpun. Ya kini tubuhnya ditutupi oleh kekhawatirannya padaku sehingga rasa apapun akan terlupakan begitu saja. Kemudian Hanifan duduk di depan guru BK dan memberikan kesaksiannya. Nama ibu guru itu adalah ibu Atikah

TBC,

Negeri Impian Where stories live. Discover now