-Negeri Impian-

30 3 0
                                    

WELCOME!!!!

"Aku sudah di sini woi. Tetangga aku semuanya kaget karena ulah loe yang keterlaluan." Wajahku mulai cemas karna tetanggaku yang mulai keluar dari rumahnya masing-masing akibat suara yang amat bising.

"Oh kamu sudah di situ. Kamu nggak bilang-bilang sih. Sorry. Sorry." Katanya sambil tertawa.

"Nggak lucu Agata. Kalau mau minta maaf sama tetangga aku tuh di sana." Kataku padanya cemberut akan dirinya yang memiliki hobi menjahiliku.

"Maaf ya om, tante. Ini semua karna dia pak gak sengaja mencet klaksonnya jadi bunyi terus deh. Daritadi dia marah-marah soalnya." Kata Agata dengan pada tetanggaku dengan menurunkan kaca mobil yang menyudutkan diriku atas kesalahannya ketika mobil telah berjalan.

"Bener-bener loe. Keterlaluan banget. c c c c." Kataku padanya dengan suara yang kecil sambil menggelengkan kepala. Dia telah memfitnah diriku.

"Itu kan kamu marah-marah." Dia melanjutkan.

Aku rasa dia benar-benar tak waras. Dia masih menanyakan alasan ku marah-marah. Padahal dialah yang membuat perasaanku tak menentu seperti ini.

"Sudah dong wajahnya ditekuk kayak begitu. Aku akan berperilaku serba salah kalau tahu kamu membenciku. Kamu lebih cantik kalau tersenyum di depan aku. Percayalah kepadaku." Katanya padaku dengan nada yang pelan.

Kali ini bungaku sedang bemekaran. Aromanya tercium dimana-mana. Nampaknya begitu yang kurasakan sekarang. Ada setengah hati yang tengah jatuh pada harumnya aroma bungaku. Aku hanya mampu tersenyum dengan ucapan Agata.

Bukan karena dia telah memujiku melainkan sebab ia memintaku merubah sikap padanya yang selalu saja ingin melawannya. Hati ini kian melembut mendengar inginnya yang sudah seharusnya kulakukan. Rasa benciku padanya sudah terlalu lama sedangkan ia telah bertanggungjawab atas kesalahannya sekian lama.

"Sif, memang Safa ikut sama siapa?" Hanifan bertanya padaku ketika kami di perjalanan.

"Safa lagi sama kak Agata. Memangnya kenapa, Nif?" Aku menjawab pertanyaan dari Hanifan dengan berteriak di kupingnya karena suara mesin kendaraan yang banyak.

"Nggak papa, Sif."

...

Sesampainya di rumah Agata, sudah banyak tamu yang mulai memasuki rumah Agata. Kulihatnya mereka memakai baju yang sedang trendy. Aku sampai gigit jari melihat mereka. Agata telah menyuruhku untuk turun ke mobilnya. Tapi aku tak mendengar ucapannya karena sedang sibuk bertengkar dengan rasa maluku.

"Bengong aja, kita sudah sampai." Katanya padaku dengan menyentuhku karena sedari tadi belum kuperhatikan dia berbicara.

"Mm? Aku malu ah turun. Semua orang bajunya bagus-bagus." Alasanku padanya ketika telah kudengar dia berbicara.

Agata turun dari mobil dan aku belum turun juga dari mobilnya. Sepertinya Agata akan meninggalkanku. Kupastikan diapun merasa malu menjemput wanita sepertiku. Tetapi aku salah dia justru turun dari mobilnya untuk membukakan pintu untukku.

"Kamu ngapain Agata?" Kataku padanya dengan menatapnya dalam-dalam walau aku merasa bimbang.

"Mari. Kita masuk ke dalam bersama-sama. Aku temenin kok. Nggak usah takut." Kata Agata padaku untuk meyakinkan diriku bila bersamanya semua akan baik-baik saja. Dia yang berjanji untuk menemaniku membuat diriku tak takut lagi untuk menghadapi orang-orang di luaran sana. Akupun tersenyum yakin dan turun dari mobilnya Agata.

Dia benar-benar berjalan di sampingku, tak pernah berada di depanku. Membuatku merasa tak kesepian. Di dalam rumah Agata sudah tersedia berbagai jenis makanan. Barang-barangnya sebagian sudah dipindahkan untuk sementara di samping kolam renangnya.

Ruang tamu Agata sangat luas selebar rumah kontrakanku. Di sudut sudah ada Clara dan Wilda yang memegang segelas minuman. Aku sempat melihatnya namun kugeser lagi pandanganku pada pandangan yang lain sebab luasnya ruang tamu Agata membuat banyak hal yang bisa kupandang.

Sementara Agata menuju ke tengah-tengah tamu untuk membuka party dan mengumumkan rasa bersyukur atas pencapaian yang ia raih bersama dengan teman-temannya yang masuk dalam groupnya.

"Clara si Safa ada juga di sini." Wilda berbisik pada Clara.

"Dimana Wil?" Clara bertanya.

"Itu tuh di barisan depan setelah Revan dan Eza yang pakai baju hitam putih." Wilda menjawab dengan menunjukkan ke Clara atas apa yang ia lihat.

"Oh iya. Aku melihatnya." Kata Clara ketika ditunjukkan tempat beradanya aku oleh Wilda.

Agata melanjutkan pembukaan party dengan mengatakan bahwa ada sesuatu yang special baginya di hari kesenangannya. Diapun menjemput orang yang special itu menurutnya. Dia menuju ke arahku dan memegang tanganku serta mengantarku ikut dengannya ke tengah-tengah tamu yang ada. Sementara teman se-groupnya berpindah ke pinggir Agata.

Aku melihat dengan nyata dia memegang tanganku degan kelembutan yang ia punya. Aku terdiam mendengar bahwa aku yang ia pilih adalah bagian yang special menurutnya. Baru kali ini dia berani bersikap manis padaku di hadapan banyak orang. Aku merasa malu dan tertunduk di depan para tamu.

"Kamu mau ngapain sih Agata! Pake gini-gini an segala?" Kataku pada Agata hanya aku dan dia yang mendengarnya.

Dia tak menjawab pertanyaanku. Dia hanya berbalik badan ke arahku akupun berbalik badan ke arahnya. Membuat kita berhadapan di tengah para tamu. Wajahnya tersenyum padaku. Akupun membalas senyuman itu. Lalu dia memegang kedua tanganku dan mengungkapkan perasaannya padaku.

TBC..

Negeri Impian Where stories live. Discover now