-Negeri Impian-

29 2 0
                                    


SAFA'S POV

"Ada apa?" Tanyaku.

Dia menge-depankan kedua tangannya. Satu tangannya memegang bunga dan tangannya yang lain ikut memegang bunga setelah satu tangannya sampai tepat di depannya. Bunga itu berwarna merah dan hanya setangkai.

"Ini umtukmu." Katanya padaku dan tersenyum manis. Sedangkan aku masih tertegun diam sebab bimbang untuk menerimanya.

"Cepet dong ambilnya. Aku juga mau istirahat kali. Rasa capek selepas bertanding belum hilang." Dia meminta tolong padaku dan akupun langsung mengambil bunga itu.

"Begitu dong nona. Kalau disuruh ya nurut." Katanya tersenyum lagi. Akupun mencium aroma hangat dari bunga mawar itu dan menutup mata sejenak sekedar menikmati aromanya.

"Hati-hati ya. Jangan diliatin terus. Kalau dilihat terus nanti tidurnya susah!" Pesannya padaku ketika masuk ke dalam mobilnya. "Pulang dulu, ya." Dilanjutkannya ucapannya setelah masuk di dalam mobilnya dan menurunkan kaca mobilnya.

Aku tak enak bila mengacuhkannya lagi. Sayangnya, aku terlalu lama berpikir. Rasa gengsiku lebih tinggi disbanding kemauanku. Saat aku ingin membalas ucapannya yang ingin direspon mobilnya telah melaju.

"Ha----ti-hati ya." Kata Ha terucap dengan keras sedangkan kata lainnya hanya aku yang mendengar.

Ketika aku masuk ke dalam kamar, aku melihat bunga mawarku di sudut meja belajarku sama dengan yang kupegang saat ini. Aku mendekat padanya, dan kumasukkan juga bunga yang kupegang ke dalam vasku.

Akhirnya bungaku tidak sendiri lagi. Bungaku telah memiliki teman dan dia tak akan merasa kesepian lagi. Aku baru ingat tentang mawar yang pertama diberikanku dari orang yang tak kukenal dan Agata memberiku mawar persis dengan mawar yang aku peroleh di awal bahkan jumlahnyapun sama. Mungkinkah Agata yang mengirimkan mawar ini padaku kemarin?

###

AUTHOR'S POV

Untuk merayakan kemenangan tim basketnya, Agata berniat untuk membuat sebuah party makan-makan yang dilaksanakan di rumahnya nanti malam. Agata mengundang teman kelasnya selain itu ia juga mengundang rekan-rekan yang masuk dalam eskul keolahragawan. Agata mengundang teman-temannya melalui group kelasnya dan group eskul penjasnya yang tertera pada daftaran obrolan whatsappnya.

Tak heran, Agata merupakan siswa yang memiliki banyak kenalan di sekolah sebab Agata menjadi idola adik kelasnya yang sering kali menang dalam pertandingan basket. Secara tidak langsung, Agata juga mengundang Clara yang masuk dalam grosup kelasnya dan group eskulnya. Clara yang merupakan mantan kekasih dari Agata.

SAFA'S POV

Berbeda dengan mereka yang diundang secara tidak langsung oleh Agata, Agata justru mengundangku secara langsung di jam istirahat. Dia mengatakan padaku bahwa jam 7 malam ia akan datang ke rumah untuk menjemputku. Jadi, sebelum waktu itu aku sudah harus bersiap diri.

"Sifa juga,ya. Aku mengundang kamu." Kata Agata pada adikku yang berada di sebelahku.

"Iya dong. Aku pasti ikut." Sifa menjawab undangan dari Agata.

"Siapa yang mau jemput?" Agata bertanya pada Sifa. Ia yakin mobilnya tak akan memuat untuk 3 orang. Aku tahu bahwa sebenarnya Sifa amat jengkel dengan Agata yang tidak ingin diganggu bila denganku.

"Aku nanti nebeng ke Hanifan saja." Katanya cemberut malu-malu.

"Oke deh."

...

Malam ini aku pusing untuk memilih baju yang cocok kupakai di partynya Agata. Semua tamu undangan pasti memakai baju yang bagus-bagus. Aku menghamburkan lemariku untuk mencari bajuku yang tidak kampungan. Tapi aku tak tahu baju mana yang kelihatannya tidak kampungan. Itulah yang membingungkanku. Aku telah mengecek satu per satu bajuku dan mencocokkan baju itu padaku di hadapan cermin tapi cocokkah denganku memakai baju kebaya ke partynya Agata? Ah, sudahlah aku sudah menyerah aku melentangkan badanku di tempat tidur. Tiba-tiba Sifa datang.

"Safa kamu masih waras kan?" Kata Sifa setelah memasuki ruang kamar kami. Sifa menutup mulut ketika melihat kondisi kamar yang berantakan. Aku yang mendengarnya berbicara langsung bangun dari sikap terlentangku.

"Maklum Sif. Orangnya lagi bingung cari baju." Kataku merengek.

Sifa mendekatku.

"Bingung bagaimana Saf? Kamu pakai baju biasa aja sudah cantik kok." Kata kembaranku kepadaku sambil memindahkan rambutku ke belakang telingaku.

Kuambilnya baju kaos panjang bergaris-garis warna hitam putih di lemariku dengan celana jeans berwarnakan abu-abu menjadi pilihan busanaku serta pita rambut berwarna abu-abu kuberi pada kepalaku sebagai aksesorisku dan flatshoes sebagai pengalas kakiku.

"Safa kamu pucat banget sih." Kata Sifa setelah melihatku selesai bersiap-siap. "Aku punya pelembap bibir berwarna pink. Kamu harus pakai biar kamu gak kelihatan pucat." Sifa melanjutkan ucapanyya. Iapun memakaikan benda itu ke bibirku.

Safa tak perlu lagi memakai penghitam alis, mascara, atau pun bedak karena Safa sudah memiliki alis yang kehitamannya sedang, bulumata yang lentik, dan wajah yang putih bersih. Wajah Safa benar-benar terlihat natural.

Tak lama kemudian terdengarlah suara klakson dari luar rumah. Kumengintip di jendela kamarku, klakson mobil itu ternyata milik mobil dari Agata. Aku langsung terburu-buru keluar rumah. Aku mengambil tas kecil berwarna abu-abu yang tergantung di dekat pintu kamarku. Lalu kupasang ke arah menyamping. Aku sampai lupa dengan Sifa. Aku kembali lagi ke hadapannya.

"Sifa, kamu jadi kan bareng sama Hanifan?" Aku bertanya sambil tergesa-gesa.

"Iya jadi. Baru aja aku dapat pesan dari dia kalau dia sudah OTW ke sini." Sifa menjawab.

"Oke. Aku duluan yah." Kataku pada Sifa. Lalu, aku meminta izin pada mama.

"Mama, Safa keluar dulu ya. Safa mau ke rumah teman dulu." Kataku pada mama yang sedang menonton.

"Mmm..hati-hati. Jangan pulang tengah malam." Mama mengizinkanku dan akupun mencium tangan mama ketika hendak pergi.

Piiiiiiiiiiiiiiiip. Suara klakson dari Agata sangat panjang. Mungkin dia merasa kesal karena terlalu lama menunggu di luar. Akupun menambah kecepatan jalanku. Dalam ketidaktahuannya aku berkata. "Iya bos. Ini aku juga sudah cepat-cepat."

Aku telah masuk ke dalam mobilnya tetapi ia belum menghentikan klakson mobilnya. Bising sekali kudengarnya. Aku langsung memindahkan tangannya yang terus saja memencet klakson mobil.

🔜

Negeri Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang