-Negeri Impian-

29 2 0
                                    


SAFA N SIFA'S POV

Telah diuji coba nama-nama di kelas kami, dari 20 nama yang telah bertanding belum ada yang memiliki skill kuat dalam bermain bulu tangkis menurut dari pak Natsir. Tibalah dimana aku dan Sifa akan melawan Adin dan Fandi untuk dipilih pemain mana yang paling terbaik di antara yang terbaik. Dalam 2 babak kami menang 2 skor dari Adin dan Fandi. Ini akan membuktikan kami memiliki skill yang lebih dibandingkan mereka. Akhirnya, pak Natsir memilih aku dan Sifa sebagai pemain ganda cabang bulu tangkis di Olimpiade nanti.

"Saya mengucapkan selamat untuk Safa dan Sifa yang telah terpilih. Saya berharap kalian tidak mengecewakan saya pas di hari Olimpiade nanti." Pak Natsir mengumumkan di hadapan teman kelas kami. Teman-teman kami memberi tepukan untuk kami atas hasil yang kami raih dan kami merasa senang. Aku dan Sifa bertatapan , saling membalas senyum dan saling merangkul.

"In syaa Allah, pak. Selama kami masih bisa berjuang. Kami akan mengeluarkan seluruh tenaga kami." Kami menjawab harapan dari pak Natsir dan pak Natsir mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban kami. Dia tak butuh kalimat janji tetapi pak Natsir membuktikan sebuah pembuktian.

Tak terasa 2 jam pelajaran telah selesai kujalankan. Sejenak aku beristirahat dengan membeli minuman dingin di kantin sekolah bersama Sifa. Kebetulan Agata sedang di sana juga makanya aku sama dia ketemuan sebentar. Sifa yang sudah mengerti, ia memilih untuk kembali duluan ke kelas untuk mengambil baju ganti. Aku dan Agata duduk di kursi milik kantin.

"Habis olahraga, ya?" Agata bertanya ketika melihatku sedang minum terburu-buru sebab kehausan.

"Iya lah." Aku menjawab pertanyaannya setelah minum dan menutup botol minuman. Dia yang bertanya seperti tidak tahu jawabannya.

"Pantas." Kata Agata.

"Pantas apa sih?" Aku bertanya sambil tertawa sebab dia yang tidak jelas.

"Ke---hausan. Hahaha." Dia menjawab dengan memanjangkan kata ke. Membuat wajahku terlihat menunggu jawabannya. Mendengarnya, aku langsung mendorongnya agar menjauh dariku. "Canda." Katanya.

"Ih. Gak lucu." Kataku ngambek.

"Aku itu kalau melihat muka yang ditekuk tuh males banget. Malas. Jelek banget." Katanya menyinggungku.

"Hih." Aku tersenyum dengan memperlihatkan gigi atasku ke wajahnya.

"Gitu dong. Kalau kamu tersenyum aku akan tersenyum juga sebab bahagiamu bahagiaku juga." Katanya menggombal diriku.

"Untuk kata yang tak sempat terucap. Terimakasih untuk pernah ada dalam hati meski hanya sesaat. Aku sempat bahagia namun berakhir untuk luka. Biarlah diamku untuk kunikmati sendiri. Biarlah cintaku untuk sesakit ini. Sayapku telah patah dan tak akan mau kurekatkan lagi. Hati..izinkan aku mencintainya meski tidak untuk bersamanya setidaknya diriku pernah mencoba berjuang di penolakan yang kuterima." Kata hati Hanifan di penglihatannya kepada kami.

"Pulang sekolah. Jalan yuk!" Agata mengajakku.

"Gak bisa. Sebentar malam aku ada kerjaan di restoran." Aku menolak ajakan dari Agata sebab aku ada kerjaan.

"Nggak usah datang." Dengan santainya menyuruhku.

"Maksudnya?" Aku bertanya sebab dia seolah melarangku bekerja. Dia diam terlalu lama dalam memikirkan jawaban tentang alasannya melarangku absen di restoran. Andaikan saja dia akan bertanggungjawab jika aku dipecat dari tempat kerjaku.

"Sebenarnya restoran itu milik ayahku. Aku yang menyuruh pegawai restoran itu untuk menerimamu bekerja di sana." Dia berterus terang.

"Oh ya? Bagus dong." Kataku yang selama ini ia tak berkata jujur padaku.

"Kamu gak marah kan?" Agata bertanya sebab merasa bersalah.

"Nggak aku nggak marah sama sekali. Kamukan mau berbuat baik denganku. Kecuali jiika kebaikan yang kamu kasih ke aku, aku peroleh dengan bersantai. Aku baru gak terima." Aku menjawab padanya alasan mengapa aku tak marah padanya.

"Kalau begitu sebentar aku bisa jemput kamu, kan? Aku yang akan membuatkanmu izin ke pak ketua." Agata bertanya ulang.

"Okey kalau bisa." Aku menjawab.

"Bisa kok. Apa sih yang gak bisa buat kamu." Kata Agata menggombal diriku lagi.

"Mmm. Terserah." Aku menyahut dengan tersipu malu.

...

Malam yang terang sebab bintang sedang berjejeran mengeluarkan sinarnya. Kunang-kunangpun jua sedang bersembunyi di balik daun yang penasaran tentang cerita kisah cinta sepasang kekasih. Malam ini juga Agata akan datang menjemputku yang telah membuat janji padaku siang tadi. Entah jalan mana saja yang ingin ia lewati bersamaku. Semuanya akan terjawab setelahku pergi bersamanya.

Dengan penampilan yang menjadi ciri khasku akupun dapat berjalan-jalan dengannya. Aku belum pernah mendengar Agata membanding-bandingkan diriku dengan wanita lain. Dia menerima kekuranganku. Pasalnya, dia tidak pernah protes mengenai pakaian yang kukenakan.

TBC

Negeri Impian Onde as histórias ganham vida. Descobre agora